Dua Belas

2.9K 233 6
                                        

"Terimakasih, Bu," ucap Hilman pada ibu pedagang buah setelah membeli beberapa kilogram buah-buahan. Tak ada yang lain yang ia pikirkan sekarang kecuali janji Lucas untuk mengajaknya makan malam sekaligus buka puasa di restorannya. Lucas jarang sekali mampir ke restoran Hilman karena sibuk sendiri mengurusi supermarket yang di kelolanya.



Hilman berlari kecil menuju mobil kecilnya. Begitu ia masuk ke dalam mobil, ia menatap langit yang sudah mulai menghitam karena kehilangan cahaya matahari. Diliriknya jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya. Jam jam lima sore lebih lima belas menit.



Sepertinya ia harus segera pulang. Pasti Lucas sedang menunggunya di rumah dengan cemas.



Dengan segera, Hilman menyalakan mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang. Ia seperti ingin cepat tiba di rumah untuk segera berangkat makan malam bersama Lucas.



Tampak lampu-lampu jalan yang mulai terang. Hilman mempercepat laju mobilnya sambil berharap supaya tidak terlambat. Dia sedikit kurang fokus ketika ada sebuah motor yang melaju dari arah depan dan nyaris menyenggol mobilnya. Hilman juga hampir membanting setirnya ke tepi jalan. Namun untungnya ia tidak bertindak segegabah itu.



Hilman hanya bisa istighfar sambil mengelus-elus dada. Ia bersyukur kejadian tadi tidak membuatnya celaka.



Ia kembali melaju dengan kecepatan yang sedikit dikurangi. Namun belum juga melaju agak jauh, Hilman harus menghentikan mobilnya di perempatan karena di hadang lampu merah. Sepertinya ia akan terlambat. Tiba-tiba saja ia jadi ingat Razaq.



Ia akan makan malam berdua saja bersama Lucas, dan meninggalkan Razaq sendirian di rumah. Ia ingin sekali mengajak Razaq, tapi ini kan acara makan malam bersama kekasihnya sendiri.



Dan kenangan masa lalu bersama Razaq mendadak muncul lagi. Ketika mereka berdua hidup bersama dalam kesusahan, ketika mereka menghadapi cobaan dengan saling memberi semangat, ketika mereka memperjuangkan hidup, dimana mereka bermimpi untuk hidup berdua selamanya setelah kabur dari rumah Pak Cokro. Semua kenangan itu seperti mengingatkannya kembali bahwa Razaq adalah orang yang paling berjasa dalam hidupnya.



Laki-laki yang menjadi cinta pertamanya yang membuatnya merasa tegar dan kuat untuk menjalani hidup.



Diiinnnn!!!!



Suara klakson mobil dari belakang membuat Hilman terhenyak dari lamunannya. Tak ayal, ia segera menginjak gas tanpa ia ketahui bahwa lampu lalu lintas masih berwarna merah.



Semuanya terjadi begitu cepat seperti hembusan angin.



Sebuah truk pengangkut melaju dengan kecepatan tinggi dari arah kiri. Hilman yang sadar bahwa ia menerobos lampu merah hanya bisa menginjak gas sedalam-dalamnya, berharap truk itu tidak menerjangnya.



Tapi Tuhan tampaknya berkehendak lain. Sempat terdengar bunyi decitan rem yang panjang sebelum akhirnya truk itu menabrak bagian belakang mobil Hilman dengan cukup keras hingga mobil itu berputar sesaat dan terbalik beberapa kali. Mobil itu pun berhenti setelah mencapai trotoar dengan posisi terjungkal.



***



Lucas tampak mondar-mandir di ruang tamu dengan penuh gelisah. Sudah pukul enam lewat tiga puluh tujuh menit. Dan ini sudah melewati waktu berbuka puasa. Tapi Hilman belum juga pulang.



Ia sudah menghubungi nomer ponsel Hilman, tetapi tetap saja tidak aktif. Ia juga menelpon nomer telpon restoran Hilman, tapi katanya Hilman sudah meninggalkan restoran sejak pukul lima sore tadi.



Razaq yang berjalan turun dari lantai dua sedikit bingung melihat Lucas yang tampak seperti orang linglung.



"Ada apa denganmu? Kenapa mondar-mandir terus?" tanya Razaq sambil duduk di sofa ruang tamu.



"Hilman belum pulang," jawab Lucas singkat.



Razaq mengernyit,"Bukankah Hilman memang selalu pulang malam? Wajar kan kalau jam segini dia belum pulang?"



"Tapi aku sudah menelpon ke restoran, katanya Hilman sudah pulang sejak jam lima tadi. Dan aku sama Hilman sudah janji akan makan malam bersama hari ini."



Razaq membeku mendengar kalimat Lucas barusan. Lucas dan Hilman makan malam? Kenapa ia tidak diajak? Kenapa ia tidak tahu? Kenapa.... oh astaga! Razaq lupa. Ia sudah lupa satu hal bahwa Hilman sudah memiliki Lucas.



Razaq tidak berhak mencampuri masalah mereka. Tapi kenapa hatinya berkata lain? Seakan-akan hatinya merasa tidak rela kalau Hilman dimiliki orang lain.



Mendadak, tubuh Razaq melemas ketika tiba-tiba bayangan masa lalu melintas di pikirannya. Dahulu ketika dia dan Hilman pertama bertemu di rumah Pak Cokro, jabatan tangan yang terasa sangat wajar.



Ketika ia mulai ingin melindungi Hilman dari hukuman Pak Cokro. Razaq pun rela mendapatkan luka memar yang parah di pahanya hanya untuk melindungi Hilman, tapi Hilman yang akhirnya malah menangis melihatnya terluka. Ketika dulu ia merawat Hilman yang sakit. Dan ketika ia pertama kali mencium bibir Hilman.



Segalanya terbungkus rapi di pikirannya seperti bunga tidur. Segalanya yang ia lakukan bersama Hilman dahulu seperti mimpi. Dan kini ia harus menghadapi rasa pahit kenyataan yang menunjukkan padanya bahwa Hilman sudah dimiliki oleh orang lain.



Razaq menghembuskan napas panjang. Dia memegang keningnya dan menggeleng-gelengkan kepala, berusaha menghilangkan perasaannya sekarang yang tak karuan.



Pada saat yang sama, tiba-tiba ponsel Lucas berdering. Lucas berdecak senang ketika melihat rentetan nama Hilman di layar ponselnya seraya memencet tombol hijau.



"Halo? Hilman? Kamu dimana sekarang? Kenapa belum pulang-pulang?"



Dan dalam beberapa detik saja, raut wajah Lucas langsung memucat.



***



Lucas dan Razaq langsung berdiri ketika dokter keluar dari ruang ICU.



"Dok! Gimana keadaan Hilman, Dok?" tanya Lucas dengan cemas.



Dokter bedah yang bernama Dokter Derry itu tampak meraupkan kedua telapak tangan ke wajahnya. Sepertinya ini bukan pertanda bagus.



"Saudara Hilman mengalami penurunan fungsi jantung. Tapi dia masih bisa bertahan beberapa jam lagi. Harus dilakukan pencangkokan jantung supaya saudara Hilman punya kesempatan untuk hidup," ucap Dokter Derry dengan lemas.



Razaq terpaku seperti tersengat listrik tegangan tinggi. Sedangkan Lucas merasa sangat lemas. Tubuhnya hampir ambruk ke depan. Pandangannya nanar.



"Dan yang menjadi masalahnya.... adalah... mencari orang yang golongan darah dan jantungnya cocok, yang mau mendonorkan jantungnya sebelum... sebelum saudara Hilman...," kalimat Dokter Derry menggantung. Ia tak mampu melanjutkan.



Jantung Lucas serasa mau berhenti ketika mendengar penjelasan dari Dokter Derry. Pendonor jantung yang cocok? Darimana ia bisa dapat pendonor jantung yang cocok dalam waktu beberapa jam saja? Itu bahkan sesuatu yang hampir mustahil.



Ketika pikirannya mulai kalut, tiba-tiba terlintas ide yang sepertinya menjadi satu-satunya ide yang bisa ia lakukan sekarang. Lucas menatap Dokter Derry dengan penuh keyakinan yang kuat.



"Saya mau mendonorkan jantung saya, Dok," ujar Lucas dan Razaq secara bersamaan yang membuat mereka saling bertatapan.



[Bersambung...]

Guardian Angel (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang