Chapter 2. Bad Influence

11.7K 589 44
                                    

Jika ada Nobel Prize ada penghargaan lain berupa Next Step To Nobel Prize Award

Seandainya ada Gay Award mungkin ini Next Step To Gay Award

___________________________

Berhari-hari cuma mau nanya Mas Dhika.....
cuma satu kalimat aja....
Mas, elo Homo?
tapi kok ga tega
yang terjadi justru gue diem
Parahnya lagi, gue selalu kebayang Mas Dhika ciuman dengan kedua lelaki itu..

Lagi mikirin itu, tiba-tiba Mas Dhika masuk gitu aja ke kamar gue.
Ah daripada nahan-nahan trus akhirnya gue jadi penyakitan, gagal jantung dan gangguan kehamilan dan janin, mending gue tanya.

"Mas.....!"

"Hmmm.....Ya?"

"Elo beneran homo?"

"Mungkin...!"
"Eh, dek....pinjam laptopnya dong?" lanjut Mas Dhika, seakan ga mau lagi bahas pertanyaan gue tadi.

" Ambil aja! Buat apa Mas?"
"Nonton bokep!" Mas Dhika ngeliat gue sambil meringis.

Aaahh...gue tetep rebahan sambil peluk guling. Ada aja ya di keluarga gue.
Hmm...pasti bokep gay yang Mas Dhika tonton. Tapi kok gue penasaran yah...
Sh**....mending gue ikutan lihat bokep daripada suntuk di kamar.
Gue terus keluar kamar dan jalan ke kamar Mas Dhika.
Gue denger desah dan erangan.
Waduh sespektakuler gitu sound laptop gue emang?
Sound seems so real...
atau jangan-jangan Mas Dhika bawa temen lagi.
Gue masuk kamar Mas Dhika yang emang ga ditutup pintunya.

Oooo Holy Mother.......!!!!
Diatas tempat tidur Mas Dhika dan Mas Sony sedang dalam posisi saling oral.
Mas Sony sempat melihat gue, dan tetep cuek meng-oral Mas Dhika
Gue bingung harus balik ke kamar atau tetep ngliatin adegan bersetubuh mereka. Antara penasaran dan malu. Akhirnya gue balik kamar dan rebahan lagi.
Sambil mikir, rumah ini gay nya ternyata ada dua.
Gue coba terpejam, tapi rasanya susah gue paksa tidur.
Damn, kebayang terus muka Mas Sony, rambutnya yang cepak dan ekspresi yang sangat menikmati saat oral tadi.
Semakin mencoba hilangin bayangan itu, bayangan itu malah semakin jelas.
Apalagi sekarang erangan mereka semakin keras dan entah racauan siapa itu membuat gue makin ga tenang.
Alih-alih supaya gue ga dengar suara itu, gue ke kamar Rakyan di lantai bawah, sambil main game atau apalah.
Thank God, Rakyan lagi ada acara perkemahan LT III.
Entah berapa lama gue main game, sampai tahu-tahu ketiduran.

Sudah dua hari gue diemin Mas Dhika dan Mas Sony. Bukan benci, tapi lebih kepada bingung aja.
Dan anehnya tiap melihat mereka, ada suatu hal menarik yang bikin gue penasaran. Makin anehnya, gue tiap lihat Mas Sony selalu terlihat keren.
Apa gay itu menular ?

Jam 15.00 gue keluar sekolahan, sambil nunggu Rakyan di gerbang, gue ngobrol ma Johan, sahabat gue dari SD.
Ebuset, ternyata lama juga gue sobatan ma dia.
"Dit, lo dipanggil tu!"
"Siapa?"
emang gue ga ngeliat siapa-siapa yang manggil. Setahu gue cuma teman-teman yang pada keluar, sambil sesekali nyapa gue atau Johan.
Tiba-tiba tangan Johan pegang kepala gue, terus puterin kepala gue ke arah orang yang tadi manggil-manggil gue.

Oh.....
Gue nyamperin dia.
"Ada apa Mas?"
"Ayo naik, temenin Mas!" Mas Dhika sambil ngasih helm ke gue.
"Rakyan gimana? Trus Mas Sony ga bisa jemput gitu?" , gue ngerasa ajaib aja kenapa Mas Dhika datang ke sekolah gue.

"Mas Sony udah nunggu di tempat biasa. Udah, naik aja!"
"Kemana?"
"Mall...!"
"Tapi...."
Mas Dhika ngeluarin t-shirt dari tasnya, dan ngelempar arah gue.
Gue lepas baju, dan ganti dengan t-shirt diatas motor.

Hah....kok ke Atrium, ga ada Mall lain apa??. Ya udahlah, mending diem.
Gue ikutin Mas Dhika aja, di naik escalator sampai entah lantai berapa.
Kemudian masuk toko yang khusus menjual celana dalam pria.
"Yang ini warnanya bagus ga?" Mas Dhika nengok ke arah gue yang sedari tadi disamping dia.
"Yang merah maroon aja Mas," gue sembarangan omong.
"Gue kesel, sempak gue habis disobekin Randy."
"Siapa Randy, Mas?"
"Itu.....cowo yang pernah datang ke rumah."
"Oh....bukannya dua orang waktu itu?"
"Satunya namanya Edwin...!"
Bingung khan? Ahaha sesuka lo deh Mas. Gue kaga kenal.
Gue lihat jam, udah setengah jam cuma lihat Mas Dhika galau milihin warna. Kata dia warna celana dalam itu meningkatkan dan juga mengubah mood pasangan saat akan memulai bercinta.

Damn! I Really StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang