"Siap...."
Ellisa menghela napas panjang, kemudian meraih ranselnya. Tampaknya ia sudah siap untuk berangkat ke sekolah hari ini.
Dengan mengenakan seragam resmi sekolahnya. Baju putih dan rok abu-abu selutut. Rambut hitamnya yang bergelombang ia ikat tinggi tanpa poni.
Ellisa lalu membasahi bibirnya, kemudian menaburkan bedak lalu meratakan di wajahnya.
Natural, tapi Cantik!
Ellisa tersenyum menatap bayangannya di depan cermin "Semangat! kan mau ketemu MoodBooster gue..."
Ellisa melangkahkan kakinya keluar dari kamar menuruni satu persatu anak tangga dengan lincah menuju dapur.
"Makan dulu Non, nasi gorengnya sudah siap." tawar Bi Anisa.
Ellisa mengangguk lalu duduk di depan sepiring nasi goreng keju dan segelas susu coklat hangat. Siap disantap!
"Bi, Mama sama Papa kemana?" tanya Ellisa.
"Tadi pagi-pagi gitu udah berangkat ke kantor, Non. Katanya ada meeting." Ucap Bi Anisa, Ellisa mengangguk lesu.
"Nggak ngabarin dulu, kebiasaan deh!" Gumam Ellisa lalu meneguk susu coklatnya sampai habis.
Tanpa menunggu tanggapan dari Bi Anisa lagi, Ellisa berpamitan. "Yaudah Bi, aku berangkat dulu ya!" Ucap Ellisa, Bi Anisa mengangguk. Tak lupa berpesan kepada Nyonya Mudanya itu untuk berhati-hati.
***
Seorang cowok keren terlihat sedang asyik duduk di salah satu kursi koridor SMA 1 sambil mendengarkan musik dari earphone miliknya. Sesekali terdengar lantunan merdu dari mulutnya, mengikuti alunan musik yang tengah ia dengarkan. Siapa lagi kalo bukan Bryan Elmi Domani. Cowok blasteran Indo-Jerman yang menjabat sebagai kapten basket yang jadi rebutan cewek-cewek di sekolahnya. Most Wanted banget deh.
"Woy bro!" satu tepukan dibahunya berhasil membuatnya menoleh, "Lo masih ingatkan janji lo yang kemarin?" tanya Karel langsung mengambil tempat duduk di sampingnya.
Karel Susanteo. Saingan Bryan selama ini. Mereka sebenarnya sempat dekat. Namun karena sesuatu mereka kini tak lagi sedekat dulu. Malah sekarang mereka selalu berlomba untuk jadi yang terbaik. Apalagi Karel tidak pernah menerima kalau dirinya hanya dinomor duakan, sedangkan Bryan yang nomor satu.
Dengan rasa tidak suka, Bryan mulai bergumam. "Iyya, iyya... pasti gue tepatin kok."
"Terus, mana tuh cewek?" tanya Karel dengan sebersit nada menagih dalam suaranya.
Bryan tak langsung menjawab, matanya sibuk menerawang sepanjang koridor sekolah untuk mencari seseorang.
"Nah itu dia, Ellisa..!" Bryan lalu menunjuk seorang cewek cantik yang terlihat berlari-lari kecil menghampirinya.
"Hy Bryan...!" Sapa cewek itu dengan senyum indahnya.
Bryan berdiri tanpa membalas sapaan cewek itu. "Gue mau cabut dulu. Dan eitss... Cuma 3 Hari!" Ucapnya memperingatkan Karel lalu segera pergi.
"Bagus deh kalo gitu." Karel tersenyum kemenangan mendengar ucapan Bryan. Sedangkan Ellisa, hanya melongo melihat Bryan yang pergi tanpa meninggalkan pesan untuknya.
"Oh iya gue hampir lupa..." Karel berdiri memperhatikan Ellisa, lalu melepas tas ranselnya dan menjatuhkan perintah. "Bawain tas gue!"
"Iih... buat apa juga?!" Ellisa bergidik, lalu berniat pergi.
Happ!
"Lo mau kemana?"
Sebelum Ellisa benar-benar pergi, Karel lebih dulu menangkap pergelangan tangannya. Terpaksa Ellisa berhenti dan langsung berbalik menatap geram Karel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truly Madly Deeply
Teen Fiction"Aku seorang pecinta bukan pejuang, tapi aku akan memperjuangkan apa yang aku cintai. Namun sayangnya, aku tak mampu membuatmu mencintaiku seperti halnya cara ku mencintaimu." _Ellisa "Hanya orang hebat yang terdorong dan berusaha sekuat tenaga untu...