Chapter 31.

4.6K 630 121
                                    

Chapter ini didedikasikan untuk semua pembaca yang udah sabar banget nungguin update dan ngga bosen ngevote/ngekomen cerita ini :)

Enjoy this beautiful chapter!

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

"i know we'll be alright, child. just close your eyes and see. i'll be by your side, anytime you're needing me." -Harry Styles, Walking In The Wind.

________________________

Ruangan sunyi. Kesunyian yang menggelisahkan mengisi ruangan selagi aku menunggu Rose. Selain dadanya yang naik turun dengan nafas halus, ruangan masih tidak bersuara. Lori berdiri di pojok dinding, tidak bergerak dan tidak berbicara. Dia menunggu tidak bersebelahan denganku, tapi dia ikut menunggu dengan kesabaran.

Namun Rose akan bangun sebentar lagi dan dia akan memecahkan keheningan ini. Atau setidaknya itu yang aku harapkan. Tetapi harapanku menjadi luar biasa dimana keraguanku berkurang, karena aku bisa melihatnya perlahan bangun. Tangannya selama ini aku genggam sembari aku duduk di bangku kecil disebelah kasurnya, jari-jarinya mulai menyentak sedikit. Matanya bergerak dibawah kelopaknya, dan terkadang bibirnya bergerak seperti dia sedang bermimpi.

Mungkin aku bereaksi berlebihan, mengawasinya dengan rasa peduli yang hebat selagi dia berbaring disana. Karena aku tau dia belum minum atau makan dengan cukup dalam beberapa hari ini, dan Lori menginformasikanku bahwa ini adalah alasan mengapa dia pingsan. Aku sebelumnya tidak menyadari kalau dia tidak makan siang juga, dan aku tidak melihatnya untuk sarapan atau makan malam. Jadi tidak banyak cara bagiku untuk mengetahui apakah dia sudah makan atau tidak. Rupanya dia belum.

Aku terlalu terpikat pada diriku sendiri, mencoba untuk menyusun pikiranku sehingga aku tidak pernah menanyakan kabar Rose. Hal itu pasti sulit baginya, aku seharusnya bertanya tentang keadaannya, aku seharusnya lebih peduli. Ada banyak hal yang seharusnya aku lakukan dan tidak seharusnya aku lakukan.

Dan akibat dari kurangnya kepedulianku padanya, munculah pikiran buruk bahwa saat Rose bangun, dia tidak menginginkan aku berada disini. Bahwa dia akan mundur ketakutan dan mengelak dari sentuhanku. Aku tidak akan menyalahkannya. Apa yang aku lakukan sangat tidak pantas dan itu seharusnya tidak terjadi. Tetapi bukan aku yang mengontrol, itu bukan aku. Well, itu memang aku, aku tidak mencoba membela diri, namun aku tidak bermaksud untuk melakukannya. Sesuatu yang aneh sudah memasuki pikiranku, sesuatu yang asing. Energi penuh yang datang tiba-tiba dikarenakan segala rasa yang aku pendam selama ini tidak bisa teratur lagi. Jadi iya, ini memang salahku, namun aku tidak bisa mengkontrolnya.

Tetapi melihat wajah Rose yang ketakutan, melihat dirinya jatuh ke lantai dan menangis karena diriku, telah menimbulkan rasa sakit yang lebih parah daripada cambukan atau terapi kejut listrik. Rasa sakit secara mental lebih buruk dari rasa sakit secara fisik. Karena tubuhku kuat dan bisa menerima rasa sakit, dimana pikiran dan hatiku tidak bisa.

Tapi setidaknya aksi yang ku lakukan sudah menghasilkan satu hal yang baik. Karena syok atas semua ini, aku telah kembali. Mulai dari perasaan simple, sebuah kecemasan disertai dengan rasa bersalah yang berat. Dan itu meluas seperti bubuk berwarna di dalam air. Aku mengingat betapa pentingnya Rose dan aku ingat kenapa aku sebenarnya disini. Hantu diriku yang dulu terkenang bersama dengan rasa takutku untuk menyakiti Rose. Tiba-tiba datanglah padaku, seluruh perasaan yang aku rasakan terhadap dia dan orang-orang lain. Aku ingat emosi sakit hati dan kebencian dan gairah dan rasa cinta.

Syok itu telah menarik-ku keluar dari pikiranku yang seperti pasir hisap, dan akhirnya semua gambar terlihat jelas. Aku merasa seperti diriku lagi; hanya saja lebih banyak perasaan bersalah.

Pintu terbuka, tapi aku tidak menoleh untuk melihatnya. "Hai, Grace," Lori berkata.

Wanita yang kedua, Grace, memiliki suara yang sangat kecil, seperti dia takut berbicara. "Hai," katanya. Aku sebelumnya pernah bertemu dengannya, jadi tidak perlu menoleh untuk melihat itu suara siapa. Grace sedikit sederhana, terlihat seperti berumur duapuluhan atau tigapuluh. Dia memiliki rambut pirang yang tipis dan lurus, dan wajah putih. Dia adalah asisten perawat yang baru, yang menggantikan tempat Rose, namun dia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keindahan yang sedang berbaring di depanku.

Psychotic (Indonesia Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang