TEN

279 45 7
                                    

Author's POV.

Harry menghela napasnya. Ia baru saja barurusan dengan The Pillar dan itu membuatnya sedikit mengundang emosi.

Pamannya, Evan Cartivolks meragukan semua apa yang Harry lakukan. Malah Evan beranggapan, Harry hanya akan menghancurkan keluarga dan perusahaan yang sudah paman-pamannya besarkan.

"Tenangkan dirimu, Harry. Kau tahu Paman Edward tidak akan meragukanmu," ucap Liam menenangkan.

Harry menggeleng, "Bukankah kau sudah liat? mereka semua seperti meragukanku." balas Harry kesal.

"Calm down, mate. Kerjakan saja apa yang perlu kau kerjakan. Asal, jangan ceroboh." kemudian Liam ke luar dari ruangan Harry sebelum menaruh beberapa map dan lembar kertas di atas mejanya.

Harry segera memeriksa beberapa map di depannya sebelum pada akhirnya terdengar ketukan pintu yang sangat keras.

Merasa jengkel, Harry melangkah dengan langkah cepat ke arah pintu.

"Siapa-" belum sempat Harry menyelesaikan ucapannya, terasa sebuah tangan kecil melingkar di pinggangnya.

"Harry! kumohon! aku takut sekali! tadi aku.. tadi.." napasnya bergetar dan matanya terpejam. Tangannya pun semakin erat memeluk Harry.

Harry hanya menatapnya datar, "Jean, kembali ke kamarmu," lalu Harry menarik tangan kecil itu agar terlepas dari pinggangnya. "Dan memelukku itu adalah sesuatu yang sangat tidak sopan."

Jean menunduk, "Maaf, kukira tadi aku melihat hantu." ujarnya pelan.

"Kalau begitu, berhati-hatilah siapa tahu di kolong tempat tidurmu ada banyak hantu disana." ucap Harry sarkastik.

Sontak, mata Jean melebar, "Tidak! Harry! kau membuatku takut.."

Harry memutar kedua bola matanya, "Apa yang kau inginkan?"

Jean menatap Harry nanar, "Aku ingin bersamamu, tolong."

Harry memicingkan matanya, menatap mata Jean dan berusaha melihat apakah ada kebohongan di matanya.

Akhirnya, Harry mendengus lalu mengangguk, "Baiklah, cepat masuk." perintah Harry.

Terlihat sorot mata bahagia Jean, yang berbegas masuk ke dalam ruangan Harry. Harry menutup kembali pintu dan berjalan ke mejanya, bermaksud melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Harry? kenapa kau selalu berurusan dengan kertas-kertas?"

Harry mengangkat bahu.

"Kenapa Des, Liam, ataupun Jamie lebih suka bertindak daripada kau yang selalu berdiam diri di ruangan?"

Sekali lagi, Harry mengangkat bahu tidak pedulinya.

"Oh, Harry. Aku ingin meminjam komputer atau laptopmu, aku ingin membuka email. Aku ingin memberi pesan pada Ibu dan Ayahku." ujar Jean akhirnya, ia merasa basa-basinya tidak ditanggapi lagi oleh Harry.

Kali ini, Harry mendongak, sorot matanya terlihat tajam, "Kau tidak perlu membuka email ataupun membalas email."

"Tapi-"

"Semuanya sudah ku urus," potong Harry, "Sekali lagi kau membantah, kupastikan kejadian hari pertama terulang kembali."

Mendengar itu, Jean menelan ludahnya. Ia mengunci bibirnya rapat-rapat. Ia tidak mau lagi kembali ke ruang terkutuk itu.

--

Jamie's POV.

Sudah malam dan aku seharusnya sudah kembali ke rumah. Sialan. Harry menyuruhku bertemu terlebih dahulu dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenali.

Aku mengetuk-ngetuk pintu ruang itu dengan keras, namun tidak ada jawaban.

Aku mengulanginya lagi, terdengar suara gaduh dari dalam.

Pintu berdecit ketika di buka, memunculkan seorang laki-laki berparas Amerika, "Ya?"

Aku memandanginya dari atas sampai bawah, aku memiringkan senyumanku, "Yeager, right?"

Merasa namanya di sebut, orang itu mengangguk, "Benar. Kau siapa?"

"Perkenalkan, namaku Jamie Reverse."

Setelah berkata seperti itu, aku kembali mencermati wajah orang yang ada di depanku.

Kenapa ia terlihat sangat tidak asing?

--

HAAII I'M BACK
SORRY FOR SHORT CHAPT, GUE LAGI BERUSAHA KERAS BERFIKIR TAPI OTAK BUNTU KARENA TUGAS

OKELAH WALAUPUN SHORT KALIAN HARUS VOTE YA, INI MIKIRNYA PAGI SIANG MALEM:((

THANKYOU

The OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang