EIGHT

317 44 18
                                    

this chapter dedicated to: nblgrier dan harbarastalvinx

NIH GUE DIDECATED BUAT LO DUA SOALNYA MUNCUL AE DIKOMEN AMPE BOSEN GUE. GADENG. SERIUS.

.

Jean memakai baju training-nya, ia tidak lupa mengikat rambutnya. Setelah sarapan tadi, Harry memintanya menemuinya di sekitar kolam renang dengan baju training-nya.

Jean berjalan menghampiri Harry ketika melihat Harry berdiri di sebelah kolam renang.

"Harry?"

Harry berbalik menghadap Jean. Untuk sesaat Jean gugup. Bagaimana tidak, Harry memakai kaos berwarna hitam yang di lipat dan celana hitam, membuat gadis manapun akan luluh seketika.

"Oh, kau sudah siap rupanya," Harry mengeluarkan sebuah stopwatch dari sakunya, "Aku ingin kau lari memutar rumah ini dalam lima putaran, dan jangan lebih dari lima belas menit."

Mata Jean melebar, "Lari?"

Harry mengangguk, "Kenapa? kau mau menolak?" tanya Harry sarkastik.

Jean menelan ludahnya, "Err, tidak," jawab Jean pelan.

"Kalau begitu waktumu di mulai dari sekarang."

Mendengarnya, Jean langsung berlari secepat mungkin mengelilingi rumah besar ini.

Dalam hati, Jean mengutuk lelaki tampan itu karena sudah memperlakukannya seperti ini.

--

Harry menyeruput teh yang baru saja diantar Beatrice kepadanya. Ia melirik jam, sudah lebih dari sepuluh menit dan gadis itu belum melakukan putaran kedua sekalipun.

Dua belas menit.

Empat belas menit.

Lima belas menit.

Harry mulai kesal dan memutuskan mencari Jean. Apa gadis itu tersesat? tanya Harry dalam hati.

Harry berjalan memutar sambil mengedarkan pandangan, tidak ada tanda-tanda dari Jean.

Barulah saat ia sampai di sekitar kandang anjing di pekarangan belakang, terdengar suara tangisan perempuan dan anjing menggonggong.

Harry segera menghampirinya dan sedikit terkejut melihat Victor, Kay, dan Swen sudah berada di sana dengan dua anjing labrador yang di tahan oleh Kay dan Swen.

Sedangkan Victor, tengah memegangi kaki kiri Jean.

"Ada apa ini?" tanya Harry sesampainya di depan Jean.

"Digigit anjing." jawab Victor.

"Biar aku saja," Harry menarik lengan kanan Jean dan menaruhnya di atas bahunya. Ia mengangkat Jean perlahan yang sedikit merintih kesakitan.

"Kau yakin, tuan?" tanya Victor.

Harry mengangguk, "Sekarang masukan anjing-anjing itu ke kandang."

Victor mengangguk patuh dan Harry segera menggotong Jean ke ruang tengah untuk di obati.

Harry mendudukan Jean di kursi sedangkan ia mengambil kotak obat-obatan.

Harry kembali mendapati darah bercampur nanah yang menetes ke lantai dari kaki Jean.

Harry segera membersihkan darah dan nanah itu dengan cepat, tidak peduli rintihan dan jeritan Jean ketika Harry menyentuh lukanya.

Waktunya Harry memberikan salep antibiotik pada Jean, Jean mencegahnya dengan mencengkram tangan Harry.

"Jangan, kumohon. Pasti rasanya sakit sekali," ucap Jean takut.

Harry memandangnya datar, "Jika ini tidak di oleskan, kau akan terjangkit rabies."

Jean terlihat sedikit terkejut, "Lebih sakit rabies atau obat itu?"

Harry menatap Jean jengkel, "Diamlah dan biarkan aku membersihkan lukamu dengan segera."

Kemudian Jean melepaskan cengkraman tangannya, lalu Harry mulai mengoleskan salep.

Jean berteriak, "Oh, Harry! sakit! tidak!" kemudian Jean menjambak rambut Harry.

Harry sontak membanting kaki Jean yang tengah di pegangnya dan menarik kepalanya, "Kenapa kau menjambakku?!" teriak Harry.

Tapi Jean tidak menggubrisnya. Ia malah berteriak lebih kencang, terlebih Harry membanting kakinya tadi.

"Kau! membanting! kakiku!" Jean berusaha berbicara sembari menahan sakit.

Harry menggerutu, menarik kembali kaki Jean asal, "Ya ampun, Jean. Aku menyesal telah mengobatimu," katanya. Tapi ia tetap melanjutkan pekerjaannya dan berakhir melilitkan perban di kaki Jean.

Jean menghembuskan napas lega. Kakinya masih sakit, tentu saja. Tapi tidak sesakit ketika di obati Harry.

Harry menaruh kotak obat-obatan itu di meja, dan meletakan punggung tangannya di kening Jean.

Jean mengerutkan kening, "Kenapa?" tanya Jean.

"Tidak, suhu tubuhmu tidak merendah. Beritahu aku jika kau merasa menggigil, lemah, atau kau merasa lukamu semakin membesar," Harry bangkit, "Karena kau, urusanku jadi ada yang tertunda." kemudian Harry berjalan meninggalkannya.

Sepeninggalan Harry, Jean terus merutuki Harry.

"Dasar menyebalkan,"

"Tidak tahu malu,"

"Coba kau yang merasakan, pasti sakit!"

"Dasar gila."

Jean menghela napas sebelum terlonjak kaget mendengar suara, "Apa yang sedang kau bicarakan?"

Kini, ada seorang lelaki berdiri di depan Jean dan matanya menatap kaki kiri Jean yang di perban.

"Oh, Jamie. Kukira kau sudah pergi bersama yang lain." ujar Jean menyembunyikan rasa kagetnya.

Jamie menggedikan bahu, "Ada sesuatu yang tertinggal," alisnya naik sebelah, "Apa yang terjadi pada kakimu?"

"Digigit anjing." jawab Jean.

"Kau mengobati lukamu sendiri?" tanya Jamie lagi.

Jean menggeleng, "Harry yang mengobatiku."

Jamie hanya terdiam kemudian berbicara, "Kalau begitu aku mau bertemu dengannya dulu." kemudian Jamie melangkahkan kakinya meninggalkan Jean.

--

"Kenapa dia bisa di gigit anjing?"

Kini, Jamie tengah duduk di hadapan Harry yang berada di ruangan Harry sambil menengadahkan kepala.

"Dia berlari melewati kandang anjing saat kandang dibuka. Mungkin mereka tidak terbiasa dengan kehadiran Jean." jawab Harry tenang.

Jamie hanya mengangguk, "Kapan dia mulai masuk kantor?"

Wajah Harry berubah serius, "Dari kejadian ini, mungkin dia baru bisa masuk dalam seminggu kedepan.

Jamie mengerutkan kening, "Tapi bukankah dia membutuhkan Jean lima hari lagi?" tanya Jamie.

"Aku tahu. Tapi peristiwa ini tiba-tiba saja terjadi. Akan kupastikan dia bisa menerimanya."

--

HAAII
MAAF KALO CHAPT INI GA SESUAI YANG KALIAN HARAPKAN, SEJUTA IDE MUNCUL TAPI W BINGUNG NULISINNYA HWHW

OK ENJOY YA MAAF ABSTRAK

KEEP VOMMENTS

ILY GAIS

The OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang