"Nggak bisa gitu dong!" Sewot Karel "Lagian perjanjian itu tinggal dua hari doang kok."
Ellisa sedikit kaget mendengarnya. Dua hari?! Astaga... memang sangat mudah dikatakan, tapi susah dijalani. Padahal alasan itu bisa jadi kesempatan buat batalin perjanjian BENCANA itu. 'Gagal deh rencana gue.....' hati Ellisa memekik.
"Oh iya! Setelah gue pikir-pikir masakan lo kemarin enak juga. Gue yakin Bryan nggak bakal pernah salah." Tambah Karel mencoba tersenyum.
"Masa sih?" tanya Ellisa sambil lalu.
"Kemarin lo cerita apa aja sama nyokap gue? Kayaknya lo udah ngubah nyokap gue jadi aneh..."
"Maksud lo apaan sih. Cuma soal masakan aja kok sama..." Pertanyaan itu membuat Ellisa tampak berpikir sejenak. "Nama pacar lo."
"Pacar? Sejak kapan Mama gue peduli sama hubungan gue sama cewek." Karel terkekeh, "Terus lo jawab apa? Jangan bilang lo ngaku jadi pacar gue!"
Ellisa bergidik merasa jijik. "Mau banget sih lo. Gue bilang aja namanya Imaji. Orangnya cantik, baik, dan rajin menabung!"
Karel terkekeh lagi karena menurutnya Ellisa sedikit lucu. Dan entah mengapa, sejak menghabiskan waktu bersama kemarin membuatnya merasa bahwa ia sudah sangat lama kenal dan dekat dengan cewek itu. Padahalkan tidak. Mereka baru terlibat begitu intens tanpa keinginan saat Perjanjian itu dicetuskan.
Karel tersenyum jail, "Terus lo ngaku jadi apa gue?"
"Jadi..."
"Jadi pembantu gue?" ledek Karel. Kurang ajar kan? lagi-lagi Ellisa geram.
"Enak aja. Gue bilang jadi teman lo." Protes Ellisa.
"Teman?" Ellisa mengangguk tampak kaget melihat ekspresi Karel yang sangat serius. Sumpah. Serius banget. Saking seriusnya, Ellisa jadi takut.
"Sejak kapan gue nganggap lo teman?"
***
"Ayo semuanya cepat kumpul di lapangan!" Perintah Pelatih basket 1 Liliriaja Junior High School, Pak Kevin.
Tanpa menunggu perintah kedua kalinya, semua anak Tim basket putra segera berkumpul dilapangan untuk latihan. Beberapa diantaranya yaitu Bryan, Karel, Rozan, Aldi, Randy, Christ, Leon, dan masih banyak cowok keren lain.
"Oh My Prince Bule Bryan. Tambah keren deh..."
Ellisa tanpa henti mengeluarkan pujian-pujiannya sambil sesekali menggeleng, takjub. Saking berlebihannya, botol air mineral yang dipegang menjadi penyok karena genggamannya.
Salsha yang duduk disampingnya merasa mual mendengar ocehan sahabatnya yang super lebay itu. Bahkan gendang telinganya hampir pecah karena mendengar nama Bryan. Bryan dan Bryan lagi.
Setiap latihan basket seperti itu, tentu saja Ellisa selalu hadir. Biasanya selalu menyiapkan makanan maupun air mineral untuk Bryan.
Tapi, bukan hanya Ellisa dan Salsha yang ada disana untuk menyaksikan latihan itu. Banyak siswa-siswi lain yang turut menghebohkan suasana, menyemangati idolanya masing-masing.
'Oh iya, Idola kamu siapa? Tulis sendiri yah!'
Hari Sabtu memang hari khusus latihan untuk tim basket putra, kecuali jika memang ada pertandingan yang akan diadakan, pasti bukan hanya hari Sabtu saja. Hari-hari lain pun juga.
SMA 1 merupakan salah satu sekolah yang cukup popular di Sulawesi Selatan. Tepatnya di daerah Soppeng, Jampuserengnge. Setiap Upacara bendera, tepatnya hari Senin, pasti ada pemberitahuan prestasi dari siswa-siswinya. Wow.. Piala-piala selalu datang dari berbagai pertandingan yang dimenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truly Madly Deeply
Teen Fiction"Aku seorang pecinta bukan pejuang, tapi aku akan memperjuangkan apa yang aku cintai. Namun sayangnya, aku tak mampu membuatmu mencintaiku seperti halnya cara ku mencintaimu." _Ellisa "Hanya orang hebat yang terdorong dan berusaha sekuat tenaga untu...