7

63 1 0
                                    

TIAR POV

Sudah seminggu aku keluar dari RS, selama itu entah kenapa setelah hari itu aku tidak menemukan Ceriaku. Ya aku lebih suka memanggilnya Ceria. Kakiku dalam pemulihan, sekitar sebulan lagi bakalan pulih. Selama medikasi di RS tak pernah kulihat batang hidungnya. Entah kenapa rasa rindu melanda. Baru kali ini aku merasakan seperti ini. Kalo dilihat fisik, jauh dengan pacar-pacarku yang dulu. Ceria dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, walau badannya agak gempal dia lincah sekali. Rambut ikalnya membuatku semakin terpana sampai aku tidak dapat mengenalinya. Walau tidak dapat mengenalinya, mataku tidak dapat berpindah kelain tempat selain melihatnya.

"Aaarrrgghhh!!! " teriakku frustasi. Kuacak-acak rambutku yang memang cenderung gondrong.

"Lo kenapa?" Tanya Hatma. Tringg.. ringtone Hatma berkumandang. Huh standar banget deh bunyinya. Pikirku.

"Halo sayang, gimana kabarmu. Ahahahahaha, kakak kangen nih, ketemuan yuk. Ah masuk malam? Kalo gitu ntar malem aku telp lagi ya, aku temenin kamu ngeronda. Hahahaha, bye," pip. Kulihat wajah sumringahnya, senyumnya, seperti Ceria. Bah mikir apa aku. Gila kali ya.

"Pacar baru??" Ketusku.

"Hahaha, baru PMS bro?? Sewot mulu. Udah ah, gue cabut dulu. Mau jemput pacar hahahaa" kata Hatma super ceria.

"Halo Honey, aku jemput sekarang ya,," kata Hatma. Bah, punya berapa pacar dia?? Setahuku dia berpacaran cuma 2 kali, sama Luisa sama Hani. Trus yang tadi siapa? Yang mau dijemput siapa? Yang mau dtemenin ronda siapa?? Hahh!! Malah mikirin orang lain. Aku hanya mau Ceria??!!!!

***

Panasnya minta ampun. Hari ini malam keduaku. Sudah seminggu aku ga ketemu si Tiarap sial itu, ngaku-ngaku pacarku lagi. Bikin kewalahan sama interogasi orang-orang se-RS. Seminggu ini aku jadi bahan gosip. Si Tiarap begitu getol ke RS, cariin aku lagi. Bikin heboh seantero RS. Dengan masuk malam ini bikin aku lebih leluasa. Lumayan empat hari tidak di interogasi. Dan selama itu pula kak Hatma rajin menghubungi aku. Padahal dahulu dia jarang bicara sama aku. Sekarang entah kenapa jadi rajin.

Kudengar suara mobil berhenti depan pagar. Kutengok kepalaku.

"Kak Hatmaa, katanya nanti malem mau telp, kok sekarang dah sampe sini?" Tanyaku heran, kak Hatma memang aku beritahu kos ku, dia memaksa ingin tahu. Dan ada seorang wanita mungil dibelakangnya. Cukup manis, wajahnya tidak cantik, tapi tidak membosankan.

"Ah ini, aku kenalkan, istriku Hani. Auch!" Katanya dengan semangat namun kesakitan karena kakinya diinjak.

"Maaf, dia melantur, kami belum menikah."kata Hani dengan wajah memucat. Panik sekali kelihatannya. Kak Hatma tertawa terpingkal-pingkal.

"Honey, kau makin cantik kalo panik begitu. Hahahaha" kata kak Hatma mesra. Dipelukknya pacar mungilnya itu, tak terlihat olehku badannya, tertutup badan kak Hatma yang tinggi besar.

"Ini namanya Hani, sayang. Calon istriku. Dalam waktu dekat akan aku lamar. Tapi dia panikan begini jadi ga aku kasi surprise. Hahahaha." Kata Hatma. Gadis kecil itu merona wajahnya.

"Duh imutnya, calon kakak." Aku tersenyum sambil menyalaminya.

"Aku Senandung, adik kak Hatma. Ga usah cemburu ya kak Hani. Dia ini emang sukanya bikin kain gombal. Hahahaha" seruku yang berlanjut dengan jitakan dari kak Hatma.

"Jadi, kalian dipisahkan? Kamu ikut ayahmu, lalu kembar ikut ibunya? " kata Hani.

"Iya kak, tapi ayah sudah meninggal 5 tahun lalu. Aku kerja didesa dan baru 2 bulan ini kerja di kota ini. Dan baru seminggu ketemu kakak Hatma." Ceritaku.

"Maaf ya dung, kakak baru tahu kamu kemarin. Kakak tidak pernah mencarimu. Kakak takut keluar dari zona nyaman kakak." kata Kak Hatma.

"Oh iya, kelihatannya Tiar benar-benar tergila-gila padamu Dung, mood nya ga bagus seminggu ini." Ceritanya.

"Bachtiar? Suka dengan adikmu ini?" Kata Hany dengan nada heran. Tapi aku agak tidak menyukai caranya menyebutku. 'Adikmu ini', seperti aku jahat ajah. Sepertinya Kak Hatma juga heran mendengarnya.

"Kenapa? Adikku ini cukup cantik kok. Dipoles dikit dah bikin klepek-klepek artis se-Indonesia. Hehehe" canda kakakku. Sepertinya ada yang aneh dengan pacar kakakku ini.

Kuhidangkan camilan milikku dan minum buat tamuku. Tepat saat kuhidangkan Cyndy datang dengan suaranya yang cempreng.

"Andung Tintaaah,, aim kaming,," dia tertegun melihat kedua tamuku.

"Kok, ada Hatma, ada Hani." Cyndy menatap mereka dengan tatapan heran, namun tetap nyelonong masuk, membawakan aku makan siang.

"Apa menu hari ini Cyn? Jangan yang biasa loh ya, aku ogahh!!" Kataku.

"Kalian biasa kaya gini yah?" Kata Kak Hatma saat melihat keakraban kami. Kulihat Hani hanya memandang dengan tatapan yang lebih aneh, kurasa.

Cyndy menatap mereka berdua dengan tenang. Kulihat tatapan matanya begitu tajam. Tidak seperti saat menatapku.

"Kenapa? Kau iri? Dia ini kesayanganku. Jangan ganggu dia atau kumakan kau!" Katanya mantap. Entah kepada siapa dia tunjukan tapi entah kenapa Hani tampak gelagapan.
Mereka berdua pamit pulang. Tinggal aku dan Cyndy. Melanjutkan acara lahap melahap. Cyndy memandangku dengan santai.

"Kau beneran adiknya Hatma?"

"Iya, aku terus mengikuti keberadaan mereka sejak ada smartphone. Aku ga tau kenapa hanya aku yang ditinggal oleh ibu. Tapi aku tau mereka menyayangiku. Aku agak aneh dengan pacarnya. Agak mencurigakan gitu." Ceritaku.

"Hani itu fans beratnya Bachtiar. Tapi aku ga tau kenapa kok dia malah jadian dengan Hatma." Cerocosnya. Oh, makanya dia terkejut mendengar Tiarap tergila-gila padaku.

"Kamu jadian ya sama Bachtiar? Jadian aja gih, ntar jadi model couple design terbaruku." Katanya masih dengan mulut penuh nasi.

"Kalian pasangan serasi loo... saling melengkapi tau, yang satu pendek yang satu tinggi. Itu namanya memperbaiki keturunan.."

Plethak

"Adhawww!! Aduduh Dung, tega bener, itu sendok belum kamu cuci dah buat pukul pala ajah, sakit tau!!" Gerutunya.

"Sapa suruh menghina dina diriku. Bilang memperbaiki keturunan pula. Emang yang mau punya keturunan sama dia tuh sapa, begoo."

"Ehh, jangan salah loh Andung sayang. Sapa tau dimasa depan emang dia jodoh kamu. Kalo dia mah, aku restuin deh. Heheheh." Senyumnya sumringah sekali. Kulirik dia dengan tatapan tajamku dan sendok terangkat siap melayang kalo dia ngoceh lagi.

"Ampun Dung, ampun.."

Dan jaga malamku akan berjalan aman sampai dengan pulang dipagi harinya kalau saja orang itu tidak datang lagi kesini.

*** tbc

PersembunyianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang