James PoVSudah dua tahun dari kejadian Oufiks berpamitan kepadaku. Kini aku sama sekali tidak tahu kabar Oufiks secuil pun. Ya walaupun ia bukan bangsa manusia, tapi ia sudah baik kepadaku. Ia menculikku hanya untuk menjadikanku teman karena ia kesepian. Semoga saja sekarang Oufiks sudah mendapatkan tempat tinggal baru yang lebih nyaman dari sebelumnya. Semoga ia juga mendapatkan banyak teman disana.
Setahun yang lalu aku sempat iseng membuat sebuah cerita di laptopku. Belum ada yang tahu ceritaku tentang apa, bagaimana genre nya, dan tidak ada yang ingin tahu juga kurasa. Hans sudah lama kembali ke Jerman jadi sekarang aku terpaksa menyendiri di kelas. Kadang ada teman lain mengajakku ke kantin, main, dan hal semacamnya tapi itu hanya 'kadang', tidak sering. Cemal dan Laura juga sepertinya mereka sudah nyaman satu sama lain jadi aku tidak mau menggangu hubungan mereka. Biarkan Laura bahagia dengan Cemal. Cemal sudah minta maaf kepadaku dan aku pun juga, kami sudah baikan walau kadang Cemal sedikit cemburu kepadaku.
"James, ada surat untukmu." ucap Ariana, adikku dari luar kamar.
"Masukkan saja lewat bawah pintu."
Aku melihat ada amplop orange muncul dari bawah pintuku. Tidak biasanya aku mendapatkan surat. Aku mengambil surat itu kemudian menaruh di meja belajarku lalu aku kembali menulis ceritaku yang belum selesai setahun yang lalu. Surat itu masih kubiarkan tergeletak di meja belajar. Aku juga tidak terlalu penasaran tentang surat itu jadinya nanti saja membukanya.
Seharusnya hari ini rencana aku ingin ke toko baju untuk membeli baju hangat mempersiapkan musim dingin yang sebentar lagi tiba. Ariana sudah dikirimkan oleh orangtua kami kemarin, sementara aku juga dikirimkan tapi kekecilan jadi kuberikan pada Ariana. Kadang saat musim dingin aku suka sekedar ke taman untuk melihat orang-orang bermain ice skating, membuat boneka salju, ataupun hanya melamun.
Mungkin nanti sore aku akan ke toko baju. Ariana tentu tidak mau diajak, alasannya biasanya karena ia disibukkan oleh tugas sekolah. Kalau aku ajak Laura, tidak mungkin. Ia sudah agak jaga jarak dariku karena Cemal. Walaupun kadang-kadang Laura diam-diam mengajakku jalan tanpa sepengetahuan Cemal. Aku melirik jam di dinding dan jam menunjukkan pukul 10.37 am. Masih panas untuk keluar rumah.
Aku bosan hanya tiduran diranjang sambil menulis cerita buatanku ini. Ide-ideku juga tidak bisa muncul secepat yang aku inginkan. Kuambil iPhoneku yang terletak di meja sebelah ranjang. Mungkin aku bisa chat Laura atau Hans. Semoga Laura sedang tidak bersama Cemal jadi aku lumayan bisa santai. Kuputuskan untuk chat Laura.
"Lagi sama Cemal?"
Setelah lima menit menunggu akhirnya ia membalas.
"Engga, Cemal katanya dia ada urusan." balasnya
"Ohh.."
"Cuma nanya itu?"
"Engga sih.. ya aku cuma bosan aja."
"Aku juga."
"Nanti ada acara?" tanyaku ragu-ragu. Ya mungkin karena Laura juga agak jaga jarak denganku.
"Kayaknya engga. Kenapa?"
"Em yaudah nanti aku jemput jam 3 pm."
"Kemana emang?"
"Ya liat aja nanti."
"Okelah see u."
Laura sudah menutup chat kami. Lagian percakapan kami juga agak canggung. Entahlah kenapa, sejak ada Cemal semuanya berubah. Aku mematikan iPhoneku dan kembali menulis cerita. Oh iya aku hampir lupa dengan surat tadi. Aku berjalan menuju meja belajar dan mengambil surat itu kemudian kembali naik ke ranjang. Kubuka amplop itu perlahan dan saat surat itu terbuka, bukannya selembar kertas yang ada di dalamnya melainkan ada cahaya biru dari dalam amplop itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien Needs Friends
FantasíaBagaimana mungkin zaman sekarang ada mitos tentang penculikan seseorang oleh Alien? Entahlah itu hanya kata peramal saja. Tepat di hari ulang tahun James, apa yang dikatakan peramal itu menjadi nyata. Bahkan kejadiannya lebih mengerikan dari yang di...