Enam

3.2K 265 9
                                    

Kedua kaki Hilman berusaha untuk tetap berlari dengan sekuat tenaga mengimbangi laju kaki Razaq yang berlari dengan sangat cepat di depannya. Dari tadi mereka belum juga mencapai daerah pinggiran hutan yang gelap nan lebat itu.

Terdengar suara napas yang tersengal-sengal dari keduanya. Tiba-tiba.....

Brugghh!!!

Hilman jatuh tersungkur karena tersandung kakinya sendiri ketika berlari. Dengan cepat, Razaq segera membantunya berdiri.

"Kamu tidak apa-apa? Kamu masih kuat kan?" tanya Razaq. Hilman mengangguk sambil membersihkan pakaiannya yang kotor, lalu mereka berdua kembali berlari.

Sepertinya mereka berdua sudah berlari sangat jauh dari rumah Pak Cokro. Dalam kegelapan, Razaq samar-samar melihat ada sebuah jalan aspal kecil di depan mereka.

"Hilman! Di depan ada jalan! Kita hampir tiba di pinggiran hutan! Ayo!" teriak Razaq berusaha memberi semangat. Hilman tidak menjawab. Seluruh tenaganya seperti hampir habis untuk berlari.

Ketika mereka sudah sampai di jalan aspal, Hilman jatuh terduduk. Mereka masih berada di hutan. Jalan itu di himpit oleh dua hutan yang gelap.

"Ayo, Hilman! Kita harus lanjut lagi! Kamu tidak ingin tertangkap oleh Pak Cokro, kan?" tanya Razaq dengan napas tersengal-sengal.

Hilman menggelengkan kepala sambil berusaha mengendalikan napasnya yang memburu. Ia seperti sangat sulit sekali untuk berdiri. Kakinya seperti mati rasa dan sudah tidak mampu ia gerakkan lagi. Ia juga baru menyadari rasa nyeri di siku kanannya. Setelah ia perhatikan, ternyata sikunya terluka. Mungkin karena terjatuh di hutan tadi.

Hilman mendongak menatap Razaq.

"Kak! Aku sudah tidak kuat!" rintih Hilman. Mendengar kalimat itu, Razaq langsung berjongkok menatap Hilman.

"Kamu pasti lelah," kata Razaq yang napasnya mulai terdengar teratur. Razaq mengamati daerah di sekitarnya. Pasti sekarang mereka berdua sudah berada beberapa kilo meter dari rumah Pak Cokro.

Tanpa banyak basa-basi, Razaq memutar tubuhnya sambil tetap berjongkok. Ia melepas tas gendongnya untuk digantungkan didepan dadanya. Razaq mengarahkan punggungnya yang tampak basah oleh keringat ke arah Hilman.

"Cepat, naiklah ke punggungku. Aku akan menggendongmu," kata Razaq sambil menepuk-nepuk punggungnya. Hilman tampak ragu dan malu.

"Tidak, Kak. Pasti kakak juga sama lelahnya denganku. Aku ingin berjalan sendiri saja," balas Hilman mencoba untuk berdiri, namun kakinya masih terasa sangat berat.

Melihat Hilman yang tampak kepayahan berdiri, dengan gerakan cepat, Razaq menarik kedua tangan Hilman supaya melingkar dilehernya. Dengan satu sentakan, tubuh Hilman kini sudah berada di punggung Razaq. Seluruh dadanya langsung terasa basah terkena punggung Razaq yang basah. Pipi Hilman bersemu. Ia dapat membaui tubuh Razaq yang sangat maskulin itu.

Razaq mulai berjalan menuju hutan yang ada di seberang jalan yang lain. Hilman sungguh terkesan dengan stamina Razaq yang seperti tak ada habisnya.

"Aku sayang Kak Razaq. Sayang sekali. Jangan pernah tinggalkan aku, Kak," kata Hilman sambil menyembunyikan wajahnya di leher kanan Razaq. Razaq tersenyum.

"Aku juga sayang kamu," balas Razaq sambil terus berjalan menembus hutan. Hilman merasa sangat aman berada di punggung Razaq.

Beberapa menit kemudian, mereka pun tiba di sebuah pasar tradisional yang cukup ramai.

Razaq menggendong Hilman menuju sebuah mushola. Mereka berdua langsung menuju kamar mandi untuk sekedar berganti pakaian. Namun hanya ada satu kamar mandi disana.

Guardian Angel (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang