Hilman melirik jam tangan yang ada di pergelangan kirinya. Jam setengah dua siang. Ia menghembuskan napas panjang sambil menoleh ke arah Lucas yang duduk di sampingnya. Lucas memegang tangan kanan Hilman dengan erat, berharap bisa mengurangi rasa gugup yang dirasakan oleh Hilman.
Mereka berdua baru saja keluar dari salah satu lapas di Kota Surabaya untuk membesuk perampok yang beberapa waktu lalu mengambil dompet Hilman dengan paksa. Sekarang mereka sudah berada di dalam mobil yang tengah meluncur cepat menembus hujan menuju ke sebuah tempat.
Tadi perampok itu menceritakan segalanya mengenai Razaq hingga membuat Hilman tak henti-hentinya menangis sambil menunduk. Siapa sangka ternyata perampok yang bernama Syarief itu adalah adik ipar Razaq, yang secara tidak langsung mengatakan bahwa Razaq sudah menikah dengan kakak dari Syarief. Namanya Fatima. Hilman bahkan tidak pernah menyangka hal itu.
Syarief juga bercerita bahwa pernikahan mereka tidak harmonis karena pernikahan itu dipaksakan oleh kedua orang tua Fatima yang mengasuh Razaq sejak ia berumur 10 tahun, artinya sejak Razaq dan Hilman terpisah. Bahkan setelah 4 tahun menikah, Razaq dan Fatima belum juga memiliki momongan, karena mereka berdua sendiri juga tidak saling mencintai satu sama lain.
Hingga sekitar sebulan yang lalu, tiba-tiba saja Razaq dan Fatima mengalami insiden kecelakaan. Motor yang dinaiki mereka berdua ditabrak oleh sebuah truk.
Moncong truk yang menerjang bagian belakang motor membuat motor yang di tumpangi mereka langsung terlempar dengan kerasnya, dan Fatima pun terjatuh di kolong sebuah bus hingga tubuhnya terlindas ban belakang bus dan meregang nyawa seketika. Sedangkan Razaq terlempar ke trotoar, namun ia mengalami patah tulang betis kaki kiri.
Maka dari itulah Syarief yang seorang pengangguran memutuskan menjadi seorang perampok untuk menghidupi Razaq yang kini tengah tak berdaya. Sampai Syarief merampok Hilman beberapa waktu yang lalu, ia langsung bergegas pulang karena uang yang ada di dompet Hilman cukup banyak. Ia memberi tahu Razaq dan menunjukkan dompet Hilman pada Razaq. Dan Razaq pun secara tidak sengaja menemukan sebuah kalung dari benang wol itu. Syarief mengatakan kalau Razaq bahkan menangis ketika Razaq memegang kalung itu dan mengeluarkan kalung miliknya yang berbentuk sama, yang ia simpan di bawah bantal.
Dan setelah Razaq selesai menceritakan kepada Syarif mengenai asal-usul kalung itu, tiba-tiba sekelompok polisi datang dan menyeret Syarief ke kantor polisi.
Hilman tak menyangka jika kejadian mengenaskan seperti ini terjadi pada Razaq. Hatinya sakit menyadari bahwa Razaq tak seberuntung dirinya. Sakit sekali. Berkali-kali lipat lebih sakit daripada perlakuan kejam Pak Cokro.
Pukul setengah dua siang lebih seperempat, mobil yang dikemudikan Lucas berhenti tepat di sebuah gang yang tadi siang dikatakan oleh Syarief. Sebuah gang kecil dengan jalan setapak yang berbatu.
Hilman langsung keluar dari mobil dan berjalan memasuki gang, tanpa menghiraukan tetesan air hujan yang turun semakin deras dan membasahi sekujur tubuhnya. Baru beberapa langkah Hilman berjalan, tiba-tiba Lucas muncul di samping kanannya sambil menaungkan payung di atas mereka berdua. Lucas mendekap pundak Hilman dan merapatkan tubuhnya, tak mempedulikan tubuh Hilman yang basah.
Dan kedua mata Hilman langsung tertuju pada sebuah rumah kecil bernomor 12."Disana rumahnya," ujar Hilman lirih. Lucas menatap wajah Hilman yang tampak datar. Hati Lucas terasa ngilu sekali.
Apakah Hilman masih menyukai Razaq seperti dulu? Akankah Hilman lebih memilih Razaq daripada dirinya. Segalanya yang kemungkinan terjadi bagi Lucas seperti sebuah kacamata buram, yang membuatnya sulit sekali untuk melihat dan mengambil langkah.
Mereka berdua berjalan cepat ke rumah bernomor 12 itu. Setibanya di teras, Lucas menaruh payung di sudut teras, sedangkan Hilman langsung mengetuk pintu dengan tidak sabar.
Tok! Tok! Tok! Tok!
"Iya! Sebentar!" jawab seseorang dari dalam. Sepertinya orang itu sedang berada di ruang tamu, jadi ia langsung menyahut ketika Hilman mengetuk pintu.
Ketika pintu itu terbuka penuh, muncul seorang pria tinggi berambut gondrong sebahu tengah berdiri dengan sebuah tongkat kruk di ketiak kirinya. Tampak bulu-bulu tipis di sekitar dagunya. Pakaiannya sederhana, hanya memakai kemeja biru gelap dan celana jeans selutut.
Hilman terdiam terpaku dengan napas yang tertahan. Degup jantungnya seperti berhenti pada saat ini juga. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan, menahan diri untuk tidak menangis.
Sedangkan orang itu memandang Hilman dan Lucas dengan bingung. Apalagi melihat Hilman yang tampak basah.
"Maaf, kalian berdua cari siapa?" tanya orang itu dengan nada yang rendah dan besar.
Hilman berusaha sekuat tenaga untuk tidak terburu-buru. Ia menunduk sejenak lalu mengangkat wajahnya lagi.
"Bisakah saya bertemu dengan Razaq Hanafi?" tanya Hilman, menyebut nama lengkap Razaq.
"Iya, dengan saya sendiri. Ada perlu apa ya?"
Kini Hilman sudah tak mampu menahan airmatanya lagi. Ia mengeluarkan sebuah kalung dari saku belakang celananya dan menunjukkannya pada Razaq.
"Aku Hilman, Kak. Aku Hilman...," tuturnya dengan suara yang agak mengecil karena menahan tangis.
Razaq terbelalak sambil meraih kalung itu dari tangan Hilman. Razaq juga mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya. Sebuah kalung dengan bentuk yang sama.
Razaq memandang Hilman sambil mengernyit. Ia langsung menjatuhkan tongkat kruk yang ia pakai dan berjalan mendekati Hilman tanpa menghiraukan rasa sakit yang menimpa betis kirinya. Dengan satu gerakan cepat, Razaq melingkarkan kedua lengannya di punggung Hilman dan memeluknya dengan sangat erat.
Hilman balas memeluk Razaq sambil menangis pilu. Ia merasakan bahu Razaq yang sedikit terguncang. Sepertinya Razaq juga menangis, namun dalam diam. Bahagia dan rasa sedih tercampur menjadi satu.
Hingga mereka berdua melupakan Lucas yang berdiri di samping Hilman dengan perasaan yang tak menentu.
Hilman melepas rangkulannya dengan segera. Walaupun ia sangat rindu pada Razaq, tapi sekarang kondisinya sudah berubah 180°. Razaq merupakan seorang duda cerai mati, dan Hilman sendiri juga sudah menjadi kekasih Lucas. Razaq segera menghapus airmatanya.
"Ayo masuk," suruh Razaq. Hilman dan Lucas berjalan masuk ke ruang tamu, di ikuti suara hujan yang semakin deras.
[Bersambung...]
BTW, itu perawakan Razaq versi saya. Sulit cari foto cowok gondrong yg wajahnya gentle. Dan cuma ini foto yang paling mendekati.
Beri vote dan comment-nya ya guys. Thanks ^_^

KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Angel (boyxboy)
RomancePerasaan yang sudah hampir itu tumbuh kembali dan menggeser posisi spesial di palung hati setelah laki-laki yang paling dicintai tiba-tiba muncul seperti sebuah keajaiban. WARNING!!! Marning, kuning, pening! Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Namun...