Part 10

59K 3.3K 74
                                    

Pernikahan antara Adeeva Afsheen Hardinata dan Pradipta Bagaskara akhirnya digelar. Hanya acara akadnya saja yang diliput media. Pesta pernikahannya diadakan secara privat.

Pernikahan mereka berjalan lancar dari acara akad sampai acara pesta.
Dipta langsung membawa istrinya ke apartemennya. Ia tidak mau bermalam di hotel atau di rumah Hardinata. Ia hanya ingin menjauh dari mata-mata yang mungkin ingin mengawasi gerak-gerik mereka.

Dipta lelah, sedari pagi harus tersenyum bahagia di depan kamera dan di hadapan orang-orang. Sedangkan hatinya, tidak merasakan kebahagiaan sama sekali.
Deeva langsung membersihkan dirinya dan berlama-lama di kamar mandi. Sedangkan Dipta, memilih tiduran di ruang TV apartemennya.
Dipta mengutak-atik ponselnya. Mengetik pesan kepada Nadia bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Sesaat kemudian, Dipta pun menyimpan ponselnya kembali ke atas meja. Dipejamkan matanya. Lelah menghampiri dirinya, baik secara fisik, hati, bahkan pikiran.

Kehidupan seperti apa yang akan menunggu setelah aku menjadi suami seorang wanita yang tidak kuharapkan sebagai istri?
Mata Dipta membulat ketika melihat Deeva yang keluar dari kamarnya dengan memakai lingerie merah menyala. Tubuh Deeva yang putih bersih samar-samar terlihat dari pakaian transparan yang dikenakannya itu.
“Gimana, Sayang? Kau menyukainya? Aku milikmu seutuhnya malam ini,” goda Deeva.

Deeva langsung duduk di pangkuan Dipta dan mengalungkan tangannya di leher suaminya itu. Ditatapnya Dipta dengan penuh cinta, tetapi Dipta hanya menatap istrinya tanpa ekspresi.
“Menyingkir dari tubuhku!” pekik Dipta.
“Tidak. Aku tidak akan menyingkir.”
“Jangan salahkan aku jika berbuat kasar kepadamu!”
“Kau ingat ini baik-baik! Jika kau berbuat kasar padaku atau melakukan tindakan yang menyakitiku, aku juga akan melakukan tindakan yang sama kepada asistenmu itu,” ancam Deeva.
Dipta tertawa terbahak-bahak. “Sudah kuduga, wanita jahat, tetap wanita jahat. Takkan berubah, meski ada perjanjian untuk berbuat baik. Bagaimana bisa seorang kakak Cinderella berubah menjadi sosok Cinderella? Itu tidak mungkin terjadi,” ucap Dipta kepada dirinya sendiri.

Deeva mendengarnya dengan baik. “Aku tidak ingin menjadi Cinderella yang lemah dan kalah oleh keadaan. Aku membenci karakter itu.”
“Karakter yang kaubenci itu sosok yang berhati baik dan tulus. Sayang sekali, karakter sebaik dirinya harus dibenci!”
“Kaukira orang yang berhati baik itu seperti apa? Seperti Cinderella, seperti putri-putri Disney lainnya? Bersyukurlah, mereka hanya hidup dalam dunia dongeng! Kalau mereka hidup di dunia nyata, sosok Cinderella pun akan kehilangan kharismanya. Di dunia nyata, tidak semua akhir hidup itu berakhir kebahagiaan. Tidak seperti dongeng yang memang sudah diatur dengan akhir yang bahagia. Di dunia nyata, Cinderella yang hidup bersama ibu tiri akan bertindak sewenang-wenang, karena ia juga seorang manusia yang kadang muak akan kehidupan,” ucap Deeva.
“Apa pun itu pemikiranmu, sosok Cinderella itu tetap tidak akan berubah. Walaupun ia berubah menjadi gadis yang mengerikan karena perihnya kehidupan, aku yakin, hatinya masih menyimpan kebaikan.”
Ucapan Dipta membuat Deeva menatap suaminya itu, terpana. Lalu, memeluknya erat.
“Apa yang kaulakukan? Lepaskan pelukanmu!”

Deeva melepaskan pelukannya, lalu mencium bibir suaminya. “Terima kasih untuk bibirmu yang sangat indah dalam menyampaikan kata-kata. Aku harap, kau bisa melihat kebaikan hati yang masih tersimpan dalam sosok Cinderella yang menjadi gadis mengerikan ini. Aku akan berdoa untuk itu,” ucap Deeva, riang.
Gadis itu turun dari pangkuan suaminya dan berlari ke dalam kamar mandi sambil menggandeng tangan Dipta. “Aku lepaskan kau kali ini, tetapi bersihkan tubuhmu! Aku janji, aku tidak akan mengganggumu malam ini,” ucap Deeva, tak kalah riang.

Dipta pun tidak menghempaskan tangan istrinya. Ia mengikuti langkah istrinya yang mengajak masuk ke dalam kamar mandi. Bahkan, senyum ringan terukir di bibir kala istrinya bersenandung riang.
“Mandilah, Suamiku! Aku sudah siapkan air hangatnya.” Deeva mendorong tubuh suaminya, agar masuk ke dalam kamar mandi.
“Ya, ya, aku mandi. Nggak usah didorong-dorong juga!” omel Dipta.
“Hehehe…. Maaf, Honey!” jawab Deeva sambil tersenyum lebar. Membuat Dipta gemas dan mencubit pipinya. “Sakiiittt, Kak!” rengek Deeva, manja.

Terpaksa MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang