Chapter 15 : London Eye

289 61 14
                                    

Laura PoV

Hooaaamm!! Akhirnya hari minggu juga. Aku melihat jam dinding dan ternyata sudah pukul 8. Ya ampun aku bangun siang! Ah biarlah lagian hari ini tidak sekolah. Aku berjalan menuju jendela dan membukanya. Angin pagi menyapu wajahku. Burung-burung sedang bernyanyi dengan riang. Rasanya segar sekali pagi ini.

Kemudian aku menuju ke ruang tengah yang berada di lantai satu. Kulangkahkan kakiku menuju bawah dengan menuruni anak tangga dari kayu satu persatu. Uh terdengar suara perutku bunyi. Lebih baik aku menuju dapur untuk mencari camilan. Lumayan lah bisa dimakan sambil nonton TV.

Di kulkas? Hanya ada beberapa potong pizza dingin. Baiklah sebaiknya aku menghangatkan pizza ini di microwave. Sambil menunggu, aku duduk di kursi makan sambil melamun.

Kira kira James sedang apa ya? Apa yang bisa dia lakukan sekarang? Ya ampun aku rindu padanya. Apakah dia bisa hidup di planet lain bersama alien? Aku juga tidak tahu dia masih hidup atau sudah tiada. Apakah James juga suka padaku? Ya ampun kenapa aku malah memikirkan James!

Aku segera tersadar dari lamunanku. Oh ternyata microwave sudah berbunyi. Aku mengambil piring untuk kuletakkan pizza di situ. Ukh panas! Setelah memindahkan pizza, aku segera menuju ruang tengah dan mencari acara yang menarik. Sekian lama memencet mencet remote, tidak ada acara yang menarik bagiku. Ah bosan! Tidak ada yang menarik. Aku langsung mematikan TV itu.

Huft mungkin disini lebih baik. Aku berada di teras sambil membawa pizza tadi yang belum kumakan. Di teras cukup dingin karena ini masih pagi. Banyak mobil melintas di depan rumahku. Aku hanya melihat halaman depan rumah sambil memakan pizza yang dari tadi berada di pangkuanku. Tiba-tiba iPhone ku bergetar yang menandakan ada SMS masuk

I'll come to your home now, See ya.

From : Cemal.

Huh? Dia akan datang kerumahku? Memang dia tahu rumahku? Aku pun membalas SMSnya

Yang benar saja, emangnya lo tau rumah gue?

From : Laura.

Lima menit kemudian, SMS dari Cemal pun menggetarkan iPhoneku lagi.

Sure. Just wait ur prince coming.

From : Cemal.

What? Dari mana dia tahu? Bukankah aku belum pernah menceritakannya tentang rumahku? Dan "prince" itu sangat menjijikkan jika julukan itu untuk Cemal. Sangat tidak pantas. Sebaiknya aku cepat-cepat menghabiskan pizza ini keburu diambil oleh Cemal dan mandi. Aku segera menghabiskan pizza dan kemudian melangkahkan kakiku untuk masuk ke dalam rumah.

Selesai mandi, Cemal pun belum datang. Ya mungkin dia hanya sok tau alamat rumahku. Belum sempat aku duduk di pinggiran kasur, bel rumah berbunyi. Apa itu Cemal? Aku segera berlari menuju pintu depan lalu mengintip melalui jendela. Astaga! Ternyata itu Cemal, sialan! Dari mana dia tahu alamatku?

Dengan terpaksa aku membukakan pintu sambil tersenyum.

"Oh hi Cemal."kataku sambil berusaha tersenyum kepadanya. Tentu saja senyumanku hanya senyuman palsu.

"Oh Laura! Eh maksudku darl--"

"Shut up! Jangan memanggilku seperti itu lagi. Aku risih!", aku langung memotong kalimatnya karena aku tau kalau dia pasti akan memanggilku dengan sebutan"Darling".

"Oh baiklah, aku minta maaf. Emm kamu di rumah sendiri? Mana keluargamu?"

"Lebih baik kita bicara di dalam."Aku pun mengajak Cemal untuk masuk rumahku dan duduk di sofa panjang. Ya ini terpakasa mengajaknya ke dalam karena jika kita hanya mengobrol di depan pintu juga tidak enak.

Alien Needs FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang