4

89 3 0
                                    

Disini aku bergaya, meliuk-liuk bagai model, ah bukan, bagai cacing kepanasan. Silau cing, cacing silau kena blitz kanan kiri. Sial banget nih, kata Cyndy cuma sebentar, nih sekarang dah 3 jam belum selesai. Udah gitu disuruh bolak balik ganti baju lagi. Rempong dwehh. Tapi honornya lumayan, jadi ya dinikmatin ajah.

"Dung ganti lagi yak" seru Cyndy semangat. Dia tergopoh-gopoh membawa baju ganti buat aku pakai lagi. Aku melihatnya dengan tatapan membunuh, dia hanya nyengir aja.

"Inget ya Cyn, honornya 3x lipat, trus kamu harus kasi aku jatah makan malam selama seminggu!! " ancamku sambil mengambil baju dari tangannya.

"Siap boss!!" Serunya dengan telapak tangan kanannya tegak menutupi dahi sikap hormat dan senyum mengembang sempurna menunjukan ketampanannya. Cuih tampan?? Cantik iya!!

Keluar dari fitting room sinar blitz langsung menerpaku, reflek tanganku keatas menutupi silaunya dari mataku. Jepret jepret jepret.

"Ed, hentikan Edy! " teriakku. Ternyata yang iseng itu si Edy bule.

"Kau cantik banget darl, alami begini makin cantik deh.." katanya sambil melihat hasil jepretannya. Cyndy ngekor dibelakang Edy. Aku hanya melongo disebut cantik. Itu orang waras ga ya?? Panas mungkin kepalanya? Manusia gempal kaya aku disebut cantik. Hmm ga habis pikir. Oh Tuhaan, aku dikelilingi cowo-cowo tampan tapi ga waras.

***

Aku terbangun tengah malam. Baru 2 jam aku tidur. Haaaaahhh, masih ngantug. Pukul 3 pagi. Pulang tengah malam. Dasar Cyndy bikin aku begadang. Sepulang dari sanggar aku ditraktir makan sampai kenyang, trus aku diajak ke bakal butiknya, bantuin dekor. Padahal hari ini aku masuk pagi. Kalau bisa tidur sekarang bisa istirahat, tapi kalo ga bisa ngalamat mata panda nih besok. Kulihat ponselku. Ada 2 pesan dari Cyndy.

Cyndycyint: Say, makasih ya hari ini. Besok lagi yah, mumpung si Edisulaiman lagi baek nih sama aku.

Cyndycyint: Say, besok masuk pagi kan? Aku antar yah, moga ajah bisa bangun pagi. Hahahaha ﹋o﹋

Cih, orang kaya dia apa bisa bangun pagi. Coba liat besok bisa bangun tidak. Ku ketik dengan semangat membara membalas sms Cyndy.

Ceriahaha: Emang situ bisa bangun pagi??? Yang ada aku yang nungguin sampe jamuran!! Kalo besok belum ada dikontrakan jam setegah 7 kurang 5, aku tinggal!

Send

Tring

Cyndycyint: siaaaaapp!!

Buset belom tidur tuh anak. Mana balesnya cepet bingit. Makin ga percaya dia bisa bangun pagi.

Ceriahaha: busetdah cepet amat balesnya. Aku tunggu deh besok. Kok belum tidur Cynt? Cepet bobo geh, biar bisa jemput perawat cantik besok pagi!

Cyndycyint: Insomnia Dung, ga bisa bobo. Masih sibuk jahit nih. Jadi makin melek nih mata di sms sama kamu hahahaha.

Bisa ikut ga tidur nih nanggepin sms si Cyndy heboh itu. Sudah pukul 4, aku peluk bantalku sambil berdoa.

***

Sudah bisa diduga. Sudah pukul setegah tujuh Cyndy belum datang. Aku brangkat sendiri. Untung dekat Rs nya sama kontrakanku, jalan kaki hanya 10 menit. Aku berangkat melenggang santai.

"Pagi Bu, pagi Mbak, Pagi,, " cerocosku menyapa semua yang aku temui selama perjalananku ke bangsal tempatku dinas. Aku memang sudah memasuki area Rumah Sakit.

"Eh Senandung, itu pasien VVIP cariin lo terus." Kata Damai, perawat cowo satu-satunya di bangsal ini.

"Bachtiar itu toh? Ada apa?" Tanyaku penasaran.

"Ga tau, minta dimandiin tuh kelihatannya." Katanya santai.

"Oh,.." eh tunggu.

"HAH??!! " teriakku terkejut.

"Ada acara apa sift pagi mandiin pasien?? Bukannya yang shift malam sama shift siang yang berhak mandiin pasien??" Kataku. Damai hanya mengendikan bahunya.

"Tadi laporannya pak Larto katanya pasien VVIP 1 minta dimandiin kamu. Yang lain sih sudah." Kata Katty nimbrung.

"Kenapa harua aku sih, rempong tuh pasien." Kataku menggerutu.

"Enakkan Senandung, bisa deket-deket artis. Mana ganteng banget pula. Aku tadi udah rayu biar ku mandiin, tapi dia ga mau, maunya sama kamu." Katty memang cantik, banyak perawat cowok dan dokter muda naksir dia, tapi dia sudah punya pacar, katanya. Badannya bagus, tinggi, proporsional. Sedangkan aku? Gemuk pendek menurutku. Hanya kulit putih andalanku, tapi walau kubanggakan tapi belum ada yang kecantol sama keputihan kulitku.

Aku berjalan menuju kamar artis rempong itu dengan mendorong troli berisi baskom air panas dan air dingin. Ku pencet bel kamar tersebut, karena memang private room. Pintu kamar terbuka otomatis, dan terlihat sang pasien sedang membaca koran dwngan santainya. Pria itu terlihat tampan dengan kaus putih polos tipis dan rambut acak. Dia menoleh an senyum mengembang di bibir sexy nya.

"Selamat pagi suster Senandung. Hari ini anda terlihat cantik sekali." Katanya masih dengan senyum memggoda. Kubalas senyumnya dengan senyum paling menawanku, menurutku sih. Balasan untuk pujiannya. Pujian gombal.

"Pagi Bapak Bachtiar, kata teman saya anda ingin saya yang memandikan anda. Anda sudah bisa duduk? " tanyaku.

"Bisa Senandung, tapi cuma sebentar setelah itu terasa sakit dan pegal. Iya saya yang minta kalau saya hanya mau anda yang memandikan saya. Karena anda sudah mengetahui tubuh saya jadi, saya lebih nyaman dengan anda." Jelasnya oanjang lebar. Aku hanya melongo mendengarnya, jantungku agak berdebar mendengarnya. Sedikit tersanjung dan malu, mengingat kejadian kemarin. Dan terasa degup jantungku mendengar namanku diaebut olehnya. Kulihat dia makin tersenyum, mungkin karena melihat rona wajahku. Sial! Kulit putih kebanggaanku membongkar aibku!!

"Saya mulai bersihkan ya Pak."

"Tak usah formal begitu, panggil saya Tiar saja, saya belum menikah, jangan panggil Pak." Ujarnya melepaskan kausnya. Terpampanglah perut sexynya. Entah aku sudah tidak peduli dengan rona pipiku. Rasanya makin panas saja.

"Kamu manis sekali Senandung" katanya. Matanya terlihat memggoda. Semakin terasa dagdigdug-ku. Makin mantap terasa ketika dia buka selimutnya. Waw. Boxer hitam super pendek. Dan teringat kejadian kemarin membuat aku jadi makin tidak profesional.

Aku mulai mengusap badan bagian atasnya, ku kerjakan dengan cepat supaya tidak matang aku disini. Dia mengikuti gerakanku sehingga memudahkan aku membersihkan badannya. Saat aku selesai dengan tubuh bagian bawahnya, dia bergerak hendak mencopot boxernya. Dengan sigap ku pegang tanggannya. Dia melihat ke arahku.

"Kenapa Senandung? Bagian ini belum lho." Katanya.

"Tanganmu dingin sekali hun." Tangan sebelahnya menggenggam tanganku, yang memang dingin. Raut wajahnya lebih terlihat khawatir dari pada menggoda.

"Maaf Pak, akan saya lanjutkan." Kataku sambil menarik tanganku dari genggamannya. Namun semakin kencang dia menggenggam dan menarikku. Aku tersentak. Kurasakan tangan kokohnya sudah bertengger dipunggungku, posisinya sudah setengah duduk dengan salah satu tangannya masih menggenggam tanganku. Dia mendekatkan wajahnya ke telingaku.

"Kau manis sekali hun, aku ingin selama aku disini kau yang melayaniku. Semua! "

PersembunyianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang