12

11.3K 1K 33
                                    

"Ambil hatiku kuserahkan padamu"

***

Setelah dua minggu Prily terkurung dirumah megah itu akhirnya hari ini dia bisa keluar untuk pergi bersama Ali, Ali mengajak Prily untuk merayakan Anniv Panser, Prily sudah mencari cara agar bisa kabur, sejauh ini rencananya sudah di siapkan matang-matang.

Ali melihat Prily memakai celana pendek diatas lutut, kaos putih Minie mouse mereka kenakan jika dilihat seperti itu mereka khas anak remaja yang sedang jatuh cinta, memakai pakaian yang sama.

Ali mengemgam tangan gadis itu turun menyiapkan motor ninja hitam kesayanganya, mereka berniat konvoi dari jakarta kearah bogor.

Andara tersenyum melihat Ali sedikit melunak saat ada Prily, mood Ali benar-benar ada didiri Prily jika Prily menurut maka Ali bersikap lembut, Prily membangkang Ali semakin diluar kendali.

Andai saja dirinya bisa melaporkan semua ini terhadap polisi tapi orang tua mana yang tega anaknya di penjara, terlebih suami tak tau dirinya menjunjung tinggi kehormatan mungkin sebelum sampai polisi Andara sudah tergeletak tak bernyawa.

Keluarga Prily memang berantakan tapi Andara tidak menyangka Rasna menjual anak gadisnya demi Pria yang di kejar-kejarnya benar-benar orang tua haus akan uang.

Ibu tiri Ali sedikit merasa takut bertemu, kejadian minggu lalu membuat dia kapok wanita itu masih beruntung di tolong pelayan yang membersihkan kamar dan melihatnya mengenaskan di kamar.

Dia tidak ingin mencari gara-gara dengan anak sialan itu, sejauh ini selama suaminya mengikuti kemauanya dia tidak keberatan, sayang dia tidak bisa mengadukan Ali bila dia mengadu bukan Ali yang keluar tapi dirinya yang keluar dari rumah ini.

"Sayang pil nya udah kamu makan?" Ali menaiki motornya memberikan helm putih Prily, gadis itu mengangguk dan tersenyum, sekali lagi dia berdo'a tuhan tolong selamatkan dia dari kekejaman Ali.

"Harus di minum ya, nanti kalau ga diminum kita cepat punya bayi" ucap Ali santai, sejauh ini Ali tidak menyentuhnya hanya mencium atau sedikit menampar bagi Prily itu biasa walau menyakitkan tapi setelah tamparan wajah Ali yang kacau selalu berubah senang dan itu yang membuat Prily ikut senang.

Ali senang menamparnya dia senang melihatnya terluka tapi tak beberapa lama dia meminta maaf dan menciumnya begitulah Ali sangat membingungkan. 

"Ayo naik Minie" Prily menghembuskan nafasnya dia menaiki motor itu memeluk Ali erat, semakin di siksa Adrenalin Prily semakin tertantang.

Prily merasa ada kepuasan sendiri awalnya mungkin menyakitkan tapi itu hanya ilusi setelah terjadi Prily kembali seperti biasa tersenyum kearah cowok itu, apa dia mencintai Ali, tekadnya kabur tergantikan rasa nyaman memeluk pacar kasarnya.

Dia ingin pergi, dia tak ingin tersiksa tapi dia juga menginginkan Ali, ya tuhan apa hati Prily sudah benar-benar mengikuti hati Ali yang gila? Gak gamungkin Prily menggelengkan kepalanya.

***

Suara deruman motor terdengar keras ketiga sahabatnya dan teman-teman yang lain menyambut Ali bertepuk tangan.

wajah Rasya yang tersenyum berubah kesal melihat gadis cantik itu memeluk Ali di belakang Ali, dan sekarang dia tau Prily benar-benar ikut.

Varel dan Al tersenyum Ali dan Prily selalu terlihat cocok seperti Romeo dan Juliet mereka lengket dan membuat orang lain iri, baju yang di kenakan Ali membuat Al dan Varel menggeleng, pasangan itu tidak memakai jacket kaos Minie dan Mikie mereka kenakan tampak kompak.

"Selalu romantis" ucap Varel, siulan dari yang lain membuat Ali menaikan sudut bibirnya sedikit.

"Pril lo ga ikut ke London?" ucap Al, Prily mematung memang siapa yang ke London? tentu saja itu kata hatinya, gadis itu menggelengkan kepalanya.

Ali menyuruh Prily turun dan dia menaikan sebelah kakinya diatas motor agar Prily kembali naik dan duduk didepanya, terlihat seperti pelacur cilik memang tapi Prily telah merebut hati Ali dan akan menjadi pacarnya... pelacurnya...

"Aliiiiii" Mona berteriak, jeans hitam yang di kenakanya sangat ketat kaos hitam pas di belahan perut sampai pusarnya terlihat,Prily menatap Mona menaikan alisnya, kenapa gadis aneh itu ikut.

Ali tersenyum kearah Mona dan melambaikan tangannya, dia meminta Prily duduk di belakang dan meminta Mona duduk di depanya, Prily membulatkan matanya hendak protes tapi apa yang bisa dia lakukan? Mona dengan senang berjalan kearah Ali dan duduk di pangkuan cowok itu, Ali tersenyum bukankah sakit melihat orang yang kita cintai memperhatikan orang lain.

"Uh Ali kamu ganteng banget hari ini" Mona tidak mempedulikan Prily yang duduk di jok belakang motor Ali kaki Prily menggoyang-goyang tanganya tak bisa terlepas karena Ali mengemgamnya.

Apasih mau cowok ini tangan kanannya menggemgam erat tapi tubuhnya menggendong Mona.

Prily malas ribut toh dia juga tak punya teman yang benar-benar dekat kecuali Salsa itupun Salsa pasti tak mungkin ikut di acara Panser.

"Kita Konvoi dengan aman kalau hujan kita berhenti, gue sama Ali udah pesen penginapan" ucap Varel mengomando.

Ali dan yang lain mengangguk mengerti.

"Aku sama kamu kan?" Ucap Mona kearah Ali, Prily menaikan alisnya emang dikata ini mobil bonceng tiga nanti kayak cabe-cabean.

"Ali sayang aku sama kamu kan?" Ali tersenyum mengecup pipi Mona, Prily terkejut ini Ali tumben lho manis sama cewek kaya Mona, tapi ko hati Prily sedikit sesak dia dengan cepat menggelengkan kepalanya, Ali menatap Mona dan tersenyum menyesal.

"Sayang kamu sama Al dulu ya" ucap Ali

Al memalingkan wajahnya, sial kenapa harus dia ada si Rasya sama Varel kan, oke Varel mungkin sama cewek tapi si Rasya? Kenapa harus gue.

Suara deruman motor mengomando satu persatu.

Al, Rasya di depan dan Ali, Varel menjaga yang lain dari belakang, entah siapa gadis yang di bawa Varel kali ini berambut pendek dan berlesung pipi kalau gak salah namanya Nesya.

Entahlah Prily tidak terlalu perduli dia hanya memikirkan gimana caranya kabur dari Ali, dan setelah kabur dia akan pergi kemana.

Ali berhenti di pom bensin semua ikut berhenti mengikuti Ali, dia membuka ranselnya memberikan sweater hitam yang sama dengan dirinya, dan meminta Prily mengganti celana pendek yang di pakainya mengenakan Jeans hitam.

"Pakai Minie" Prily menatap Ali heran iya dia tau tapi gimana bisa kabur kalau cowok itu malah sengaja berhenti, niat Prily memakai celana itu agar bisa meminta berhenti dan teralihkan dari teman-temanya.

"Makasih" Prily tersenyum gugup dan masuk kedalam kamar mandi Ali menunggunya di depan pintu setelah selesai Prily keluar dan tersenyum kearah Ali, cowok itu menatapnya dan merapikan rambut Prily mengikatnya jadi satu dan mengecup pipi gadis didepanya.

"Selalu cantik" Rona pipi Prily memerah andai saja Ali selalu manis seperti ini.

Suasana puncak sangat dingin mereka sampai dengan selamat niat mereka akan mengadakan api unggun malam ini, Prily sudah menempati kamar penginapan dia berjalan kekiri dan kekanan memikirkan cara kabur dari Ali.

Cowok itu berada di depan bersama sahabat-sahabatnya tak ada yang curiga pada Prily, dia melihat keadaan sepertinya aman.

Entah keberanian dari mana gadis itu menutup kepalanya dengan kupluk sepatu putihnya dengan cepat dia kenakan, matanya melihat keadaan dengan gugup, kaca penginapan di dalam Prily buka dengan perlahan dia harus menurini balkon dan di bawah ada Ali satu-satunya cara Prily harus memakai tali.

Dia merapalkan do'a meloncati kaca pembatas dan pagar balkon, hatinya tak karuan kali ini Prily nekad.

Tali yang dia sudah siapkan dia ulur kebawah dengan perlahan dia turun, tanganya merasakan kebas akibat tali yang sangat kecil beruntung tidak memunculkan keributan matanya menatap waspada nafasnya tercekat hingga sampai menapaki bawah, pintu kamar atas dia kunci dari dalam sengaja agar Ali tidak curiga.

Hingga sampai ke taman belakang Prily mengendap dalam suasana dinginnya puncak, dia terkejut ketika keluar gerbang belakang melihat keadaan sekitar hanya ada hutan pikiranya sudah tak bisa berjalan yang penting dia pergi, pergi dari Ali dia harus bebas, dan berlari sekencangnya.

MIKIE & MINIE (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang