Putri berjalan memasuki kelas sambil mengucek matanya yang masih tak mau diajak bekerja sama. Ia pun duduk di bangkunya. Di kelas sudah ada beberapa anak laki-laki, dan 2 anak perempuan yang tidak terlalu dekat dengannya.
Putri membuka chatroom group Line yang bernama "Notice Me Senpai". Ya semenjak dari bermain di rumah Katara, mereka mendirikan grup khusus untuk mengejar para senpai. Sulit dipercaya rasanya. Bahkan grup itu memiliki senpai of the week. Jadi, untuk minggu ini yang terpilih adalah kak Farghi El Noza. Ketua paskibra yang charming nya bisa bikin semua cewek overdose.
Tak terkecuali bagi Katara. Semenjak dirinya ditabrak oleh Farghi, ia merasa bahagia sekali. Katara pun tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada siapapun.
Pagi ini, Katara diantar oleh mas GOJEK yang setia mengantar-jemput nya dengan syarat dibayar. Karena saking sibuknya orang tua Katara, jadi ia harus berusaha untuk berangkat sekolah mandiri. Ia hanya dibekalkan uang secukupnya.
Katara melewati pintu gerbang, ia memasang earphone nya dengan volume yang kencang. Tiba-tiba, klakson motor berbunyi dan Katara sama sekali tidak menyadarinya.
"Woi minggir bego minggir!!" Pengemudi motor itu pun kehilangan keseimbangannya dan tak sengaja menabrak Katara.
BAM!!
Katara mengaduh akan kaki kiri nya yang sakit. Pemilik motor itu pun segera membangunkan motornya dan menuju parkiran, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
Kebetulan tidak ada yang melihat kejadian ini.
"Cowok nggak tau diri," umpat Katara dalam hati.
Ia berjalan menuju kelas dengan langkah terpincang-pincang. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu menarik tangannya.
"Lo tuh bego banget ya?" Suara tidak familiar itu memulai pembicaraan.
Ternyata itu adalah Aidan. Teman seangkatannya. Yah, teman bukan lah kata yang tepat untuk si Aidan, badboy tingkat atas. Nada bicaranya sangatlah kasar.
"Lo baru aja tadi mengakibatkan motor gua jatuh. Itu gara-gara kuping lo yang budeg, gua udah suruh minggir lo malah terus jalan," omel Aidan dengan muka merah padam.
"Eh, jalan nya kan luas, lo bisa lewat kanan gua, lagian gua juga jalannya kan minggir ke kiri. Otak lo dipake, dong," balas Katara tenang.
"Pokoknya gua nggak mau tau, motor gua lecet gara-gara lo. Itu motor baru dan lo harus tanggung jawab," kata Aidan.
"Umur lo berapa sih emangnya? Udah 17 tahun? Udah punya SIM emang? Salah sendiri bawa motor ke sekolah. Motor lo ninja lagi. Pantes gitu aja lo jatuh karena kehilangan keseimbangan. Tubuh krempeng macam lo dipadu dengan motor segede gaban itu? Bukan perpaduan yang cocok." Setelah mengatakan itu Katara melepaskan genggaman tangan Aidan dan langsung pergi menuju kelasnya dengan langkah yang... terpincang-pincang.
"Cih," Aidan mendengus kesal.
Katara memasuki kelas dengan langkah yang tergopoh-gopoh.
"Tar, lo kenapa?!" tanya Putri.
"Ada orang sedeng nabrak gua," jawab Katara dengan muka bete.
"Hah? Siapa Tar?" tanya Maera menghampiri Katara.
"Itu lho, Aidan," jawab Katara.
"Hah?! Lo ditabrak Aidan? Ih keren," tanggap Putri.
"Kok malah keren sih? Kaki gua memar keren nih?" ucap Katara seolah tak percaya akan apa dikatakan Putri.
"Ya kalo seorang seganteng Aidan nabrak gua itu sebuah kebanggan, Tar," Putri berandai-andai.
"Lo nggak minta pertanggung jawab an?" tanya Maera. "Coba sini kakinya gua liat,"