AUTHOR POV
Sebuah taksi berhenti didepan sebuah rumah, seorang pria muda dengan setelan kantor namun terkesan santai turun dari taksi itu dengan membawa koper. Sepertinya dia baru datang dari suatu tempat karena melihat dia sedang membawa koper, dia kemudian memencet bel rumah itu dan tak lama kemudian seorang pria paruh baya bernama Hari Matsuko membuka pintu rumah itu.
"Selamat sore om" ucap pria muda itu sopan pada sang pemilik rumah. Sepertinya dia belum mengenali sang pemilik rumah.
"Dev? Kaukah itu?" seorang pria paruh baya lainnya bernama Jaya terdengar dari dalam.
"Ayah?" tanya pria muda yang dipanggil Dev itu.
"Jadi ini Dev?" tanya Hari.
"Iya Har, dia Dev anakku yang sedang kita bicarakan" jawab Jaya.
"Papa Hari?" tanya Dev saat mengenali sosok di depannya.
"Iya, Ayo masuk Dev!" ajak Hari pada Dev. Dev segera masuk tapi meninggalkan kopernya di luar rumah.
"Kopernya dibawa masuk saja Dev" pinta Jaya pada Dev, Dev kemudian membawa kopernya masuk bersamanya. Dev masuk dan duduk bersama Ayahnya dan Hari.
"Jadi kenapa kau pulang tanpa memberi tahu Ayah? Apa urusanmu disana sudah selesai?" tanya Jaya pada Dev.
"Belum selesai semua Yah, tapi aku bisa melanjutkan dan mengontrolnya dari sini. Aku sedang ada urusan penting disini jadi segera pulang" jawab Dev.
"Urusan penting?" tanya Jaya dengan mengeryitkan keningnya. Dev hanya mengangguk.
"Lalu urusan penting apa yang membawamu kesini bukannya pulang dulu dan menyimpan kopermu dirumah?" tanya Jaya lagi penuh selidik.
"Dev, karena kamu sudah disini.. ada hal penting yang perlu kamu ketahui" ucap Jaya hati-hati.
"Ada apa Yah?" tanya Dev.
"Kau masih ingat dengan Yui kan? maksud Ayah Yui teman kecilmu itu" tanya Jaya pada Dev. Dev mengangguk kemudian tersenyum mengingat sosok yang dibicarakan Ayahnya.
"Tentu saja Yah, dia itu gadis kecilku yang menggemaskan" jawab Dev yang baru saat mengingat Yui kecil.
"Kau ingat ini Dev?" Jaya menyodorkan sepasang buku nikah pada Dev, Dev mengambil buku nikah itu dan melihat isinya.
"Aku pikir itu hanya pernikahan mainan, tapi kenapa ada buku nikah?" tanya Dev tidak mengerti.
"Tidak, itu pernikahan sungguhan dan pernikahan kalian sah. Dengan kata lain kau sebenarnya sudah menikah dengan Yui" ucap Jaya.
"Apa? aku dan Yui sudah menikah?" tanya Dev kaget tapi kemudian senyum mengembang dibibirnya.
"Iya Dev, dan sekaranglah saatnya kalian bersama kembali" jawab Jaya.
"Ayah tidak bercanda kan?" tanya Dev kembali.
"Tentu saja tidak Dev, dan kau harus mau menerimaYui sebagai istrimu" tegas Jaya. Dev sama sekali tidak merasa terpukul dengan kenyataan yang baru diketahuinya, dia justru merasa sangat senang.
"Tentu saja aku menerimanya dengan senang hati, Ayah tahu kan betapa gilanya aku pada Yui sejak dulu" ucap Dev dengan mata berbinar, dia begitu senang mengetahui bahwa Yui sang gadis kecilnya yang di cintainya itu ternyata adalah istrinya.
"Berarti satu masalah selesai, tinggal masalah Yui" ucap Hari sambil menghela nafas. "Ma tolong panggilkan Yui, bilang kalau Dev datang" Pinta Hari pada istrinya Ratna. Ratna kemudian menuju kamar Yui.
"Oh ya Dev, Papa dengar selain masih kuliah kamu juga sudah terjun mengelola salah satu bisnis Ayahmu, benar begitu?" tanya Hari sambil menunggu Ratna kembali.
"Iya Pa" jawab Dev.
"Apa tidak mengganggu kuliahmu?" tanya Hari lagi.
"Sejauh ini tidak Pa" jawab Dev. Obrolan mereka terhenti saat melihat Ratna datang, Ratna datang sendirian tanpa Yui.
"Pa, Yui menolak untuk bertemu dengan Dev" ucap Ratna.
"Kenapa dengan anak itu, biasanya dia selalu menjadi anak penurut" keluh Hari.
"Bujuk dia, bilang kalau tidak mau kita akan mendobrak pintu kamarnya" pinta Hari lagi.
"Pa tenanglah, biar Dev yang lakukan" pinta Dev pada Hari. Kemudian dia mengambil ponselnya yang berada di saku celananya. Dia menelpon seseorang dan setelah menutup telponnya dia tersenyum penuh kemenangan.
"Tenang saja Pa, sebentar lagi dia akan turun" ucap Dev membuat Hari, Jaya dan Ratna kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I believe with you?
RandomAku pikir dia adalah pangeran berkuda putih yang dikirim Tuhan untukku, tapi ternyata aku salah. Saat aku dengan gigih berusaha mendapatkannya dia malah berpacaran dengan sahabatku. Perlahan sakit hatiku terobati, saat seseorang datang dan selalu a...