ONE

842 60 7
                                    

Jean membuka matanya, pandangannya sedikit kabur. Ia mengerjap-ngerjap, berusaha untuk melihat sekeliling.

Kepalanya pening, saat ingin memegang kepalanya, tangan Jean tidak bisa digerakkan. Saat itu juga Jean sadar. Tangannya diikat kebelakang kursi, kakinya juga diikat ke kaki-kaki kursi. Mulutnya dibekap memakai kain yang diikat ke kepala Jean.

Dimana ini? batin Jean. Jean berusaha berdiri dan melepaskan tali yang mengikat tangannya, namun semua sia-sia. Ikatannya terlalu kencang.

Jean berusaha berteriak, namun kerongkongannya tercekat. Ia memandangi sekeliling, hanya ruangan berbentuk kotak, sebuah kaca besar di sebelah kirinya, meja kecil berwarna putih dan sebuah pintu dipojok ruangan. Kaca itu memantulkan bayangan Jean.

Jean mulai putus asa, ia mengeluarkan tetesan airmata.

"Tolong aku!" teriak Jean sekencang mungkin, namun dengan mulutnya dibekap, ia yakin tidak ada yang mendengarnya.

Jean menangis.

Oh Tuhan, keluarkan aku! batin Jean.

Jean menunduk, ia ingin mengusap airmatanya, tapi tangannya diikat. Tiba-tiba terdengar suara pintu berdecit yang dibuka. Jean mendongak, terlihat dua orang laki-laki memakai jas formal dengan kacamata hitam berjalan ke arahnya. Yang satu memakai jas berwarna abu dan dia membawa sebuah koper berwarna perak, dan disebelahnya laki-laki memakai jas hitam membawa pistol ditangan kanannya.

Jean bergidik ngeri. Betapa menyeramkan pria yang ada dihadapannya kini.

Pria yang memakai jas abu menaruh kopernya diatas meja, sedangkan pria yang memakai jas hitam membuka kain yang membekap mulut Jean.

Napas Jean tersengal-sengal, bahunya naik turun.

"Jeanny Abigail Beverly?"

Tiba-tiba napas Jean tercekat, bagaimana mereka bisa tahu nama lengkapku?

Pria yang memakai baju jas abu- yang membawa koper berbicara, "Tenanglah. Kami tidak akan menyakitimu." katanya sambil tersenyum sarkastik.

"Si-siapa kalian?" Akhirnya suara Jean kembali.

Pria yang berjas hitam tadi, duduk diatas meja putih, dan memainkan pistolnya, "Kau ingin tahu, huh?"

Biar kugambarkan. Pria yang memakai jas abu- terlihat bukan seperti orang Prancis. Aksennya berbeda dengan orang Prancis, dan saat dia berbicara, dia memakai aksen british yang khas. Mungkin dia berasal dari Inggris?

Sedangkan pria yang disebelahnya, memakai jas hitam, memang terlihat seperti berasal dari Prancis.

Pria yang mengenakan jas abu membuka kopernya, mengeluarkan tiga buah suntik dan tiga buah botol kecil. Masing-masing botol terdapat cairan berwarna merah, hijau, dan putih pekat.

Dia mulai mengambil satu buah suntikan, menyuntikan ujungnya ke dalam botol berwarna merah dan terlihat cairan yang ada dibotol itu terus berkurang. Jean melihat ke arah suntikan, isi cairan itu sudah ada didalamnya. Kemudian, dia melakukan hal yang sama untuk botol berwarna hijau dan putih.

"Kau tahu, Jean?" Pria berjas abu mendekat ke arah Jean. "Ini adalah cairan yang kunamakan cairan kematian." katanya sambil mengacungkan suntik yang telah diisi cairan berwarna merah.

Jean menelan ludah, bulir-bulit keringatnya mulai jatuh melewati pelipisnya.

"Jika kusuntikkan ini padamu, selama tiga puluh detik kau tidak akan bisa melakukan apapun. Cairan ini akan mengalir di dalam darah, melewati organ-organ tubuhmu dan membuat organ tubuhmu lumpuh. Tiga puluh detik kemudian, organ tubuhmu akan berhenti bekerja, dan kau tahu apa yang akan terjadi." ujarnya sambil menjentikkan jari ke arah suntikan.

The OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang