"Tadi pagi Keisuke menghubungi Mama, Dia nanya ke Mama Sabtu ini kamu ada janji keluar atau engga?" tanyanya saat kami sedang merapikan meja makan. Aku mencerna ucapan Mama barusan yang sedikit menghentikan aktifitasku.
"terus Mama jawab apa?" tanpa sadar nadaku menjadi ketus jika membahas tentangnya
"Mama coba tanyakan ke Nadine, ya." Jawab Mama disela aktifitasnya
"Kenapa emangnya?"
"He ask you out this Saturday" balas Mama enteng, sambil menunggu respon anak semata wayangnya
"aku engga mau." balasku cepat. Mama hanya memerhatikanku dan kembali membujuk.
"engga ada salahnya Nad, beri suami kamu kesempatan untuk kenal kamu" Tuturnya lembut. tentu saja membuatku tidak percaya Mama bisa-bisanya meminta aku agar mau pergi berdua dengan lelaki itu
"Dia yang minta Mama buat maksa aku pergi sama dia?" tanyaku kembali, kali ini aku sudah tidak dapat melanjutkan aktifitasku membantu Mama membersihkan sisa memasak di dapur.
"No, Darling. Kei cuma nanya kamu ada janji keluar atau engga" Tuturnya. "dia minta tolong kabarin kalau ternyata kamu kosong jadwalnya" Lanjut Mama menenangkan. Mama tahu kalau aku tidak akan bicara dengan tenang jika menyangkut lelaki yang sialnya, suamiku.
aku belum bisa benar-benar menganggap keberadaanya, apalagi statusnya yang saat ini menjadi suamiku. Tapi dengan dia yang membebaskan aku untuk tinggal bersama keluargaku bahkan setelah kami menikah, sepertinya tidak masalah untuk memberikannya kesempatan sedikit untuknya. "oke aku pikir-pikir dulu." tandasku. Rasanya sudah malas untuk kembali melanjutkan bebersih dapur saat ini.
Pikiranku sudah membayangkan wajah lelaki itu, apakah ini keputusan yang tepat. Namun, rasanya sangat bertolak dengan kata hatiku yang masih belum bisa menerima kehadirannya.
"Thank you, Nak. Mama kabari Kei yaa, kalau Sabtu ini kamu kosong."
***
Rasanya akhir pekan datang lebih cepat dibanding minggu- minggu sebelumnya. and here it is, Saturday comes too early.
Rasanya aku menyesali mengiyakan untuk pergi berdua dengan Keisuke hari ini. Aku sudah bersiap-siap-- walaupun tidak ada yang aku persiapkan sama sekali. Aku memilih memakai jeans dengan blus polos berwarna hijau muda.
Wajah mama terlihat senang saat melihatku turun dari lantai atas dengan tampilan sudah siap pergi. Setiap ada celah Mama selalu memberikan nasihat agar aku bisa sedikit lebih baik terhadap lelaki itu.
Tentu saja aku yang menentukan tempat akan bertemu dimana dan syarat lainnya, aku tidak ingin di jemput. Aku akan mengendarai mobilku sendiri. Rasanya akan pengap sekali berada dalam satu mobil dengannya.
Aku sudah sampai di parkiran sebuah cafe dibilangan Senayan. Bahkan di detik terakhir saja aku masih menimbang apakah keputusanku sudah benar.
"Face Him, Nad!" ucapku pada diri sendiri, lalu melangkahkan kaki memasuki cafe yang sudah terlihat ramai. Tentu saja, sekarang saturday Night, anak muda Jakarta sedang menikmati malamnya mereka.
"bisa kita selesaiin lebih cepet? saya yakin kamu pasti mau cepat pulang juga kan?" ucapku saat sudah sampai di hadapannya yang ternyata datang lebih awal.
"duduk dulu Nad." pintanya sambil bangkit dan berniat menarik kursi untukku namun aku tolak. hey, aku bisa menarik kursiku sendiri. Lelaki yang sedang duduk di hadapanku sekarang sebenarnya sangat menarik perhatian- tentu saja bukan perhatianku. tetapi perhatian pengunjung yang lain.
Penampilannya sebetulnya biasa saja. Sama sepertiku yang memakai pakaian casual. Tetap kuakui kalau wajah campuran Indo-Jepang-Belanda nya memang menjadi daya tarik untuk banyak kaum hawa.
"saya mau cepat pulang, kalau kamu sudah selesai. We can finish here dan kamu bisa laporan ke Mama saya, kalau kita sudah bertemu"
"even though, we haven't even ordered anything yet"
aku tidak tahan dengan percakapan ini, aku ingin pergi saat ini juga.
" it up to you, i gotta go. and tell my mam, kalau kamu sudah bertemu dengan saya." aku berniat berdiri dan meninggalkannya.
"may you sit for a while and accompany me for one drink?"
aku mendengus, sudah tidak tahan berada berdekatan dengannya. Ini kali kedua aku bertahan agak lama berdua dengannya, pertama saat acara pernikahan kami. Aku memutar bola mata, malas. Lalu meninggalkannya tanpa sepatah katapun.
hey.. don't say that i am bad. Aku sudah cukup bersabar sedari mengendarai mobil untuk sampai ke tempat ini.
***
Minggu pagi bukan hariku sepertinya. i'm a lazy cat on sunday morning. Let me enjoy my free day before this is over.
"gimana semalam?" tanya Mam penasaran. Bukan Mama namanya kalau tidak menjadi agen kepo. Akupun tidak terkejut dengan pertanyaan tersebut, hanya saja bisa tidak ya Mamaku tidak menanyakan sepagi ini. Please Mom, don't ruin my mood.
"Mama pasti udah dapet info duluan dari dia kan? Ya engga gimana-gimana." jawabku asal
"kok pulangnya cepet banget sih Nad, ya jalan sama suami tuh. Kamu engga pulang juga apa-apa loh. Udah halal ini" Tutur mamanya sambil sibuk memotong bawang, tanpa memerhatikan Nadine di bar stool dengan tatapan ngeri.
"no idea Mam. dan kalau Mama inget juga yaa. Kami bahkan dua orang yang tidak kenal sama sekali, tiba-tiba nikah."
"even i hate that guy" ucapku yang lebih seperti bisikan, namu aku yakin Mama mendengarnya.
tidak ada balasan yang keluar dari bibir Mama. Dapat kupastikan dia mendengar ucapanku barusan. tapi sepertinya hanya anganku saja mengharapkan Mama tidak membahas mengenai Keisuke sehari saja.
"He said Thanks to you, Nak. sudah mau oergi dengannya."
aku sedikit terkejut mendengar ucapan Mama--- is he really said that?
uhm. hanya itu balasanku. Karena tidak ingin memperpanjang topik tentang semalam. cukup, aku hanya perlu ketenangan hari ini.
***
https://karyakarsa.com/Zavine/part-2-date-me
