Bradfrord, England.
6 March 2013
5.35 p.m
Aku tak menyangka akan begini akhirnya. Aku benar-benar tak menyangka.
Aku bukan tak senang atau apa hanya saja... Apa ya, speechles?
Menjadi kekasih salah seorang personel boyband yang namanya diketahui dan bahkan dipuja-puja gadis seluruh dunia itu bukan hal mudah. Hal-hal sehari-hari yang biasa kulakukan bahkan tersebar diseluruh media. Bahkan banyak sekali skandal yang bisa merobohkan hubungan seseorang hanya dengan menjentikkan jari tangan.
Dan disinilah aku, duduk diatas ranjang yang kami bagi bersama. Menemaninya berkemas untuk tour negara yang akan ia adakan bersama keempat teman bandnya yang akan dimulai dua hari mendatang.
Dan itu berarti ia akan pergi untuk enam bulan kedepan.
Ini tour terlama selama ia berada jauh dari dalam band dan meninggalkan kotanya. Bradford.
"Sugar? Syan? Syane? SYANE!" Sejenak Zayn menghentikan aktifitasnya dan berbalik kearahku.
"Hah? Kenapa?" Aku tersentak dari lamunanku, aku mengahadapnya
"Kau mendengarkanku tidak sih?!" Zayn menekuk wajahnya, yang berarti dia sedang kesal sekarang.
"Ada apa, Zayn?" Setengah mati berusaha menahan tawaku. Wajahnya benar-benar lucu!
Zayn malah menaikkan alis tebalnya "Kau kenapa sih?"
Lihat kan? Dia terkadang bisa perhatian walau dia terlalu malu untuk benar-benar menunjukkannya.
"Aku tak kenapa-kenapa. Ada apa?"
"Kau tak bisa berbohong padaku Syane, ada apa hm?" Tanya Zayn, kemudian ia duduk disampingku dan ikut menyenderkan badannya ke tembok ranjang. "Akhir-akhir ini kau jadi sering melamun, tau! Now tell me what happen!"
And with that, he take my hands and look me in the eyes. Dia sering melakukannya. To be honest, entah mengapa itu selalu membuat tersipu.
Aku menghela nafas. "Aku.. Hanya.... Tak menyangka saja Zayn.."
"Kau sudah mengatakan itu berapa kali Syan. Hm?"
Zayn nampak tak acuh. Justru sekarang hanya menyenderkan kepalanya kebahuku dan memejamkan matanya.
Aku mengetuk kepalanya,"Hey tapi aku serius!"
"Hey tapi aku juga serius!" Jawab Zayn menirukan gaya bicaraku dengan nada tinggi yang dibuat-buat, membuatku mau tak mau ikut tersenyum.
Zayn mengelus rambutku, "kau kan sering bicara mengenai itu juga kan?"Lanjutnya.
Aku memutar bola mataku. "Tapi kau hanya menganggapnya biasa kan?"
"Siapa bilang?"
"Aku!"
Selanjutnya, aku merasakan Zayn bangun dan memandangku "Aku juga merasa sepertimu, Syane. Anak pendiam dari Bradford, mengikuti ajang pencarian bakat yang mendapat dukungan penuh dari keluarga, pacar dan teman terdekatnya. Kini berubah menjadi 1 dari 5 anggota boyband yang namanya sudah dikenal seluruh dunia. Siapa sangka?"
Aku menatap Zayn jengkel. "Nah! Kau juga bisa berfikir seperti itu kan?"
"Aku tau yang kamu pikirkan Syane. Percaya saja padaku, okay? Six months isn't that long, Syan.. Percayalah." kata Zayn sembari membawaku kepelukannya. "Hubungan kita lebih berarti dibandingkan jarak dan waktu."
Zayn menggenggam lagi tanganku erat, kemudian melanjutkan lagi. "Aku yakin kita lebih kuat dibanding berita murahan yang sering beredar di koran-koran pagi itu. Tak usah dengarkan omongan orang lain, toh aku mencintaimu. Dan takkan ada yg bisa merubahnya. You do trust me, don't you?" Kata Zayn, yang lalu menatapku dengan mata coklatnya
"I don't know, Zayn. I'm-"
"Look at me okay? Look at me."
Zayn terus menggamit kedua lenganku seakan tak mau melepasnya pergi. Setiap semburat sinar yang tergambar dimatanya seakan ikut meyakinkan semua kata yang terucap dari bibirnya.
"You just have to trust me. I trust you because i love you, so why you don't? You say you love me, rite?" Ucap Zayn, berusaha meyakinkanku. Dan entah bagaimana caranya, semua keyakinannya membuatku setuju.
Aku mengangguk. "Yeah i do."
Zayn tersenyum lebar. "So, kau harus mengerti, Syane. That i love you, just remember that! Aku tidak peduli jika orang-orang bilang bahwa aku tidak mencintaimu, or cheating on you, karena faktanya aku tidak begitu." Zayn tersenyum menenangkan sambil mengusap tanganku yang berada di genggamannya. "Keep your promise and i will keep yours. I do mine now, so you promise?"
Sebelum menjawabnya, aku memejamkan mataku lalu menghela nafas. Pasrah, karena aku terlalu mencintai Zayn dan percaya padanya.
"I promise, Zayn."
Selanjutnya Zayn memelukku lagi. Merengkuhnya seakan aku bukan apa-apa dibandingnya. Semakin meyakinkan bahwa semua ucapannya akan terbukti.
Zayn mencium puncak kepalaku, "I love you, Syane.."
Aku tersenyum lebar. Karena dengan begini, aku tau, cintaku pada Zayn membuatku percaya dan merelakannya.
"And i love you too, Zayn"
"I love you most!" mendengarku mengakuinya membuat Zayn semakin mengeratkan pelukannya
"That's the mean of a trust, honey. I love you. And always be."
Aku tersenyum lega sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World [oneshot]
Fiksi Penggemar"Take me to the place where you go, where nobody knows, if it's night or day.."