Sesampainya di rumah , Alea di bawa ke ruangan Alice dan kembali di pasangkan infus dan oksigen .
Alea maaih mencoba mengatur nafasnya agar kembali normal , semua orang yang hadir panik tidak terkecuali Edmund dan Cody mereka menunggu di luar .
Jaxon masih setia menemani Alea seraya memegang tangannya , Alice masih sibuk memasangkan infus pada lengan Alea yang di bantu Jacob .
"Sekarang ku minta semuanya jangan panik , aku pastikan dia akan baik-baik saja" Alice mencoba memecah kepanikan yang ada .
Setelah situasi cukup tenang , Edmund dan Cody masuk ke dalam . Jaxon mulai bertanya apa yang di lakukan Austin pada diri Alea .
"Sekarang , apa yang Austin lakukan pada mu sebelum aku datang"
"Saat aku di bawa lari menuju menara itu , dia bilang pada ku bahwa hari ini adalah hari terakhir ku hidup . Setelah itu dia menampar wajah ku sampai bibir ku berdarah . Tiba-tiba saja hidung ku mengeluarkan darah . Dia membentak ku dan itu membuat ku menangis . Dia sudah menyiapkan sebuah pedang untuk membunuh ku , jika kau tidak datang aku akan mati sore ini" tutur Alea panjang lebar .
"Dia vampir gila kak , jika tidak ku bunuh tadi , dia akan menyakiti kakak lagi" sela Alice .
"Jangan khawatir dia tidak akan membawa mu lagi Alice sudah membunuhnya ." ucap Jaxon .
"Perut ku sakit" Alea memegang perutnya .
"Ia hanya membutuhkan darah , bisa bawakan aku satu cup darah ?" ucap Alice . Cody pergi ke belakang mengambilkan satu cup darah .
"Lebih baik kau istirahat setelah meminum darah ya" saran Jaxon . Alea hanya mengangguk lemah .
Jaxon memandangi wajah Alea saat tidur , wajahnya yang cantik kini di tambah dengan beberapa memar di pipi dan sudut bibirnya .
Aku akan mati jika kau mati di tangan Austin .
Jaxon tidak mau meninggalkan Alea , ia masih tetap berada di samping Alea menunggunya hingga ia terbangun dari tidurnya .
***
Siang berganti malam , Alea sudah bangun sejak dua jam yang lalu dan ia melihat Jaxon yang tidur di sampingnya .
"Jax , bangun" pinta Alea seraya menepuk pundak Jaxon .
"Ya ? Ada apa ?" tanya Jaxon yang terbangun dengan gerakan cepat .
"Bisa panggilkan aku Cody ?"
Jaxon memanggil Cody , saat Cody datang Alea nampak membisikan sesuatu pada Cody dan dia segera ke luar .
Lalu beberapa menit kemudian , Cody kembali dengan membawa ramuan yang tadi pagi ia berikan pada Jaxon dan handuk putih .
Alea mengubah posisinya menjadi duduk .
"Aku akan mengobati luka mu dulu"
"Aku bisa mengobatinya sendiri" tolak Jaxon .
"Jangan membantah Jax , ayo berdiri" Jaxon mengikuti apa yang Alea minta .
Perlahan Alea mulai mengusapkan ramuan itu pada dada bidang Jaxon yang terluka dengan gerakan lembut ia melakukannya .
Selesai mengobati luka Jaxon , Alea duduk memandang wajah Jaxon lekat-lekat .
Tiba-tiba saja Jaxon menarik Alea dalam pelukannya dan wajah mereka tanpa ada jarak , Alea merasa sesuatu yang lembab menempel di bibirnya dan itu adalah bibir Jaxon .
Tiba-tiba Cody datang ia ingin memanggil Jaxon .
"Jax , kau bisa bantu ak .." kalimatnya terputus karena Cody melihat pemandangan di depannya .
"Maaf aku mengganggu aku akan pergi" Cody kembali menutup pintu dengan perasaan malu yang sangat besar .
"Aku akan ke luar menemui Cody" Cody yang mendengar ucapan Jaxon segera pergi meninggalkan rumah , karena ia pasti akan do marahi habis-habisan oleh Jaxon .
Cody POV
Apa Jaxon akan mencari ku ? Lebih baik aku pergi sebelum aku habis di marahinya .
Baru saja aku sampai di depan rumah , seseorang menarik baju ku dan sudah pasti itu adalah Jaxon .
"Baiklah aku salah" aku membalikan badan menghadap Jaxon .
"Kenapa tadi kau tidak mengetuk pintu dulu ?" tanya Jaxon mengintimidasi .
"Aku terburu-buru jadi tak sempat mengetuk pintu" jawab ku sedikit gugup .
"Kali ini aku sedang berbaik hati jadi bersyukurlah" ucap Jaxon sedikit berbisik .
Kali ini aku dapat bernafas lega tidak di marahi atau pun di hukum oleh Jaxon .
Author POV
Jaxon kembali masuk ke ruangan Alea , kembali menemani Alea .
Jaxon menatap Alea dengan tatapan yang sulit di mengerti . sudah dua kali Jaxon hampir kehilangan Alea tapi sampai sekarang Alea masih bersamanya .
Alea masih hidup bersama Jaxon , ia berfikir inilah takdir , takdir yang tidak dapat di lawan mereka akan selamanya bersama sampai suatu saat Alea menjadi vampir .
Jika sekarang Alea benar-benar meninggalkannya mungkin Jaxon merasa hidupnya tidak berguna lagi , mau bagaimanapun Alea is everything for Jaxon .
"Kau cantik" ucap Jaxon yang segera mendapat lirikan dari Alea .
"Jax , kau tidak lihat aku ? penampilan ku seperti ini , wajah ku penuh luka , kau masih bilang aku cantik ?" jawab Alea .
"Tidak peduli bagaimana penampilan mu , kau tetap cantik di mata ku Lea" Jaxon mengusap pipi Alea lembut .
Alea hanya tersenyum manis pada Jaxon .
"Senyum mu menghentikan semuanya" Jaxon meraba senyum Alea .
"Dan mata mu membuat ku tak ingin lepas" Alea meraba mata Jaxon yang tertutup .
"Semuanya yang kita miliki akan ada pada anak kita" ucap Jaxon .
"Aku akan bisa melihat mata indah mu meskipun kau tidak ada di rumah" sahut Alea .
"Dan aku dapat melihat senyum indah mu meskipun kau marah pada ku" sambung Jaxon .
Chapter 16 selesai , ceritanya gaje ya ?? bodolah yang penting author udh bikin .
Jangan lupa voment ya ..