TWELVE

142 28 0
                                    

Author's POV.

Jean menyipitkan matanya ketika setitik cahaya menyilaukan matanya. Jean mengedipkan matanya berkali-kali sampai akhirnya ia dapat membuka matanya penuh. Jean mengangkat tubuhnya, namun sesuatu terjadi. Tubuhnya malah tidak bisa bergerak.

Tersadar, Jean mendapati kedua tangan, kedua kakinya di ikat dengan kencang. Mata Jean melebar, "Apa-apaan ini?" teriak Jean.

Jean meronta-ronta, berusaha melepaskan ikatan yang terdapat pada tubuhnya.

Sialan, batin Jean.

Jean terdiam untuk sejenak. Bagaimana caranya ia lepas dari ikatan ini?

Jean menelusuri kamarnya sendiri, dan ia teringat sesuatu. Ia selalu menaruh losion di meja sebelah kiri kasurnya. Sontak pandangannya beralih ke meja itu. Namun malang, laci itu berada sedikit jauh dari kasurnya.

Jean berteriak keras, "Sialan!" bentaknya. "Tidakkah seseorang akan menolongku?!"

Jean memejamkan matanya, berusaha kembali berpikir. Kemudian ia mulai menggerak-gerakkann kedua kaki dan kedua tangan, berusaha merasakan ikatan yang menurutnya paling longgar.

Dan, ia berhasil. Ia rasa ikatan tangan kiriya lebih longgar dan kemungkinan ia bisa mengeluarkan tangannya dari situ.

Ia mulai menarik pelan tangan kirinya, terasa sakit dan perih. Selama menarik tangannya, Jean menggigit bibir bawahnya berusaha untuk tidak berteriak.

Dan, berhasil. Ia dapat mengeluaekan tangan kirinya, dengan cepat, ia meraih-raih meja kecil di sebelahnya dengan susah payah. Bahkan, pergelangan tangan kanannya hampir mengeluarkan darah, karena ia terus menarik paksa agar tangan kirinya dapat meraih meja itu.

Iapun menarik laci meja itu dan mengacak-acak isinya.

Gotcha! Ia mendapatkan losion itu. Dengan sigap, ia menuangkan losionnya ke pengikat tangan kanannya sebanyak mungkin. Jean meringis ketika losion itu mengenai pergelangan tangannya.

Akhirnya, pergelangan tangan kanan Jean licin dan perlahan, ia dapat menarik tangannya keluar. Ia melakukan hal yang sama untuk kedua kakinya.

Jean menghela napas ketika ia sudah melepas semua ikatan di kedua tangan dan kedua kakinya.

"Jebakan apalagi ini," gerutu Jean. Ia turun dari kasur lalu berencana keluar dari kamar, mengingat ini sudah hampir pukul 8 pagi.

Ia juga ingin berterima-kasih pada Jamie, karena ia sudah membantunya latihan tadi malam.

Seketika, langkah Jean terhenti.

Latihan?

Dalam sekejap, Jean mematung. Ia baru sadar kenapa ia tadi diikat.

Ini evaluasinya.

Dan ia, harus melakukan yang terbaik jika masih ingin hidup.

---

Harry's POV.

Aku menatap layar monitor di hadapanku dengan seksama. Sedari tadi, aku memperhatikan gerak-gerik Jean ketika ia berusaha melepaskan ikatan di kasurnya.

"Harry, kau yakin ia akan bisa?" tanya Billie terus menerus membuatku sedikit muak.

"Bisakah kau berhenti bertanya? Aku sedang memperhatikannya." jawab ku sedikit keras. Akhirnya, Billie terdiam.

Aku masih memandangi monitor. Terlihat Jean sudah mulai membuka pintu kamar, tapi dengan gerakan yang waspada. Aku mengernyit. Ia sudah sadar bahwa saat ini ia sedang evaluasi.

The OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang