Para siswa-siwi McKinley sedang sibuk pekan ini karena diadakannya Ulangan Tengah Semester. Tak terkecuali bagi anak Notice Me Senpai. Mereka semua pada sibuk-sibuk.
Hari ini adalah hari terakhir UTS. Tentu saja, wajah para siswa yang dari kemarin suntuk, kembali memancarkan pesona, karena UTS bakal berakhir.
"Finally guys! Besok gua bisa tidur dengan tenang," Vela memulai pembicaraan pagi itu.
"Iya ya Vel, pokoknya besok gua mau ngebo, ah!" Denia ikutan berbicara.
"Eh Den! Hubungan lo sama kak Fatir gimana?" tanya Lintang.
"Yah kalo di sekolah sih paling lempar senyum doang," jawab Denia.
"Ih lo gimana sih Den! Kode dikit dong sama kak Fatir," usul Putri.
"Ogah. Gua jijik kode-kode cowok," balas Denia.
"Gengsi banget deh lo jadi cewek," komentar Maera. "Kalo lo gak kode, mana paham doi,"
"Gak harus paham kok, gua juga gak niat pacaran," Denia memasang muka serius.
"Eh eh ada kakak MPK tuh!!"
"Yang rapi, yang rapi!"
Para anak MPK memasuki ruangan kelas X MIA 2.
"Den, panjang umur tuh orangnya, kak Fatir mau ngapain ya kesini sama anak MPK?" Damiana bertanya.
"Permisi saya minta perhatiannya sebentar," Fatir mengumumkan sesuatu. "Kami dari MPK McKinley High School beserta anak OSIS, berniat akan mengadakan pentas seni. Nah, kami gak mungkin bisa mempersiapkan ini sendirian. Bagi kalian yang berminat kalian bisa menuangkan ide-ide kalian untuk acara pensi, tema, dan lain-lain. Kalian bisa bergabung dengan kami di Panitia Pensi McKinley. Yang berminat, bisa langsung memberitahu ke anggota MPK maupun OSIS. Ada yang berminat gak disini?"
Beberapa anak X MIA 2 mengacungkan tangan, salah satunya Damiana, Lintang, Amanda, Ashilla. Ya lumayan banyak sih nggak hanya mereka doang.
"Oke oke, kalian daftarkan diri ke Kak Shara ya," Fatir memberi instruksi sambil tersenyum kecil. "Bagi yang masih ragu-ragu, kalian pikirin dulu aja. Kalo kalian berubah pikiran, bisa langsung line saya. Id nya fatiralirzky, oke? Thanks ya semua atas waktunya, gua harap lo semua bisa ikut ramein pensi sekolah tercinta kita ini,"
"Yaelah bisa ae lo Tir, sepi kan line lo makanya lo kasih id lo," ledek Shara, sekretaris MPK.
"Yahh ke - gap dah tuh,"
"Eh siapa tuh yang ngomong?!"
"Yaelah Fatirrr, udah yuk ah cus! Makasih ya MIA 2,"
"Sama sama kak,"
------------------
Katara's POV
Hari ini, hasil ujian diumumkan. Lebih tepatnya dipajang di mading sekolah, mading kelas, ruang guru, pokoknya dimana-mana! Emang agak kejam sih bagi yang nilainya kurang enak dipandang, malah suka jadi bahan ketawaan anak-anak.
Tapi, ada sisi positifnya, anak-anak McKinley jadi pada rajin belajar biar gak malu-maluin. Ya ini alasan gua juga kenapa belajar mati-matian. Apalagi Fisika yang super ewh itu. Gua cuma bisa bengong liatnya.
Gua pun memasuki kelas,
"Katara OMG!!!" Putri teriak histeris.
"Ada apa, Put?" tanya gua heran. Mampus nih. Jangan-jangan menyangkut nilai UTS.
"MASA SEJARAH GUA 48!! KEBAYANG GAK SIH LO GIMANA MARAHNYA ORTU GUA NANTII???!!!!!!"
"Put, ya ampun. Santai dong. Menurut gua, ortu lo gak akan marah. Ini kan pelajaran Sejarah,"
"Iya juga Tar, cuma sama aja Matematika gua pas KKM, udah gitu Fisika jelek banget lagi,"
"Eh gua denger Sejarah yang bagus nilainya cuma 1 orang di angkatan," Tiba-tiba suara itu datang mengabarkan berita yang super menghebohkan.
"Ah pasti anak IIS tuh!" tanggap gua. Oh. Ternyata Maera. Hm, gua masih agak awkward sama dia semenjak kejadian seminggu yang lalu.
"Lucunya, Tar, orangnya sekelas sama kita," Deg. Perkataan Maera seakan-akan membuat gua geer. Jangan-jangan itu gua? Ah tapi gak mungkin juga sih.
"S..Siapa?" tanya gua. Gua kek orangnya. (Katara ini ngarep bgt ya guys masalah ginian?)
"Arga," jawab Maera sambil tersenyum mantap.
"Hah? Bapaknya Tristan?" Putri mulai lagi. Dia kira, yang namanya Arga cuma yang di sinetron GGS apa?
"Itu lho, Dinarga Gahana," Maera memperjelas.
"Hah? Si Dinar? Dinar yang duduk selalu di belakang, pendiem gak pernah ngomong, terus mukanya beler gak jelas itu?!" Putri histeris.
Ya, Dinarga Gahana. Dari namanya mah perkasa, gagah berani gimana gitu, tapi orangnya? Kurus banget sumpah kayak anak narkobaan, muka nya rada Turki gimana gitu, bulu matanya cuy, kalo dia merem udah kayak sapu, matanya coklat muda gitu, super pendiam.
"Gak cuma Sejarah sih, Arga menang banyak di semua pelajaran,"
Kata-kata Maera barusan cukup mengagetkan. Jadi, saingan gua nambah satu. Selain Maera, tapi ada juga Arga.
"Gua gak tau selama ini dia pinter, Mae," Putri berkomentar sambil melihat nilai-nilai Arga.
"Iya kan? Gua juga baru tahu semalam pas ngelihatin nilai anak-anak," balas Maera.
"Gimana nilai lo sendiri, Mae?" tanya gua.
"Kalah banyak, Tar." jawab Maera.
"Gua juga kok, kalah banyak." Gua pun memutuskan untuk meminta maaf pada Maera. "Maafin gua ya Mae, soal kemarin itu. Lo benar, gak seharusnya gua maksa belajar kayak gitu. Nilai gua jadi gak sempurna, ya walaupun ada hasilnya sedikit."
"Iya, gua maafin Tar. Maafin gua juga ya. Toh, kita berdua dikalahin sama Arga juga, kan?"
Akhirnya, gua dan Maera gak canggung lagi. Yah, sebenarnya sih gua aja yang merasa awkward padahal mungkin, Maera nganggepnya biasa aja.
Tapi, gua senang masalah ini udah selesai.
"Nah gitu dong! Baru kalian berdua itu namanya teman gua," Putri merangkul kami berdua.