Wanita paruh baya itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Sambil menangis ia memerhatikan spion kirinya, berharap lelaki itu tidak mengejarnya.Wanita itu mengusap kepala gadis kecilnya dengan lembut walau air mata tetap membajiri wajahnya.
"Mom, kita akan kemana? Aku mau pulang Mom," dengan polosnya gadis kecil itu merengek.
Saat itu usianya masih tujuh tahun. Belum terlalu mengerti dengan situasi yang dialami Ibunya.
"Kita tidak akan kembali sayang. Kita akan pindah ke Edmond."
"Tapi aku mau rumah lama kita Mom."
"Tidak bisa. Kau harus mengerti sayang."
"Aku mau pulang. Aku mau pulang."
"Cecilia!!" bentak Ibu dari anak yang bernama Cecilia itu.
CLLIIIITTTZZZ
BRUAK
Kejadian naas nan mengerikan terjadi sore itu. Wanita yang mengendarai mobil menabrak si pejalan kaki yang juga sesusianya, mungkin. Karena kaget, wanita itu keluar dari balik pintu mobil dan menemukan sosok orang yang ditabraknya. Ia shock, mengingat anak lelaki menangis di sampingnya.
"Mom hold on, Mom," sambil menangis, anak itu berusaha menutupi darah yang mengalir pada kepala Ibunya.
Anak itu sempat melihatnya dengan tatapan mengerikan.
Saking shocknya ia meninggalkan mereka begitu saja. Katakan ia tega tapi ini untuk kebaikannya.
Jangan ada masalah lagi, gumamnya.
Bertengkar dengan suaminya saja sudah cukup. Tidak perlu menambah beban lagi. Akhirnya dia pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua yang tergeletak di jalanan.
Ini salah, seharusnya aku kembali pikirnya. Namun sudah terlambat, ia pun menyesal.
▶▶▶
"Ayo pulang."
"Tidak mau. Pulanglah sendiri," bantah anak kecil.
"Biarkan saja dia. Kau tau jalan pulang kan?" tanya lelaki yang usianya sekitar 15 tahun.
"Iya."
Semua orang yang berada di pemakaman hari itu pulang satu-persatu. Jadi, bisa dipastikan hanya dia yang berada di sana. Menyeramkan memang, tapi dia tidak peduli.
Dengan beberapa bunga yang masih segar di atas batu nisan, dia hanya menatap kosong. Ia mengepal tangannya.
Langit mulai terlihat gelap. Ternyata mendung. Beberapa menit kemudian gerimis. Dia masih berada di pemakaman dengan suasana mengerikan. Jas hitam yang ia kenakan samar-samar bergoyang karena angin. Rambut brunette-nya pun ikut bergoyang.
"Aku membencimu."
"Tapi aku lebih benci dengan orang yang membuatmu seperti ini."
BYUUURRR
Tak lama setelah itu hujan turun dengan derasnya. Ia masih diam di tempat melihat tanah yang basah, bunga segar itu perlahan menurun dari atas batu nisan.
Masih mengepal tangannya, ia merasakan amarah yang memuncak. Ia marah dan emosi. Ibunya meninggal dan dia membencinya. Tapi ia lebih membenci orang yang membunuh Ibunya.
"Mom, aku akan balas dendam."
"Aku berjanji akan menemukan orang itu dan membunuhnya," lanjutnya menatap tanah yang sudah sangat basah.
Anak itu menyeringai, membuat suasana semakin mengerikan. Dia senang ketika mengatakan dua hal itu
Balas dendam
Dan
Membunuh
Sepertinya itu akan menyenangkan.
⏪⏩
Just make you sure that you already read my new story (・∀・)
Bdw cerita ini sedang dalam proses pengeditan.
Chen

KAMU SEDANG MEMBACA
I AM A KILLER (TAMAT) Special Greyson Chance FanFiction
Mystery / Thriller[TAHAP REVISI] Nick sudah mati, itu karena ulahku. Katakan saja aku berlebihan tapi aku sudah membunuh orang. Nerd ini sudah membunuh orang. Story, Psychopath Test and Riddle All Right Revenge 2015 @CheFha_ Cover by CheFha_