9. Just Friend

21 1 0
                                    

Dengan cepat Ellisa merogoh saku celananya lalu mengeluarkan ponselnya.

"Eh, ada SMS dari Salsha."

∞Gua Pulang duluan yah Ellisa Cantip. Abisnya Gua dikacangin sih...∞

Ellisa tersenyum membaca isi pesan itu.

∞Syukur deh kalo gitu, gue kirain lo jamuran disitu, hehehe... Gadeng becanda. Maap yah Salsha sayooooong...∞

Sejurus kemudian Ellisa membalas SMS Salsha.

***

Satu panggilan masuk tertera di layar ponsel Bryan. Ia mendengus setelah tahu siapa yang meneleponnya.

"Iya. Apa?"

Terdengar sahutan diseberang sana seperti kesal dengan sapaan awal Bryan. Tapi, dengan sabar, orang itu langsung menjawab, "Aku cuma mau bilang, emm... aku nanti bakalan ke rumah kamu."

"Buat apa?" sambar Bryan agak khawatir.

"Buat ketemu kamu lah. Mama sama Papa aku juga bakal kerumah kamu." Cassie terkekeh senang karena akan bertemu calon tunangannya.

Bryan hanya dapat mendengus sekali lagi, tidak tahu harus berbuat apa. Kenapa ia harus terjebak dalam situasi ini? Gila...

"Terserah. Bye..."

Dengan sigap, Bryan mematikan teleponnya. Walaupun sebenarnya Cassie masih ingin berbicara lebih lama.

"Okay, okay. Gue harus selalu siap sama semua ini."

Bryan bergumam dengan suara dingin. Tangannya memukul stir mobil dengan keras karena kesal. "Ini nggak adil banget...."

Kenapa Bryan harus selalu berhadapan dengan hal ini. Astaga... sudah cukup kesabarannya menghadapi sifat Cassie beberapa hari ini. Pura-pura baik dengan Cassie sama saja dengan menyiksa dirinya sendiri.

"Mulai dari sekarang, kamu harus bersikap baik sama Cassie. Cobalah sayang...!" ujar Mamanya saat Bryan terus memprotes rencana pertunangannya.

***

"Sayang, kamu udah pulang yah." Sapa seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari dalam rumah.

Mata Ellisa terbelalak. Sepercikan detik pun ia menghambur ke pelukan wanita itu. "Mama...!"

"Kamu dari mana sayang? Terus tadi sama siapa?" Tanya Ranty, mama Ellisa.

"Dari taman. Terus yang tadi itu cuma tem....."

"Pacar kamu?!" Sambar Mamanya.

Ellisa menggeleng cepat, jangan sampai Mamanya terus mengintrogasinya. "Bukan lah Ma... Just Friend!"

Tapi memang benar kan hanya teman saja!? Huft... apakah status teman itu terus berlaku salamanya? Oh tidak...

Mamanya tersenyum, "Oh... kirain siapa."

"Ih... ngga kok. Percaya deh!" Jelas Ellisa lalu melepas dekapan dari Mamanya.

"Iyya. Mama percaya. Ayo masuk! Mama udah kangen banget sama kamu!" Ranty lalu menuntun anak kesayangannya masuk kedalam rumah.

Setelah masuk kedalam rumah, anak dan ibu itu langsung duduk di sofa ruang tamu.

"Mama kok tumben pulangnya? Terus kenapa Papa ngga pulang juga?"

Sekarang giliran Ellisa yang bertanya beruntun ke Mamanya.

Ranty menatap heran putrinya, "Kamu kok nanyanya gitu sih sayang? Kamu ngga suka yah kalo mama pulang? Mama kan juga kangen sama kamu."

Truly Madly DeeplyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang