Katara memakan tenderloin steak nya di kelas. Ia sendirian. Sepertinya hari ini ia datang terlalu pagi. Ya, tentu saja. Katara memutuskan untuk datang pagi semenjak hari pertama MOS ia sudah telat. Karena tidak mau menahan malu lagi seperti waktu itu, maka ia pun memutuskan untuk selalu bangun jam 04.30.
Bagi Katara bangun jam segitu aja udah pagi banget.
Terdengar ketukan pintu tiga kali, tok, tok, tok...
Seorang siswi berkacamata datang membawa tas ransel berwarna hitam-putih. Gadis itu tersenyum pada Katara. Tentu saja, Katara membalasnya.
"Lo duduk sendirian?" tanya gadis itu, yang menurut Katara kalau nggak salah namanya Eden.
"Iya." jawab Katara, dalam hati ia berharap kalau gadis berkacamata ini akan duduk satu bangku dengannya.
"Boleh duduk bareng nggak?" tanya Eden lagi.
"Boleh. Kebetulan disini gua nggak punya teman satu SMP." Katara dengan senang hati mempersilahkan Eden duduk.
"Thanks," ucap Eden.
"Nama lo, Eden kan ya?" tanya Katara takut salah.
"Iya, nama panjang gua Edenia Calista. Kebanyakan orang manggil gua Denia." jawab Eden, eh Denia.
"Oh yaudah kalau gitu gua manggil lo Denia, ya?" Denia pun mengangguk.
"Oh iya lo, Katara kan?" tanya Denia.
"Iya," jawab Katara.
"Kayak nama istrinya avatar Aang." Denia menyeletuk.
"Yah, emang orang tua gua demen banget film itu sih..." Katara menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
Beberapa menit kemudian, mulai banyak orang yang datang. Akhirnya, dua gadis berkerudung duduk di belakang Katara dan Denia. Denia pun mengajak mereka berkenalan.
"Hai, nama gua Denia. Nama lo?" Denia memulai perkenalan.
"Nama gua Putri. Dan dia, Maera. Kami berteman sejak SMP. Maklum, Maera itu orangnya malu-malu kucing." balas Putri, sekaligus memperkenalkan Maera pada kita.
"Gua Katara, nice to meet you," ucap Katara.
"Hai Katara, hai Denia," balas Maera sambil tersenyum manis.
Tiba-tiba, dua siswi yang satu berjilbab dan yang satu tidak menghampiri meja Katara dan Denia.
"Boleh gabung nggak?" tanya seorang siswi dengan rambut terurai.
"Gabung aja," jawab Denia.
"Kenalin nama Fetucia Marvela. Bisa dipanggil Vela." Vela memperkenalkan dirinya.
"Oh! Jadi elo yang namanya Vela?" kata Putri tiba-tiba.
"Iya, emang kenapa?" Vela bertanya.
"Pernah denger waktu itu diomongin kakak kelas," jawab Putri sambil terkekeh.
"Yaelah, emang dasar tuh kakak kelas aneh. Ya maklum lah gua jadi pembicaraan mereka, soalnya gua kan waktu itu sempet di labrak hanya karena instagram gua banyak followers nya." jelas Vela.
"Emang followers lo berapa, Vel?" tanya Katara.
"Mm sekitar 2000-an," jawab Vela sambil berpikir.
"Ah dikit itu mah, dibanding gua," sambung seorang gadis berjilbab yang sedari tadi diam saja. "Oh iya kenalin gua Damiana!"
"Nama lo keren juga," puji Denia.
"Yaiyalah, kayak orangnya," tanggap Damiana bercanda.
Bisa dilihat kalau Damiana itu pede dan gampang bersosialisasi.
Ya akhirnya mereka semua kenalan lagi, karena waktu saat MOS, mereka tidak terlalu dekat karena tekanan pada masa-masa orientasi yang begitu kejam.
Tempat dimana Katara, Denia, Putri, Maera, Vela, dan Damiana sekolah adalah di McKinley High School. Ya sekolah swasta yang bagus tetapi tidak terlalu memandang uang. Saingan ketat McKinley adalah Xio High School, yang jaraknya cukup dekat bila ditempuh menggunakan sepeda motor dan kecepatan yang tinggi. Sekitar 2,5 km.
KRINGG!! Bel masuk pun berbunyi. Para siswa-siswi McKinley bersiap untuk memulai pelajaran.