Author's POV
Ashilla menyeruput jus jeruk yang ia beli di kantin. Matanya mencari kemana perginya 'teman-teman' sekelasnya itu. Ia pun beranjak dari kelas.
Ashilla mengitari keliling sekolah, hingga ia berhenti di suatu tempat. Yaitu rumah kaca McKinley High School.
"Bagus juga," pikir Ashilla.
"Lo ngapain disini?" tanya suara itu.
Ashilla membalikkan badannya, dan pandangannya jatuh pada sosok seorang pria. Nolan.
"Kok gua ketemu lo lagi, sih?" Ashilla banyak tanya dengan muka heran.
"Jodoh gak kemana," jawab Nolan sambil terkekeh.
"Lah? Pengen banget," balas Ashilla.
"Kalo emang gua sama lo ditakdirkan bersama gimana?" Ashilla bergidik ngeri akibat tatapan Nolan yang mirip Lucifer itu, baginya.
"Never will," bantah Ashilla. "Anak sekolahan sini sering pakai rumah kaca nya ya buat tugas biologi gitu?"
"Nggak. Greenhouse ini malah jarang dipake," jawab Nolan sambil menaruh pot bunga yang daritadi ia pegang.
"Lah terus kok bisa terawat gini sih rumah kaca nya? Banyak jenis tanaman lagi,"
"Ashilla Renata, gua rasa lo harus menajamkan kelima indra lo deh. Gak liat ini tangan gua kotor?" Nolan menatap Ashilla seolah ingin ditebak.
"Iya, gua tau tangan lo kotor. Terus kenapa?" tanya Ashilla masih tidak mengerti.
"Ya jelas gua yang merawat greenhouse ini lah. Lo gak heran apa di jam istirahat gini gua malah kotor-kotorin tangan disini?" terang Nolan.
"Oalah... Bilang daritadi dong! Kan gua gak tau." kata Ashilla.
Nolan tidak menanggapi Ashilla. Ia melanjutkan pekerjaannya, menyiram tanaman.
"Eh, gua boleh masuk nggak ke rumah kaca ini?" tanya Ashilla ditanggapi dengan anggukan Nolan.
"Kebetulan lo ada disini, bantuin gua potongin duri mawar ya?" pinta Nolan.
"Boleh," Ashilla pun mengikuti Nolan. "Ini pasti mawarnya yang dicelupin di air warna-warni itu ya?"
"Hmm," Nolan memberikan tang khusus untuk mencabut duri mawar. "Nih, hati-hati,"
Ashilla memulai memotong duri bunga mawar yang berwarna merah darah itu. Ia memotongnya dengan sangat hati-hati. Ya, hasilnya lumayan rapi. Tapi masih lebih rapi Nolan jika dibandingkan.
"Lumayan juga hasil kerja lo," ungkap Nolan.
"Nolan, lo kenapa mau ngurusin rumah kaca ini? Emangnya digaji ya?" tanya Ashilla polos.
"Nggak, gua ngelakuin ini atas kemauan gua sendiri. Lumayan tapi dapat penghasilan juga kalo gua jualan pas ada acara gitu," jawab Nolan.
"Kapan kapan gua boleh kali, ikut jualan, hehe," kode Ashilla sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ya boleh aja kok,"
"NOLAN! IH PARAH!" teriak Ashilla.
"Apaan sih?!" tanya Nolan.
"Ada kaktus juga disini? Parah gila ini lucu banget kaktusnya! Gua suka banget lho sama kaktus, gua foto ya? Ini tumblr banget!"
Yap. Ashilla sangat menyukai kaktus. Sudah banyak kaktus di rumahnya. Ia senang dengan hal semacam fotografi yang tumblr gitu. Dan menurutnya, kaktus adalah objek yang sangat bagus untuk ia gunakan di tumblr-nya. Yah maklum anak gaul.
"Apaan tuh tumblr?" tanya Nolan.
"Serius demi apa lo nggak tau? Wah parah emang. Ini sekolah bener-bener kudet," jawab Ashilla.
"Setahu gua tumblr itu botol minum kan?" tanya Nolan lagi.
Ashilla meringis. Ia merasa prihatin terhadap Nolan. Bukan hanya Nolan melainkan seluruh siswa-siswi McKinley High School.
Karena Ashilla terlalu gemas dengan kaktus-kaktus yang ada di hadapannya, ia tak sengaja memegangnya dan...
"Ouch!"
"Kenapa Shil?" Nolan menghampiri Ashilla.
"Ketancep kaktus nih..." Ashilla memandangi jemari nya yang terdapat duri kaktus. Sekitar 5 duri yang kecil-kecil.
"Bego banget sih lo! Katanya suka kaktus tapi kok gak tau kaktus itu bahaya durinya?" Nolan pun mengambil sesuatu dari lemari kecil yang ada di rumah kaca itu.
Gunting kuku.
"Sini, diem,"
Nolan memegang tangan Ashilla, mengambil posisi yang tepat untuk mencabut duri kaktus yang ada di jemari Ashilla yang mungil.
"A-Aduh... Pelan-pelan bisa kali," protes Ashilla.
"Kalo pelan justru sakit," kata Nolan. "Udah selesai,"
"Well, makasih Nolan. Gua ke kelas dulu, ya?" Ashilla pun pergi meninggalkan Nolan.