"Halo sayangku. Aku sangat merindukanmu." Tatapannya sangat hangat dan wow, kenapa aku merasa sedikit senang ya. Sedikit saja. Karena ini jam pulang, dan 'dia' datang. Dan itu sangat menyebalkan.
"Aku habis syuting nih, pulang pagi, inget dirimu. Trus kesini. Aku anter pulang ya." Nah itu dia yang kutakutkan.
"Maaf Pak Tiar, saya pulang sendiri saja. Kontrakan saya deket kok, ga perlu dianter. Apalagi mobil anda segede gitu. Ga bisa masuk gangnya." Kataku mencoba sopan. Raut mukanya berubah. Terlihat sedih, dan capai.
"Aku cape sekali sayang. Aku ingin bersamamu. Trus kalo ga naik mobil, naik apa sayang?" Katanya memelas. Tidak ada kesan sombong dan angkuh seperti saat pertama kali bertemu. Dan memang benar wajahnya terlihat sangat capai.
"Tapi dirumahku tak ada apa-apa untuk kau makan. Biar aku beli sayur dulu ya. Aku jalan kaki saja. Kamu naik mobil sampai gang depan toko Biru itu ya. Aku mampir beli sayur. Kasian kamu kalo jalan kaki." Kataku.
Senyumnya mengembang. Terlihat bahagia. Seperti anak kecil, dia mengangguk-anggukkan kepalanya. Lucu sekali. Tak tampak seperti Bachtiar Gumawan yang dikenal sebagai artis dengan penampilan yang selalu elegan dan tampan. Pagi ini dia tampak seperti pemuda biasa.
Dia sudah menunggu didepan gang. Tampak semrawut dengan topi pet dan kacamata hitam. Bagaimanapun juga tetap mengundang banyak lirikan pemudi dan ibu-ibu sekitaran kampung ini.
Hari ini Cyndy tidak datang, 3 hari dia akan menginap dirumah orangtuanya. Akan ada pesta katanya. Kakaknya menikah. Kubuka pintu kamar kos ku. Memang kecil,namun cukup nyaman untukku. Tiar memandang sekeliling.
"Maaf, tunggu aja di sini, aku akan memasak sesuatu untukmu di dapur sana." Kataku. Dia mengangguk patuh.
Sekitar 15 menit aku didapur, ku lihat Tiar sudah tertidur di kasur lapukku. Kasur tercinta tiada tara. Ah, memamg tampan orang ini. Layak dia menjadi idola. Kutinggalkan dia tidur disana dan kulanjutkan acara memasakku.
"Ria, aku lapaaaarr..."
"Kau sudah bangun? Ini makan sop nya. Kau tertidur lama sekali. Ini sudah siang Tiar." Kataku sambil memgambilkan nasi untuknya.
"Oh sial, sebenarnya aku ada jadwal pukul 10 tadi. Tapi tak apa, tak terlalu penting. Yang penting mengisi perut." Dengan lahap dia menyantap sop buatanku tadi.
"Enak sekali sayang, aku mau tambah. Aku mau sambalnya yang banyak, itu, tempenya juga enak. Ah lebih enak disuapin sama sayang." Katanya genit sambil nyengir. Kenapa juga dia bisa ngegombal dengan muka selucu itu.
"Kamu kenapa sih kok panggilnya sayang-sayang? Emang aku anakmu apah?" Gerutuku. Kusodorkan piring penuh nasi sop sesuai order sang tamu.
"Hanya kamu yang akan aku panggil sayang. Ah, honey aja ya,,, Hon, suapii, aaaa" cerocosnya ga jelas.
"Nih Hohon" ku suap sesendok penuh ke mulutnya yang mangap itu.
Aku sudah ngantuk sekali. Jaga malam memang menguras tenaga. Handphone Tiar terus berteriak-teriak minta diangkat. Ku jaga terus mataku untuk tetap terbuka. Walau ini sudah siang. Biasanya aku langsung tidur setelah sarapan dan mencuci baju. Tapi ini ada orang berbahaya didalam kamarku. Dia sedang sibuk dengan smartphoneku. Entah apa yang dia buat, serius sekali kelihatannya dengan sesekali melihatku, yang membuatku sedikit risih.
"Kau tau Hon, sebenarnya kau itu cantik sekali." Katanya tulus.
"Entah kenapa kelihatannya aku benar-benar menyukaimu." Tak tau kenapa kata-katanya membuatku seperti melayang. Aku memang belum pernah dicintai ataupun mencintai. Aku tidak berpengalaman tentang cinta, karena aku sendiri terlalu sibuk untuk memikirkannya. Menurutku hal itu hanya menghabiskan waktu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Persembunyian
RomanceKala cinta datang namun tak terlihat, itu rasanya sungguh menyiksa