Author's POV.
Hari ini, Jean sudah keluar dari ruang perawatan. Tapi, dia harus dicek ulang sebelum keluar rumah sakit.
"Keadaanmu membaik," sahut Dr.Steven, "Kau sudah bisa pulang sekarang."
Jean tersenyum, "Terimakasih, Dokter." lalu menjabat tangan Dr.Steven.
Dr.Steven pun tersenyum lalu membalas jabatan tangan Jeanny, "Sudah menjadi tugasku."
Jean masih mengulaskan sebuah senyuman sampai dia keluar dari ruangan. Ia masih merasa tangan kirinya terasa ngilu jika digerakkan.
"Sudah selesai?"
Jean melompat kaget, dan menatap orang yang ada disebelahnya itu.
Dia terkekeh, "Kau tidak harus takut seperti itu."
Jean menatapnya nanar, "Kau.."
Laki-laki itu tersenyum, "Liam. Kau masih mengingatku? Aku yang waktu itu diruang isolasi bersamamu."
Napas Jean tercekat. Dugaannya benar, ternyata ingatannya masih bagus.
Liam mengibaskan tangannya, "Ayolah, tidak perlu takut. Harry menyuruhku untuk membawamu ke luar dari tempat mengerikan ini."
Jeanny masih diam, tidak berkata apapun.
"Ikuti aku." kemudian Liam berjalan mendahuli Jean. Jean menampar dirinya kembali ke dunia nyata, dan bergegas mengikuti Liam ke arah lift.
Liam menempelkan jarinya ke alat pendeteksi jari dan matanya ke pemindai retina. Jean mulai bertanya-tanya, apakah harus melakukan itu?
"Liam?" panggil Jean ketika mereka sudah didalam lift. "Apa harus seperti itu?"
Liam menoleh, "Tentu saja."
"Apa rumah sakit ini aman?"
"Aman."
"Apa disini banyak tindak kejahatan?"
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, jika rumah sakit ini aman, tidak perlu sidik jari dan pemindai retina." ujar Jeanny pelan.
"Kau tahu, Abigail? Kau harus menghilangkan rasa penasaranmu." jawab Liam sarkastik.
Mulut Jeanny menganga. Dia tahu nama tengahku? batin Jeanny.
Benar. Namaku sudah terkenal sekarang. batin Jeanny (lagi).
Lift berhenti lalu berdenting, sedetik kemudian pintunya terbuka.
Jean memperhatikan sekitar. Rata-rata semua orang disini berpakaian formal. Ia hanya melihat satu atau dua perawat yang memakai baju khusus perawat. Sisanya? memakai jas, atau yang perempuan memakai baju formal kantoran.
Jean menatap sekelilingnya aneh. Baru pertama kali ia melihat rumah sakit sebagus ini, namun sepi sekali.
"Tuan Liam." seorang perempuan dengan dress berwarna merah muda dengan kacamata hitam dan rambut pirang yang diikat menghampiri Liam.
Jean mengerutkan kening. Sebenarnya, ini rumah sakit atau kantor?
"Lily." sapa Liam sambil mengulas senyum. "Abigail, kemari."
Jeanny memutar kedua bola matanya. "It's Jean, not Abigail."
Liam hanya menatap Jeanny sarkastik.
"Abi- maksudku, Jean. Ini Lily," Liam memperkenalkan perempuan dihadapannya. "Lily, ini Jean."
Perempuan bernama Lily itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya. "Lily Evans."
Jean balas tersenyum, "Jeanny Beverly."
"Abigail." tambah Liam. "Dia mempunyai nama tengah Abigail."
Lily menatap Liam, dan kembali menatap Jean, "Nama tengah yang indah."
Jean tersenyum canggung, "Terimakasih."
"Jadi, Abigail, ikuti Lily. Aku ada urusan." jawab Liam sambil berlalu.
"It's Jean! Not Abigail!" geram Jean.
Lily tertawa pelan, "Dia memang seperti itu. Dia selalu memanggil orang dengan nama yang menurutnya menarik."
Jean tersenyum kecil, "Tapi, itu menyebalkan."
Lily tertawa lagi, "Memang."
Lily mulai berjalan lagi, ke arah utara. Terdapat lift lagi dipojoknya.
Disini banyak sekali lift, batin Jean.
Setelah masuk ke dalam lift, Lily menekan tombol 2.
Tiba-tiba Jean terhuyung ke samping. "Jeanny, are you okay?" tanyanya panik.
Jean hanya mengangkat sebelah tangannya, "Ya, aku tidak apa-apa."
Lalu semuanya hening. Jean nadi teringat sesuatu, "Lily? Kau merasakan sesuatu?"
Lily mengerutkan kening, "Maksudmu?"
"Ya, kurasa lift ini bergerak ke samping." jawab Jean dengan raut wajah panik.
Lily terkekeh, "Kita akan ke kantor, Jean."
Kantor? Apa maksudnya?
Sejurus kemudian pintu lift terbuka, Lily dan Jean segera keluar dari lift. Jeanny memandangi sekitar, bangunan ini dipenuhi dinding yang bercat putih. Ruangannya klasik, dan lebih terlihat seperti gedung FBI dan CIA. Banyak orang memakai baju formal, seperti Lily.
Tiba-tiba datang dua penjaga bertubuh besar dihadapan Lily dan Jean.
Lily mendekat ke arah Jean lalu mengeluarkan sehelai kain dari saku roknya dan mengarahkan kain itu ke mulut Jean.
"Li-ly. A-apa yang ka-kau la-lakukan?" tanya Jean sambil berusaha tetap membuka matanya setelah kain itu menempel di mulut Jean.
"Maafkan aku, kau belum bisa melihatnya secara langsung."
Kemudian, semuanya menjadi gelap.
-
Cast:
Barbara Palvin as Jeanny Beverly
Harry Styles as himself
Liam Payne as himself
Lily Collins as Lily EvansGIMANAA CERITANYA?
SHORT CHAPT SORRYUDAH CHAPT 3 NIH HWHWHWHW
DICHAPTER SELANJUTNYA GUE BAKAL DEDICATED-IN BUAT YG SETIA NGEVOTE SM COMMENTS YEY! (KALO ON DI LAPTOP)VOMMENTS YAAAH THANKYOU

KAMU SEDANG MEMBACA
The Operation
Fanfiction"I didn't fall in love with you because i was lonely, or lost. I fell in love with you because when i saw you for the first time it was only time that i had ever wanted to make someone a permanent part of my world." - Harry Styles. "You fall in love...