Chapter 3 : Nightmare

531 114 3
                                    


James PoV

Oksigen di sekitarku tiba-tiba tidak berfungsi lagi. Um maksudku tidak ada oksigen lagi disini. Aku mengalami sesak nafas. Dimana aku sebenarnya? Mengapa disini sangat sepi? Kenapa aku bisa melihat bumi dari sini? Apakah aku berada di planet lain? Siapa yang membawaku kesini? Mengapa dibelakangku ada bangunan indah sekali? Semuanya juga sudah menggunakan teknologi yang canggih, dan siapa pemiliknya? Apa benar sekarang aku sudah diculik alien? Itu tidak mungkin! Siapapun tolong aku!

"Oh ma God!" aku terbangun dari tidurku dan  posisiku sekarang sudah duduk.

Aku terbangun dari tidurku karena mimpi aneh yang menimpaku malam ini. Tiba-tiba udara menjadi dingin yang membuat aku merinding ketakutan. Jendela sudah tertutup rapat tetapi angin bisa masuk, dari mana sebenarnya angin itu masuk? Aku langsung menarik selimutku sampai menutupi hidungku. Berusaha untuk tidur lagi tapi sepertinya itu sia-sia karena aku masih memikirkan tentang mimpi burukku.

Aku melihat ke arah jam dinding di kamarku ternyata masih jam tiga pagi dan aku tidak bisa tidur lagi. Aku mengambil salah satu novelku yang berada di rak buku yang berjudul "Cyborgs Of The Sea" dan membacanya sambil tiduran. Tidak lama kemudian aku mulai mengantuk dan akhirnya tertidur sementara buku itu menutupi wajahku.

Jam alarm berbunyi tepat jam enam pagi. Seperti hari biasanya aku malas sekali untuk kuliah. Akhirnya aku bergegas mandi dan bersiap-siap. Bahkan aku lupa untuk sarapan.

Aku berangkat dan di dalam mobil masih memikirkan mimpi semalam. Apakah mimpi itu benar-benar akan terjadi padaku? Bagaimana jika aku berada di planet lain? Apa yang aku makan? Bagaimana cara aku pulang ke bumi? Semua pertanyaan ini terus berputar di otakku dan membuatku pusing.

Aku pun tiba di kampus dengan keadaan cemas. Kulihat diriku dari cermin yang ada di mobil. Mukaku sudah terlihat ketakutan, kantong mataku juga terlihat jelas, dan bibirku juga pucat. Setelah itu aku keluar mobil dan Laura menyapaku dengan semangat saat aku masuk ke kampus.

"Hi Mr. Hart how are--"

"Oh, Hi," jawabku singkat.

"Hey look! You look pale, why? Are you sick, James?" tanyanya sambil menaikkan kedua alisnya

"Nothing. I'm alright," kataku sambil fake a smile

"Really? Or maybe you have a problem?"

"Nope."

Laura terus membujukku untuk menceritakan masalah yang aku alami sekarang. Ya, dia seperti anak kecil yang meminta dibelikan mainan kepada orang tuanya. Akhirnya aku menceritakan tentang mimpiku semalam dan dia kaget. Dia takut jika itu akan menjadi kenyataan, dia takut kehilangan sahabatnya. Laura berusaha menghiburku dan aku lama-lama sudah melupakan mimpi semalam.

~●~

Kuliah telah selesai. Matahari telah terbenam di ufuk barat. Aku menuju kamar dan langsung tergeletak kecapekan di atas sofa kamarku. Aku tertidur dan mimpi itu lagi-lagi muncul di dalam tidurku. Aku terbangun tepat jam dua belas malam dan aku tidak bisa tidur lagi gara-gara mimpi itu lagi.

Hari-hari berikutnya, mimpi itu terus datang di tidurku sampai seminggu lamanya. Aku pun semakin ketakutan karena mimpi itu seakan-akan nyata. Mungkin itu adalah peringatan supaya aku harus lebih berhati-hati dalam menjaga diriku sendiri.

Aku tidak boleh bergantung pada Laura, ya walaupun dia yang dipercayai oleh peramal itu untuk menjagaku tapi aku harus menjaga diriku sendiri. Bahkan sebaiknya malah aku yang menjaga Laura. Memang sahabat harus saling menjaga satu sama lain, dan sahabat juga harus ada dalam suka maupun duka.

Don't forget to Votes and Comments.
Thanks🙇

Alien Needs FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang