Kotak

19 1 0
                                    

Aku menghampiri gadisku di sudut kafe, tangannya berada tepat di bawah meja bertaplak kotak-kotak oranye. Sambil berjalan mantap ke arahnya, aku menggenggam kotak beludru warna indigo gelap―orang akan mudah menebak apa yang akan kulakukan. Aku mengamati pantulan tubuhku pada sebuah kotak cermin di dekat pintu masuk, ah, tindik baru di kuping kiriku membuatku semakin percaya diri bahwa gadisku akan menerima lamaranku.

Begitu aku tiba di hadapannya aku langsung menyodorkan cincin dalam kotak itu, tetapi tatapannya seolah menelan seluruh keberanianku. Saat aku beralih, sebuah cincin bermata safir berada dalam kotak beludru merah tua di muka meja menjadi ancaman untukku. Aku terlambat―terlambat mendapat secercah perasaan itu, hingga tanpa ragu kutarik lagi kotak itu darinya.

"Aku akan melakukan hal yang sama untuk gadis kedua yang duduk di sini menungguku. Bagaimana menurutmu?"

Dia tersenyum, aku menangis dalam diam.

The JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang