NINE

336 41 9
                                    

Author's POV.

Sudah dua hari dari kejadian digigit anjing, Jean sudah bisa menggerakan kakinya seperti biasa. Bahkan semenjak sehari yang lalu, ia sudah belajar memainkan pedang dengan Billie. Obat yang di berikan Harry memang sangat berguna.

Hari ini Harry sudah mengaturnya untuk belajar mengayunkan pisau dengan Des.

Jean segera melahap sarapannya yang di antar Vena ke kamarnya, dengan alasan Harry yang menyuruh.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Jean langsung ke luar kamarnya. Ia sangat bersemangat, karena ia akan mempelajari tentang bermain pisau.

Ia bersenandung sambil berjalan. Terlihat Des sudah menunggunya di halaman belakang, tentunya bebas anjing.

"Hai, Jean. Bagaimana kakimu?" sapa Des ramah.

Jean tersenyum hangat, "Seperti yang kau lihat, kakiku baik-baik saja," jawab Jean. "Lalu, apa yang akan kita pelajari hari ini?"

"Cara melempar pisau tepat sasaran, dan cara memegang pisau dengan benar." ujar Des sambil meraih sebuah kotak berwarna hitam. Terdapat sebuah angka-angka sandi di samping kotak itu. Des menekan-nekan angkanya dengan cepat dan kotak terbuka.

Jean mendekat dan melihat isi kotak itu, "Kau mempunyai banyak sekali pisau, ya? apakah aku bisa mendapatkannya di toko terdekat?" tanya Jean agak sedikit bergurau.

Des tertawa kecil, "Yang pasti semua pisau ini tidak bisa kau dapatkan di toko-toko itu," jawab Des.

Kemudian Des memberikan isyarat kepada Jean untuk mengambil sebuah pisau. Jean berpikir sejenak. Akhirnya ia mengambil sebuah pisau berukuran 10 cm dengan ujung sangat tajam. Pegangan tangan pisau itupun terbuat dari besi.

"Pilihan yang cukup bagus," Des mengambil sebuah pisau, "Aku ingin kau melemparnya tepat ke papan itu." tunjuknya pada sebuah papan bulat berwarna merah. Terdapat titik hitam tepat di tengahnya.

Jean berusaha menimbang-nimbang berat pisau itu, cukup ringan. Ia juga cukup yakin akan melemparnya dengan tepat.

Tetapi, dugaannya salah. Ketika di lempar, pisau itu malah terlempar jauh dari papan dan berakhir menabrak dinding.

Des tertawa kecil, "Jean. Kau harus melemparnya dengan tepat," ujar Des dengan menekankan kata terakhir. Tak lama, Des mengayunkan pisau yang berada di tangan kanannya dengan lantang.

Dan hasilnya bisa di tebak. Tepat berada di tengah.

Jean berdecak kagum, "Wow, Des. Kau hebat." puji Jean.

Des hanya menggeleng, "Ada yang lebih hebat dari itu," ucapnya rendah diri. "Nah, sekarang, mari belajar."

Jean mengangguk mantap. Des mengajarkannya cara berkuda-kuda dan memegang pisau dengan benar.

"Pisau itu punya berat yang berbeda-beda. Walaupun hanya berbeda satu gram, itu dapat mempengaruhi kecepatannya

"Kau juga harus bisa mengukur-ngukur kecepatan dan beratnya, contoh, pisau yang ku pegang ini ringan atau tidak?" tanya Des.

Jean mengernyit, "Umm, cukup ringan?"

"Menurutmu, aku harus melempar ini dengan cepat atau lambat?" tanya Des lagi.

"Cepat."

Tanpa basa-basi, Des melempar pisau itu dengan cepat. Hasilnya memuaskan, pisau menancap tepat di tengah.

"Kau pintar, Jean. Tapi kau juga harus menimbang berapa kecepatannya, tidak asal cepat atau lambat." ujar Des.

Jean mengangguk mengerti.

"Sekarang aku ingin kau melempar semua pisau itu, dengan kecepatan dan pertimbanganmu sendiri." perintah Des.

Jean melakukan perintah Des. Ia pun melakukannya dengan baik, walau pada akhirnya ia melempar sebuah pisau ke arah pohon bukannya ke papan.

"Cukup bagus. Baik, kita lanjut nanti." kemudian Des keluar dari halaman.

---

Jean melihat-lihat rak di depannya yang penuh dengan buku. Ia mengambil sebuah buku berwarna biru dengan sampul polos, hanya ada tulisan THE LIGHT.

Ia merasa penasaran, ia membukanya dan ternyata isinya membosankan.

Ia berkeliling perpustakaan mini itu hampir setengah jam lamanya, namun ia belum menemukan satu bukupun yang menurutnya menarik.

Sampai akhirnya ia melihat sebuah lampu dengan tangkai besi menggantung di sebelah lukisan abstrak. Di sebelah tangkai itu, ada sebuah rak yang menunjukan beberapa buku.

Ia berjalan ke arah rak itu dan menemukan sebuah buku yang menurutnya menarik. Ia sedikit menyender ke dinding di sebelah rak, dekat dengan tangkai besi lampu.

Sambil membaca buku yang dipegangnya, Jean merasakan ada sesuatu bergerak di kakinya. Ia menutup bukunya dan terkejut ketika melihat tikus tengah berdiam di kakinya.

"Sial!" teriak Jean sambil menendang tikus itu. Tikus itu mengeluarkan cicitan kecil dan berlari menjauh.

Tanpa Jean sadari, buku yang di pegang Jean sudah tergeletak di lantai dan tangan kirinya menarik tangkai besi lampu itu.

Dan, sesuatu kembali terjadi.

Tangkai besi itu tiba-tiba berputar dengan sendirinya, membuat Jean menarik tangan kirinya menjauh.

Saat tangkai besi itu berputar, lukisan abstark itu tiba-tiba saja seperti di tarik masuk oleh dinding dan keluar sebuah buku kusam berwarna hitam.

Jean mengernyit, memandangi keadaan di depannya dengan bingung.

"Buku apa ini?" gumam Jean sambil berjalan mendekat. Ia meraih buku yang penuh dengan debu dan jaring laba-laba itu dengan perlahan.

Ia membuka satu persatu halaman sambil terus berpikir.

Sampai akhirnya, ia tiba di halaman tengah yang membuatnya tak kuasa menahan air mata.

--

PLEASE GUE TAU INI GAJELAS GAGUNA DAN GA SEPERTI YANG KALIAN HARAPKAN.

GUE GAADA IDE BANGETLAH, NOTES ILANG ALHASIL GUE HARUS BIKIN LAGI.

ANYWAY GUE IZIN LAGI BAKAL JARANG POST, MUNGKIN SEBULAN?ENTAHLAH GUE LAGI SIBUK AMA SKULA.

OK VOMMENTSNYAA LOBYU

The OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang