Chapter 16

3.9K 197 1
                                    

Sesampainya di rumah , Alea di bawa ke ruangan Alice dan kembali di pasangkan infus dan oksigen .

Alea maaih mencoba mengatur nafasnya agar kembali normal , semua orang yang hadir panik tidak terkecuali Edmund dan Cody mereka menunggu di luar .

Jaxon masih setia menemani Alea seraya memegang tangannya , Alice masih sibuk memasangkan infus pada lengan Alea yang di bantu Jacob .

"Sekarang ku minta semuanya jangan panik , aku pastikan dia akan baik-baik saja" Alice mencoba memecah kepanikan yang ada .

Setelah situasi cukup tenang , Edmund dan Cody masuk ke dalam . Jaxon mulai bertanya apa yang di lakukan Austin pada diri Alea .

"Sekarang , apa yang Austin lakukan pada mu sebelum aku datang"

"Saat aku di bawa lari menuju menara itu , dia bilang pada ku bahwa hari ini adalah hari terakhir ku hidup . Setelah itu dia menampar wajah ku sampai bibir ku berdarah . Tiba-tiba saja hidung ku mengeluarkan darah . Dia membentak ku dan itu membuat ku menangis . Dia sudah menyiapkan sebuah pedang untuk membunuh ku , jika kau tidak datang aku akan mati sore ini" tutur Alea panjang lebar .

"Dia vampir gila kak , jika tidak ku bunuh tadi , dia akan menyakiti kakak lagi" sela Alice .

"Jangan khawatir dia tidak akan membawa mu lagi Alice sudah membunuhnya ." ucap Jaxon .

"Perut ku sakit" Alea memegang perutnya .

"Ia hanya membutuhkan darah , bisa bawakan aku satu cup darah ?" ucap Alice . Cody pergi ke belakang mengambilkan satu cup darah .

"Lebih baik kau istirahat setelah meminum darah ya" saran Jaxon . Alea hanya mengangguk lemah .

Jaxon memandangi wajah Alea saat tidur , wajahnya yang cantik kini di tambah dengan beberapa memar di pipi dan sudut bibirnya .

Aku akan mati jika kau mati di tangan Austin .

Jaxon tidak mau meninggalkan Alea , ia masih tetap berada di samping Alea menunggunya hingga ia terbangun dari tidurnya .

***

Siang berganti malam , Alea sudah bangun sejak dua jam yang lalu dan ia melihat Jaxon yang tidur di sampingnya .

"Jax , bangun" pinta Alea seraya menepuk pundak Jaxon .

"Ya ? Ada apa ?" tanya Jaxon yang terbangun dengan gerakan cepat .

"Bisa panggilkan aku Cody ?"

Jaxon memanggil Cody , saat Cody datang Alea nampak membisikan sesuatu pada Cody dan dia segera ke luar .

Lalu beberapa menit kemudian , Cody kembali dengan membawa ramuan yang tadi pagi ia berikan pada Jaxon dan handuk putih .

Alea mengubah posisinya menjadi duduk .

"Aku akan mengobati luka mu dulu"

"Aku bisa mengobatinya sendiri" tolak Jaxon .

"Jangan membantah Jax , ayo berdiri" Jaxon mengikuti apa yang Alea minta .

Perlahan Alea mulai mengusapkan ramuan itu pada dada bidang Jaxon yang terluka dengan gerakan lembut ia melakukannya .

Selesai mengobati luka Jaxon , Alea duduk memandang wajah Jaxon lekat-lekat .

Tiba-tiba saja Jaxon menarik Alea dalam pelukannya dan wajah mereka tanpa ada jarak , Alea merasa sesuatu yang lembab menempel di bibirnya dan itu adalah bibir Jaxon .

Tiba-tiba Cody datang ia ingin memanggil Jaxon .

"Jax , kau bisa bantu ak .." kalimatnya terputus karena Cody melihat pemandangan di depannya .

"Maaf aku mengganggu aku akan pergi" Cody kembali menutup pintu dengan perasaan malu yang sangat besar .

"Aku akan ke luar menemui Cody" Cody yang mendengar ucapan Jaxon segera pergi meninggalkan rumah , karena ia pasti akan do marahi habis-habisan oleh Jaxon .


Cody POV

Apa Jaxon akan mencari ku ? Lebih baik aku pergi sebelum aku habis di marahinya .

Baru saja aku sampai di depan rumah , seseorang menarik baju ku dan sudah pasti itu adalah Jaxon .

"Baiklah aku salah" aku membalikan badan menghadap Jaxon .

"Kenapa tadi kau tidak mengetuk pintu dulu ?" tanya Jaxon mengintimidasi .

"Aku terburu-buru jadi tak sempat mengetuk pintu" jawab ku sedikit gugup .


"Kali ini aku sedang berbaik hati jadi bersyukurlah" ucap Jaxon sedikit berbisik .



Kali ini aku dapat bernafas lega tidak di marahi atau pun di hukum oleh Jaxon .




Author POV

Jaxon kembali masuk ke ruangan Alea , kembali menemani Alea .


Jaxon menatap Alea dengan tatapan yang sulit di mengerti . sudah dua kali Jaxon hampir kehilangan Alea tapi sampai sekarang Alea masih bersamanya .



Alea masih hidup bersama Jaxon , ia berfikir inilah takdir , takdir yang tidak dapat di lawan mereka akan selamanya bersama sampai suatu saat Alea menjadi vampir .




Jika sekarang Alea benar-benar meninggalkannya mungkin Jaxon merasa hidupnya tidak berguna lagi , mau bagaimanapun Alea is everything for Jaxon .



"Kau cantik" ucap Jaxon yang segera mendapat lirikan dari Alea .


"Jax , kau tidak lihat aku ? penampilan ku seperti ini , wajah ku penuh luka , kau masih bilang aku cantik ?" jawab Alea .



"Tidak peduli bagaimana penampilan mu , kau tetap cantik di mata ku Lea" Jaxon mengusap pipi Alea lembut .



Alea hanya tersenyum manis pada Jaxon .


"Senyum mu menghentikan semuanya" Jaxon meraba senyum Alea .


"Dan mata mu membuat ku tak ingin lepas" Alea meraba mata Jaxon yang tertutup .


"Semuanya yang kita miliki akan ada pada anak kita" ucap Jaxon .


"Aku akan bisa melihat mata indah mu meskipun kau tidak ada di rumah" sahut Alea .



"Dan aku dapat melihat senyum indah mu meskipun kau marah pada ku" sambung Jaxon .







Chapter 16 selesai , ceritanya gaje ya ?? bodolah yang penting author udh bikin .



Jangan lupa voment ya ..



"Destiny"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang