9

53 1 0
                                    

Cyndy POV

Dengan balutan jas abu yang menawan, sepatu mengkilat, dan potongan rambut baru yang menurutku yah, lumayan lah. Tak rugi aku belajar make up, aku bisa berdandan dengan peralatanku sendiri, dengan tanganku sendiri. Aku terlalu jijik dengan milik para perias itu. Dan karena rasa jijik itulah, aku menjadi genit, belajar make up belajar jahit, dan lain-lain.

Aku tahu aku tampan, karena itu banyak wanita-wanita dan teman-teman wanitaku mendekatiku. Dan semua karena terpukau dengan kekayaan keluargaku. Sungguh beruntung kak Amy menikah dengan Argo. Suaminya tidak mata duitan. Mereka telah menikah selama 3 tahun dan sangat bahagia, apalagi sudah ada baby yang sangat lucu berusia 2 tahun. Hari ini akan ada acara lamaran di rumah. Lamarannya kak Benita. Ya aku anak ke 3 dari 3 bersaudara. Ku potong rambutku, ku sisir kebelakang poni lemparku. Tampak lebih menawan heh.

Ibu tampak cantik sekali dengan gaun kebayanya. Dia tak tahu aku bisa bikin baju. Kalau tahu dia pasti histeris kalau tahu baju yang dikenakannya adalah buatanku. Hehehe.

Ku pasang smartphone didepan wajahku, lalu click. Selfie selesai. Pasang. Send.

Cyndycynt: look at me darl, cakep kan aku. Kaya Leonard Dcap. Mupeng pasti, hahahah.

Kukirim WA ke Andung. Akan kuajak dia kepesta besok. Ku kenalkan pada orang tuaku. Entah kenapa aku nyaman dengan Andung.

Ting.

Ceriahaha: WOW, mantep brow, bukan kaya leodicap tapi kaya Superman. Kurang sliwir di jidatnya doank,, xixixii, kMu di sana baik2 kan Cyn??

Nah, gaya ibuk-ibuknya keluar tuh. Yang bikin aku nyaman. Perhatianya tuh lo, kaya emak-emak. Hehehe.

Cyndycynt: Gak keliatan apa segini ganteng. Besok aku jemput ya, di resepsinya kak Benii, biar aku ada temennya.

Ceriahaha: oke jam berapa, siapin baju aku yah, biasa, pinjem. Heheheeeeee ヽ('▽`)/

Cyndycynt: besoklah aku kasi kabar. Kamu masih liburkan?? Don't go anywhere darl.

Lama ku tunggu balasannya. Kok tumben lama. Ah biarlah, biar besok aku curhat pagi-pagi.

Sekarang, aku akan turun dan menghadapi kenyataan. Bahwa aku putra satu-satunya keluarga Wijaya yang tidak pernah pulang ke rumah karena mau mencari jati diri. Yang menghilang dari peredaran dan akan mempermalukan keluarganya.

***

Bachtiar POV

Asik bener itu hapenya. Bunyi-bunyi dan cetak cetuk saat sang pujaan hati ada disini.

"Kamu smsan sama siapa? Asik bener. Aku cemburuan tau." Kataku.

Andung melihatku sekilas, tersenyum, lalu, tringg.

Dia balas pesan lagi. Oke. Aku tak sabar. Kuraih hacin -hapecina- nya. Lalu kurengkuh tubuhnya. Kupeluk erat.

"Auch, Tiar, lepaskan uugh.." serunya.

Dari tadi aku sangat bergairah melihatnya. Sikap kalemnya bikin aku gemas. Tubuh gempalnya bikin aku gemetar pengen peluk-peluk. Bibirnya yang ahhh itu pengen aku cium-cium sampai habis. Dan aku di cuekin gara-gara hacin ini. Dia senyam-senyum pula saat baca. Byuhh, sama sapa sih. Dia meronta, tapi malah kunikmati tiap gerakannya. Dadanya yang menempel ditubuhku terasa kenyal, dan itu membuat sesuatu dibawah sana menegang. Sesak sekali.

"Sebentar saja Hon, badanmu empuk, kaya teddybear, biar aku peluk sebentar, jangan gerak-gerak, kamu bikin aku jadi, ehm,," kurasakan dia diam menegang, menyadari kesalahannya. Ya, memang sangat rapat pekukanku. Dengan posisi duduk berhadapan lalu kupeluk paksa seharusnya dia tahu ada yang demo dibawah, karena pahanya menempel padaku.

PersembunyianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang