Ali berjalan menaiki undakan tangga berniat masuk kekamar miliknya, matanya melihat pemandangan yang menyesakkan ketika berjalan melewati kamar Jovan, dikamar itu kakak kandungnya terbaring lemah.
"Ali" suara lembut Andara menghentikan langkah Ali, anak itu memalingkan wajahnya tak perduli sautan sang ibu, dia meneruskan langkahnya yang terhenti.
"Sampai kapan anak mami akan seperti ini" derap kaki Ali terhenti namun dia tak urung membalikan tubuhnya.
"Saya bukan anak anda!" Andara mematung melihat pungguk anak bungsunya.
"BRAK"
Sesaat setelah mengucapkan kata itu, anaknya itu tidak peduli sama sekali, dan memasuki kamar menutupnya dengar keras.
Andara menghela nafasnya dengan berat, Anaknya Aliando yang manis menjadi benar-benar tak tersentuh.
Selesai mengganti baju sekolahnya Ali memetik gitar kesayanganya, mata hitam itu menatap nyalang kearah balkon berharap kesakitan dan dendam yang ada didalam hatinya akan berkurang.
Dia menutup matanya merasakan hawa sejuk sore, ingatanya kembali pada saat dia berumur tiga tahun dimana ibunya itu selalu memperhatikan dirinya hanya dirinya, semua terusak setelah Pria bodoh yang mengaku sebagai ayah dan memberi dia seorang kakak yang tidak dikenalnya tidak berperasaan membawa Ali kerumah terkutuk ini.
Bayangan itu terasa sangat menyakitkan diusia tiga tahun dia di kurung di kamar mewah tidak bisa melakukan apapun, tidak bisa menemui ibunya di cengkram dan di pukul dengan tak berperasaan air matanya mengalir merasakan kepedihan itu.
Sampai kapan ingatan itu menghantui dirinya.
Ali teringat perlakuanya pada Prily, dia mencengkram gadis yang menemaninya setahun ini gadis yang kuat, gadis yang mengimbangi dirinya, dan gadis penurut yang menjadi miliknya akan selalu menjadi miliknya.
***
Prily menatap wajahnya di depan kaca, lebam di pipinya sedikit membaik ini untuk kesekian kalinya Ali melakukannya, cowok itu tidak segan-segan mengancam Prily, akan membunuh Bunda Resna jika dia tidak menuruti kemauan Ali.
Monster penuh pesona yang menjadi mala petaka untuk dirinya, anggukan Prily berikan saat Ali memintanya menjadi pacar lebih tepatnya memaksa, wanita mana yang akan menolak cowok seperti Ali tapi ternyata kaya dan ganteng saja tidak cukup menghiasi masa SMA Prily, karena Ali adalah seorang Monster.
"Sayang" Resna membuka pintu kamar gadisnya, Prily memalingkan wajahnya menatap Bundanya yang tersenyum menghampiri Prily.
"Lebam lagi?" Prily meringgis dan menganggukkan kepalanya memeluk sang bunda, air matanya menetes ingin rasanya memutuskan hubunganya itu.
"Dengar sayang, bunda yakin Ali pasti berubah" Resna memeluk anaknya itu dan mengecup puncak kepala Prily.
"Satu tahun bunda" Resna mengangguk dan mengelus rambut panjang Prily, "bertahanlah" Prily menganggukkan kepalanya, ini semua dia lakukan demi bundanya hanya demi Resna.
***
"Pril" Salsa tersenyum melihat sahabatnya itu sedang membuat berita untuk mading minggu ini.
"Emm" jawab Prily
"Ada berita apaan?" Salsa duduk disamping Prily melihat gadis itu yang serius dengan laptopnya.
"Lomba kabaret" jawab Prily sekenanya.
"Wah,lo sama Ali harus ikut" seketika ketikan Prily terhenti wajahnya berpaling ke arah Salsa.
"Bercanda ya Lo?" Salsa menggeleng kan kepalanya dengan polos.
"Yaelah palingan nanti si Syila sama si Mona nantangin lo lagi buat jaga-jaga aja" Salsa tersenyum geli, dia tau tipikal dua kurab itu mereka menggunakan semua kesempatan untuk mengalahkan Prily, dan bodohnya Prily selalu tertantang dan masuk kedalam permainan bodoh itu.
"Ka Prily ada ka Ali nyariin di luar" suara Marco membuat Prily menghela nafasnya dan pamit untuk meninggalkan Salsa gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum geli.
"Ehm" Prily melihat Ali yang bersandar pada tembok tanganya memainkan Iphone yang di pegangnya.
"Ali" Ali mengangkat wajahnya tersenyum kearah Prily dan memasukkan Iphonenya kedalam saku, tanganya terulur dan menggemgam tangan Prily.
"Makan" Prily ikut mengemgam tangan Ali dan mengangguk tau apa yang harus di lakukanya.
Suasana kantin yang bising terhenti melihat Ali masuk, Rasya memalingkan wajah malas melihat Ali yang membawa Prily, Al menghembuskan nafasnya dia berharap kali ini Rasya tidak akan melakukan hal bodoh, Varel hanya tersenyum cengengesan, Ali menarik Prily agar duduk disampingnya dengan tak tau malu mengecup tangan Prily dengan gemas.
Beberapa wanita disana terpekik melihat Ali yang sangat manja kepada Prily.
"Siomay?" Ali tersenyum kearah Prily gadis itu mengangguk.
"Aku mau minta sesuatu" ucap Ali berbisik ketelinga Prily, gadis itu mengangkat wajahnya takut apa yang akan diminta Ali.
"Aku mau kita make out" bisiknya pelan, detik itu pun jantung gadis itu terhenti merenggut seluruh nafasnya,
Apa dia juga harus memberikanya untuk Ali harta paling berharga selama 17 tahun di jaganya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKIE & MINIE (On Hold)
FanfictionMikie & Minie Ali itu kasar, Ali itu posesif, Ali itu pemarah, tapi kadang dia lembut,penyanyang, bisa bikin Prily nyaman. Saya akan perbaiki alurnya :)