Tepatnya Bryan dan Cassie yang berada di sudut ruangan lain tak jauh dari tempatnya duduk. Seketika raut wajahnya berubah.
Karel yang menyadari perubahan Ellisa merasa curiga. "Lo kenapa sih?"
"Ngga papa kok. " Alibi Ellisa. "Oh iyya, akhirnya perjanjian 3 hari itu udah berakhir yah." Ujarnya sengaja tampak senang.
Karel mengangguk, "Iya emang... Makanya gue ngajak lo dinner. Itung- itung sebagai tanda terima kasih gue sama lo."
Ellisa menatap Karel heran. "Terima kasih buat apa?"
"Emh... Karena lo uda mau gue suruh-suruh."
Ellisa terkekeh. "Oh... gitu." Ucapnya sekedar lewat. Ia masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Walaupun sebenarnya Karel sudah tahu akan hal apa yang membuat Ellisa seperti itu. Tentu saja karena telah melihat Bryan bersama Cassie.
Semua rencana Karel memang sangat sukses. Sukses membuat Ellisa melihat Bryan di sini. Dan pastinya Ellisa akan sangat cemburu. Yang pasti itu sangat jelas sekarang. Tapi bukan hal itu yang ingin Karel nantikan, melainkan reaksi dari Bryan. Memangnya apa yang akan Bryan lakukan nanti? Dia bisa berbuat apa?
Sungguh! Sekarang hati Karel sangat berteriak kegirangan menanti reaksi dari Bryan. Kita liat saja nanti.
***
"Bryan... Are you ok?" Cassie sedikit cemas memperhatikan perubahan ekspresi Bryan.
Bryan terlihat begitu kesal, tangannya mengepal di atas meja. Bahkan meja itu terasa bergetar saking kuatnya kepalan tangannya.
"Lebih baik kita pulang sekarang!" Cassie terbelalak karena heran.
Bryan memutuskan untuk pulang? Padahalkam baru saja mereka berdua sampai. Makanan yang ada di depan mereka saja belum di sentuh sedikitpun.
Alasannya apa?
Sebenarnya Cassie ingin menanyakan alasan mengapa Bryan ingin segera pulang, tapi Bryan sudah lebih dulu menarik tangannya.
Bryan tidak menghiraukan ekspresi Cassie. Ia hanya meletakkan beberapa lembar uang di atas meja. Lalu setengah menyeret Cassie, mereka berdua segera keluar dari Garden Café.
Entahlah, Bryan merasa sangat kesal saat melihat Ellisa bersama dengan Karel. Sekarang dia benar-benar baru sadar kalau dia cemburu. Cemburu melihat Ellisa yang sepertinya sangat bahagia bersama orang lain. 'Kenapa gue baru menyadari semua ini?' Bryan tanpa henti merutuki dirinya.***
"What?!" Salsha tampak syok. "Lo serius nih sama apa yang lo omongin tadi?"
Ellisa mengangguk lalu menghela napas sejenak.
Pagi itu, Ellisa sudah berada di sekolah. Ellisa membuat Salsha kaget karena keputusannya yang menurut Salsha sangat mengejutkan. Ia menceritakan keputusan yang Ia buat sendiri semalaman tanpa ganggu gugat dari siapapun.
"Keputusan gue uda bulat...!" tegas Ellisa.
"Tunggu dulu deh, gue masih ngga percaya aja sama apa yang lo omongin." Salsha menatap Ellisa berusaha menemukan kepastian di mata sahabatnya itu.
"Segampang itu lo mau Move on dari Bryan?! Apa lo udah yakin?"
Ellisa memutar bola matanya. "Dasar ABG labil! Kemarin nyuruh gue buat berhenti ngejar-ngejar Bryan. Tapi sekarang? malah lo kelihatan ngga percaya gitu." Heran Ellisa.
"Iyya sih, gue tau. Tapi, gue nyuruh lo dinner sama Karel kan bukan berarti lo udah seharusnya ngelupain Bryan."
Tentu saja Salsha kaget setengah mati. Kenapa Ellisa ingin melakukan semua itu? Apa yang dia pikirkan? Bukannya Ellisa yang terkenal sebagai cewek yang tidak mudah menyerah? So?
KAMU SEDANG MEMBACA
Truly Madly Deeply
Teen Fiction"Aku seorang pecinta bukan pejuang, tapi aku akan memperjuangkan apa yang aku cintai. Namun sayangnya, aku tak mampu membuatmu mencintaiku seperti halnya cara ku mencintaimu." _Ellisa "Hanya orang hebat yang terdorong dan berusaha sekuat tenaga untu...