Chapter 21.

5.5K 667 92
                                    

makasih banyak yaa buat yang udah sabar nungguin update fanfic ini walaupun super lama..

_______________________

Lingkaran hitam tergambar dibawah mata yang lelah, dan rambut panjang yang terurai kusut. Bibir dan tangan yang bergemetar. Air mata mengancam untuk keluar jatuh ke pipi merah muda. Fitur halus memakai ekspresi ketakutan dan kesedihan. Lalu air mata tipis akhirnya menetes, dan aku menoleh dari cermin, gambaran diriku menghilang. Para pegawai dan pengunjung kamar mandi terjaga ketat, sama seperti beberapa area publik di institut. Mereka melakukan pekerjaan yang baik dalam memberikan kesan bahwa bangunan ini beserta pasien-pasiennya, terawat dengan baik. Namun dibalik pintu-pintu yang tertutup, horor di tempat ini akan terlihat bagi mereka yang cukup berani untuk melihatnya.

Dan mau tidak mau, aku telah melihat kebenaran Wickendale. Aku telah melihat apa yang bisa dilakukan tempat ini kepadamu, dan aku telah melihat apa yang terjadi pada Harry. Ms. Hellman telah merobek kulitnya dengan cambukan, dan James telah merenggut hampir dua orang yang ia sayangi. Aku harusnya langsung pergi ke polisi dan melaporkan James, lalu mungkin dia dan Ms. Hellman sudah berada di kantor polisi sekarang, ditanyai pertanyaan-pertanyaan, dan bukannya malah disini menyakiti orang-orang yang tidak pantas mendapatkannya. Aku rasa aku enggan melakukan itu karena aku takut. Takut bahwa James akan berjuang lebih keras untuk membunuhku dari sebelumnya jika dia tau aku melapor ke polisi. Dia akan menyingkirkanku dengan cepat supaya aku tidak banyak berbicara lagi. Tetapi aku sudah tidak peduli. Dia harus ditangkap, bukannya diberi waktu untuk menghapus jejaknya.

Besok. Aku akan pergi ke polisi sepulang kerja besok; aku tidak bersemangat untuk interogasi hari ini. Dan tentang Ms. Hellman, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan terhadapnya. Jika dia telibat dalam kejahatan yang dilakukan James, maka dia adalah komplotannya. Tapi jika tidak, aku masih tetap ingin dia dikurung. Bukan karena hukuman cambuk yang dilakukannya, karena hukuman itu mungkin juga ada di institut lain. Tetapi karena dia memberi hukuman itu pada Harry. Karena, bagaimanapun juga, aku tau Ms. Hellman menyadari ketidakbersalahannya. Dia selalu menyadari itu. Hal-hal sepenting itu tidak akan dia lewatkan. Tapi dia kejam seperti anak lelakinya. Setiap gerakan yang dibuatnya seolah-olah merendahkan orang lain, seperti dia ingin merusak siapun yang tidak sederajat dengannya. Dia sedingin mata biru esnya.

Dan sekarang Harry ditinggalkan sendiri bersama Ms. Hellman dan Rosemary untuk disiksa. Tak peduli betapa aku mencoba untuk menyibukkan pikiranku dengan apa yang harus aku lakukan selanjutnya, aku masih tidak bisa melupakan memori punggung Harry yang berdarah dan teriakannya. Dan gambaran itu adalah hal pertama yang terjadi padanya. Aku seharusnya berpikir pintar dan tidak menciumnya dan mungkin kami tidak akan berada dalam masalah ini. Tetapi aku melakukan itu, dan sekarang ia dicambuk lagi dan lagi seraya tanda-tanda di punggungnya bertambah. Memikirkan itu membuatku mual.

Aku menerobos menuju ke bilik kamar mandi terdekat, dan muntah di toilet. Aku ingat bahwa beberapa minggu yang lalu berada di posisi yang sama seperti ini. Ugh, bekerja disini menghancurkanku, aku tau itu. Aku harus berhenti. Namun aku harus mengeluarkan Harry dari sini dulu. Akan tidak adil jika aku berhenti bekerja tanpa membebaskan dia, meninggalkannya untuk menderita disini selamanya. Hanya aku yang tau kisah hidupnya, dan mungkin hanya aku di Wickendale yang percaya akan itu.

Aku membilas toilet dan berdiri dari posisi berlututku, merapikan seragamku. Sekarang pertanyaannya adalah, apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Aku sudah mencoba untuk memukul pintu kantor Ms. Hellman setelah para penjaga membawaku keluar, namun itu tidak membuktikan kewarasanku sehingga aku berhenti. Pilihan yang lain yaitu pergi ke kantor Lori dan bertingkah seperti biasa; seperti tidak ada yang terjadi. Aku rasa hanya itu yang dapat aku lakukan. Setelah mencuci mulut dan membasahi wajahku, menguncir rambutku menjadi ponytail, aku meninggalkan kamar kecil tersebut.

Psychotic (Indonesia Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang