Aku melangkahkan kaki dengan penuh rasa gugup menuju kelasku, ini merupakan hari pertama aku masuk kuliah. Aku belum mengenal siapapun di kelas, sedangkan aku termasuk orang yang sangat buruk dalam bergaul dan mencari teman.
Dari dulu aku terkenal sebagai orang yang pendiam dan itu yang menyebabkan aku tidak punya banyak teman bahkan sering di bully. Aku sengaja mengambil kampus dimana disana tidak seorangpun yang mengenalku, dengan begitu aku tidak akan dibully.
Di kampus yang baru ini, aku berharap bisa mendapat teman yang baik atau setidaknya tidak boleh ada yang membullyku lagi. Untuk itu aku harus sedikit berubah, mencoba menjadi sedikit ramah dan menyenangkan mungkin. Tapi bagaimana, aku sama sekali tidak tahu bagaimana bergaul dengan baik.
Oh ya aku bernama Yui Aragaki dan dipanggil Yui. Berhubung papaku merupakan keturunan orang Jepang makanya namaku sedikit terdengar aneh. Itu juga salah satu yang menyebabkan mereka sering membullyku.
Sebisa mungkin aku mengontrol kegugupan yang melandaku saat berada tepat di depan kelas. Aku segera memasuki kelas dan melihat sekeliling, aku melihat beberapa mahasiswa atau penghuni kelasku sedang asik bercanda seperti mereka sudah saling kenal lama. Aku segera duduk di kursi yang terdekat dengan pintu, baru saja aku duduk dosenpun tiba dan menyelamatkanku dari tatapan para penghuni kelas karena aku langsung masuk tanpa memperkenalkan diri.
"Hai, kamu yang waktu itu kan?" sapa seseorang gadis yang berada di sampingku saat dosen keluar untuk mengambil sesuatu.
"Oh hai, iya" Jawabku singkat. Dia adalah gadis yang duduk disampingku saat aku menjalani ujian test masuk di kampus beberapa minggu yang lalu. Tidak kusangka ingatannya cukup bagus, aku saja butuh waktu untuk mengingat siapa yang menyapaku.
"Nggak nyangka ya kita bisa sekelas" Ucap gadis itu riang, aku hanya membalas dengan anggukan dan senyuman.
"Oh ya perkenalkan aku Arni, Arnindita Putri" Gadis itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Yui, Yui Aragaki" Balasku sambil menyambut uluran tangannya.
"Yui Aragaki?" Arni mengeryitkan keningnya mendengar namaku yang terdengar aneh. aku hanya mengangguk, aku sudah terbiasa melihat reaksi seseorang seperti Arni saat mendengar aku memperkenalkan namaku. Obrolan kami hanya sebatas memperkenalkan nama masing-masing, kami tidak sempat mengobrol hal lain karena dosen sudah kembali.
Arni sepertinya sudah sempat berkenalan dengan semua penghuni kelas, dia sudah mengenal semua yang ada di kelas. Saat sedang memperhatikan semua yang ada di kelas, ada sesuatu yang menarik perhatianku, aku tidak sengaja melihat sosok pangeran yang selama ini aku impikan. Dia terlihat sangat mempesona, seorang pria yang kuketahui dari Arni bernama Dika, Radika Praharja Yusuf.
Berhubung aku lagi tidak mempunyai pacar alias jomblo, aku memutuskan untuk mendapatkan hati Dika. Tidak perduli bagaimanapun caranya aku harus mendapatkannya. Aku sudah berjanji untuk berubah. Ini salah satu bentuk perubahanku, sedikit lebih agresif untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Mungkin aku sudah gila karena menyukai Dika hanya dengan melihatnya saja, tapi mungkin itu yang dinamakan 'Love at first sight'.
"Hai, boleh aku gabung dengan kalian?" seorang gadis sekelasku yang ku kenal bernama Ana Patricia datang dan meminta bergabung bersama aku dan Arni saat kami sedang menikmati makan siang kami di kantin.
"Tentu" jawabku dan Arni kompak. Sepertinya Ana sama denganku yang belum mengenal siapapun di kelas, makanya dia memberanikan diri untuk bergabung denganku dan Arni. Ana orangnya menyenangkan sama seperti Arni, kami bertiga bisa langsung akrab dan obrolan kami juga nyambung.
--Saat materi Pendidikan Pancasila yang merupakan materi umum yang harus ditempuh pada semester pertama, Dosen membagi kami menjadi beberapa kelompok untuk membuat tugas dan diskusi bersama. Satu kelompoknya terdiri atas tujuh orang anggota, dan adapun nama-nama yang tergabung dalam kelompokku yaitu: (1) Yui Aragaki, (2) David Iskandar, (3) Arnindita Putri, (4) Radika Praharja Yusuf, (5) Ana Patricia, (6) Alfaris Pradito, (7) Armansyah.
Entah ini suatu keberuntungan untukku atau apa, aku bisa satu kelompok dengan Arni dan Ana. Dan satu lagi yang membuat aku terus tersenyum, aku bisa satu kelompok dengan Dika. Ini merupakan kesempatan besar untukku bisa dekat dan mengenalnya lebih jauh. Pikirku.
Setelah voting Arman terpilih sebagai ketua kelompok, diantara kami dia juga yang merupakan anggota yang paling aktif berbicara. Aku juga merupakan orang yang cukup cerdas dalam mengeluarkan ide, tapi untuk aktif berbicara di depan umum itu sangat bukan diriku.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok yang paling banyak mengeluarkan ide adalah Aku, Arman, Alfaris dan Ana. Arni, Dika dan David tidak begitu banyak mengeluarkan ide. Selain Arman yang aktif berbicara, Alfaris sepertinya juga cukup aktif berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I believe with you?
RandomAku pikir dia adalah pangeran berkuda putih yang dikirim Tuhan untukku, tapi ternyata aku salah. Saat aku dengan gigih berusaha mendapatkannya dia malah berpacaran dengan sahabatku. Perlahan sakit hatiku terobati, saat seseorang datang dan selalu a...