Istirahat pertama pada hari pertama sekolah merupakan waktu yang paling ditunggu-tunggu para senior untuk melabrak adik kelas yang memiliki kelebihan misalkan, cantik, famous, dan sebagainya.
Bagi Katara, itu bukan hal yang menyeramkan karena ia menganggap dirinya jauh dari kategori adik kelas yang akan kena tindas dari kakak kelas nya.
Katara memiliki rambut coklat yang lumayan panjang. Ia selalu men-jedai rambutnya ketika belajar dan melepasnya saat istirahat. Kulitnya kuning langsat seperti layaknya orang Indonesia (walaupun orang Indo lebih ke sawo matang). Mata hitam, bulu mata yang tidak terlalu lentik, dan hidup yang tidak pesek tidak mancung.
Tetapi berbeda bagi Vela, ini merupakan mimpi buruk yang akan mengakhiri hidupnya.
"Vel, muka lo biasa aja dong. Jangan kayak orang mau kena musibah gitu," komen Damiana, teman sebangku.
"Masalahnya ini gua mau jadi santapan kakak kelas, khususnya Kak Mila." balas Vela sambil menggigiti kuku jarinya.
"Ya emang lo bikin gara-gara apa sih sampe lo mau dilabrak Kak Mila?" tanya Damiana.
"Udah gua bilang kan? Followers gua banyak jadi dia iri nggak jelas gitu, terus gua juga nggak sengaja nabrak dia pas mau shalat, langsung deh dia marah-marahin gua. Ngatain gua songong segala macem lah," jawab Vela, masih dengan suara gemetar.
"Santai aja lagi, Vel." Katara yang dari tadi menyimak cerita Vela pun memberi usulan. "Kan lo nggak salah, nanti kalo lo emang dilabrak, lo iya-iyain aja sama minta maaf."
"Ya emang apalagi yang bisa gua lakuin Tar kalo di labrak sama geng nya kak Mila?" balas Vela.
"Susah ya jadi anak famous," komentar Putri.
"Susah jadi orang cakep," Damiana ikut nyambung.
"Ayo ke kantin," ajak Denia begitu bersemangat.
"Wah Denia ada mau ya ke kantin?" tanya Putri.
"Enggak tuh," jawab Denia. "Udah yuk cus!"
Sesampainya mereka di kantin, suasana kantin sangat ramai. Barisan makanan mulai dari ketoprak, mie, cemilan, hingga nasi dengan beraneka lauk pauk pun ramai.
"Ih kalo tau gini gua bawa bekel dari rumah aja deh," gumam Maera dalam hati.
"HEH LO!"
Deg. Suara keras menggelegar itu berteriak memanggil seseorang. Entah siapa.
"Selaw, selaw, jangan langsung nengok gini dong ke gua, yang gua panggil itu Fetucia Marvela, kok!" jelas suara itu.
Vela membalikkan badan dan matanya beradu dengan mata Mila. Senior yang disegani seluruh siswa-siswi kelas 10. Jantung Vela berdebar kencang, rasanya ia ingin mati tepat saat itu juga, atau kabur dan semacamnya.
"Ih baru kelas 10 aja udah make jedai! Dasar centil." ejek salah satu teman satu geng Mila, di badge nya tertera nama "Anisa Ilma".
"Yah kayak nggak tau aja, Nis. Anak semacam dia yang famous di sosmed mah emang gini kelakuannya," timpal Mila.
"Eh eh Mil, tawarin aja dia cheers. Badannya bagus tuh kalo masuk cheers." usul salah seorang teman Mila.
"Eh Vela, lo mau masuk cheers nggak? Ekskul terkeren sepanjang masa McKinley High School. Dijamin kok masuk cheers, bakalan ningkatin ke-popularitas lo," tawar Mila sambil menyindir.
"Maaf kak, aku nggak minat masuk ekskul kalau cuma ngincer famous doang," tolak Vela dan disambut dengan tepuk tangan Mila.
"Pintar ya lo, pintar akting sok suci depan semua orang. Munafik juga ya, lo..." balas Mila.
"Saya nggak munafik, kak. Itu memang alasan saya. Lagian saya juga nggak punya bakat jadi anak cheers." Vela membela dirinya.
"Sialan lo. Berani nentang omongan gua?! Lo nggak sadar lo siapa disini? Lo cuma murid baru aja udah belagu." hujat Mila. Vela sejak tadi hanya menunduk dan gemetaran.
"Dengerin gua semuanya! Khususnya para ketua ekskul dari masing-masing ekskul... Pokoknya nggak boleh ada yang nerima dia di ekskul kalian. Yang ngelanggar bakal dapet kartu kuning dari gua!" tegas Mila.
"Kok kakak jadi menghalangi saya untuk mengikuti kegiatan ekskul sih? Hanya karena saya nolak tawaran kakak tadi? Kakak malu apa gimana?" tanya Vela.
"Lo tuh ya bener bener...." Mila menyiapkan tangannya dan akan menjatuhkan tamparannya ke Vela. Tiba-tiba...
"Cukup, Mil," kata seseorang.
Tangan lelaki itu menahan tangan Mila yang ingin menampar Vela.
"K..Kenapa lo selalu nahan gua sih, Vier?" tanya Mila. Tangan gadis itu tiba-tiba lemas.
"Gua nggak mau ada yang celaka hanya karena ego lo yang nggak bisa lo jaga," jawab lelaki itu.
Siapa dia? Tanya Vela dalam hati. Tertera dalam badge nya, Xavier H.
"Lo nggak perlu jagain gua, apalagi dengan cara kayak gini." Mila pun pergi dari kantin.
Xavier menatap Vela...
"Lain kali, kalo dia marah, jangan lo balas omongannya. Diemin aja. Untung lo nggak kenapa-kenapa," kata Xavier.
Dalam hati, Vela bertanya, Tuhan siapa laki-laki baik hati ini?