Chapter 44.

3.4K 448 65
                                    

i changed my username, so don't get confused :)

don't forget to vote and comments x

enjoy !


________________________


HARRY'S POV :

Wickendale dipenuhi oleh penjaga dan pegawai. Seperti serangga di lubang suatu dinding, mereka merayap di koridor dan lorong. Jika Rose dan aku dengan mudahnya 'melarikan diri', tertangkap oleh salah satu mereka tidak dapat dihindari. Tentu, ada kesempatan untuk lari dari mereka, tetapi kemungkinan itu kecil. Dua pasien yang mencoba kabur dan tidak ketahuan adalah sebuah keajaiban. Dan kami tidak memiliki keajaiban untuk disia-siakan.

Tetapi jika hanya seorang pasien dan seorang penjaga, tidak perlu dipertanyakan. Jadi inilah kenapa aku harus membunuh James. Membuatnya pingsan dengan obat penenang mungkin akan berhasil, tapi aku tidak memiliki jarum suntik berisi obat tersebut. Jadi pilihan B; membunuhnya dan meningkatkan kesempatan kami untuk kabur. Atau setidaknya, itu alasan yang aku beri tahu diriku sendiri.

Ketika James berbalik, tidak dapat bereaksi sebelum aku memberi tonjokan pertama, rasa sakit di kepalan tanganku karena tulang dibawah kulit James terasa menyegarkan. Ini karena kesuksesanku membuat kami akan lebih dekat untuk keluar. Ini karena setiap kali dia terjatuh ke belakang, berarti kami akan lebih dekat untuk meninggalkan tempat ini.

Aku terus memberitahu itu pada diriku. Dan bagaimana jika aku merasakan sedikit kesenangan bahwa aku akan membunuh lelaki di depanku ini? Rasanya memuaskan karena aku akhirnya dapat membalas dendam pada orang yang selama ini telah menghancurkan dua wanita yang aku cintai. James telah mengacaukan hidupku, dan sekarang aku akan mengakhiri hidupnya.

Tapi tetap saja, bahkan setelah semua alasan itu, aku tau masih ada lagi. Selain keinginan untuk kabur dan balas dendam, ada alasan yang lain.

Aku melihat James yang sekarang sedang memegangi rahangnya. Matanya melebar dan bingung seraya dia menatapku berdiri di depannya.

"Apa-" dia mulai bicara namun tanganku menghantam rahang lainnya. Dan tanganku terasa sangat sakit, tapi aku merasa kenikmatan saat aku sadar bahwa yang James rasakan jauh lebih sakit. Kepalanya terpaling ke belakang dan beberapa tetesan darah keluar dari mulutnya. Tubuhnya terhuyung kebelakang lagi, tetapi pikirannya berpikir cepat, tangannya berpindah untuk mengambil senjata di pinggulnya. Bagaimanapun juga, aku lebih cepat darinya.

Kakiku menendang senjata itu dari tangannya sebelum dia dapat mengarahkannya padaku. Senjata tersebut jatuh ke lantai. James mendengus kesakitan dan memegangi pergelangan tangannya untuk mengurangi rasa sakitnya. Namun dia tau apa yang akan terjadi, dia dengan segera melindugi tubuhnya dengan kedua tangan. Sekarang dia siap untuk melawan. James tau apa yang sedang aku lakukan dan dia akan mencoba menghentikanku. Bagaimanapun juga, aku memiliki sesuatu yang tidak dimilikinya. Aku memiliki adrenalin kuat dan desakan untuk melarikan diri di pikiranku. Aku memiliki amarah, dan aku memiliki tujuan. Satu-satunya alasan yang dimiliki James untuk melawanku hanyalah agar dia bisa membela dirinya. Dan itu tidak akan cukup untuk menyelamatkannya.

"Harry, stop," dia memberi perintah, suaranya kuat. "Kau tidak ingin melakukan ini. Biarkan aku membawamu kembali ke sel."

Aku tidak bisa menahan tawaan kecil dari dadaku, sebuah senyuman menyeringai membentuk di bibirku. Membawaku ke sel? Apakah dia serius?

Lalu aku memberi pukulan yang lain.

Kali ini James tidak bicara apa-apa atau terdiam kaget. Kali ini dia bertindak, dan aku terkejut. Kepalan tangannya yang keras menonjok wajahku sehingga aku tersandung kebelakang. Pipiku terasa nyeri. Did he just fucking hit me?Rasa sakit di rahangku menjawab pertanyaan itu, memprovokasi amarahku. Di dalam diriku, aku dapat merasakan kemarahan yang mendidih. Api yang membara telah muncul dalam beberapa detik. Setelah semua hal yang James ambil dariku, setelah semua masalah yang dia beri padaku, yang dia lakukan ke Emily dan Rose, dia masih berpikir bahwa dia mempunyai hak untuk menyentuhku. Kepalan tanganku bergetar dan rahangku mengeras dan otot-ototku tegang. Aku memalingkan kepalaku ke lantai untuk meludahkan darah, dengan cepat, agar aku bisa kembali menghadap James. James sialan.

Psychotic (Indonesia Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang