Laura PoV
Nick sudah membawaku ke rumah sakit dimana Mum and Dad dirawat. Mereka masih terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Kulitnya pucat, bibirnya pecah-pecah dan beberapa memar di bagian wajah dan tubuhnya. Sebenarnya aku ingin menangis tapi kata Nick aku harus kuat. Aku harus menjadi perempuan yang kuat.
"Mum, Dad cepatlah sadar." pintaku sambil mengelus kepala mereka berdua.
Sementara Nick, dia dari tadi sudah tertidur pulas di sofa ruangan ini. Suara dengkuran pelan sempat terdengar di telingaku dan jika aku terus mendengarnya bisa saja membuat telingaku rusak. Sepuluh menit kemudian iPhoneku berbunyi menandakan ada telpon masuk.
Cemal is calling..
"Hallo?"
"Oh hei Liz, aku sudah sampai di bandara! Bisakah kau menjemputku?"
"Jadi kamu benar-benar kesini? Huh merepotkan."
"Aku kan sudah bilang tadi atau aku pulang lagi?" kasihan juga jika ia pulang lagi.
"Ya sudah tunggu satu jam lagi."
"WHAT? ONE HOUR? ARE YOU CRAZY? ITU LAMA SEKALI, BISAKAH HANYA LIMA MENIT ATAU SEPU--"
"BISAKAH BERHENTI BERTERIAK? TELINGAKU BISA RUSAK!" balasku
"Hmm jadi apa benar aku akan menunggu satu jam?"
"Tentu tidak, just kidding. Wait for thirty minutes."
"Untunglah, Okay see u."
Tut..Tut..Tut..
Aku segera membangunkan Nick untuk menemaniku menjemput si turkish itu. Dia memang merepotkan tapi bagaimanapun juga dia sahabatku.
"Nick bangunlah!"
"Aku masih ngantuk, bisakah kau tidak mengganggu ku?" jawabnya dengan mata sedikit terbuka.
"Hei kau sudah tidur satu jam dan oh ya kita akan menjemput seseorang."
"Who?" aku yakin, nyawanya pasti belum terkumpul
"Emm my friend. Dia dari London."
"Cewek?" hih banyak sekali pertanyaannya
"Cowok, Nick," jawabku singkat
"Whoa? Apakah itu kekasihmu yang bernama Jimi?"
"James maksudmu? Tentu bukan."
"So? Another boyfriend?"
"No no and no! Sudah ayo cepat, dia sudah menunggu."
"Kenapa tidak kau saja yang menjemput?"
"Aku juga mau mengenalkannya padamu Nick, ayolah."
Aku langsung menarik tangan Nick keluar dari ruangan ini. Dia sempat menolak untuk menemaniku tapi aku terus memaksanya. Akhirnya dia pun pasrah dan kami menuju Los Angeles International Airport. Ini sudah malam tapi jalan di sini jauh dari kata sepi. Setiap hari selalu ramai bahkan tidak pernah tidur. Setelah beberapa menit, akhirnya Nick membelokkan mobilnya menuju parkiran bandara.
Aku dan Nick terus mencari Cemal. Sudah berkeliling bandara tapi belum juga ditemukan sosok makhluk itu. Huh ternyata benar kataku kalau dia "merepotkan". Akhirnya Nick memintaku untuk menghubungi Cemal itu. Aku merogoh saku celana dan mengambil iPhoneku dari saku dan memencet kontak Cemal.
"Cem?"
"Uh ya? Apakah kau sudah sampai?"
"Jelas, aku sudah berkeliling bandara tapi aku belum menemuimu, dimana kau ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien Needs Friends
FantasyBagaimana mungkin zaman sekarang ada mitos tentang penculikan seseorang oleh Alien? Entahlah itu hanya kata peramal saja. Tepat di hari ulang tahun James, apa yang dikatakan peramal itu menjadi nyata. Bahkan kejadiannya lebih mengerikan dari yang di...