Jangan menilai buku dari sampulnya.
Jangan menilai buku dari sampulnya.
Jangan menilai buku dari sampulnya.
Mungkin itu adalah pepatah yang cocok untuk Calum gunakan untuk saat ini. Christina Costanza. Dia. Gadis kutu buku itu. Tak hentinya memutar musik punk dari speaker di kamarnya selama mengerjakan tugasnya bersama Calum. Dan yang lebih mencengangkan, kamarnya penuh dengan poster band beraliran musik keras. Tak disangka, gadis 'imut' yang terlihat pendiam dan kurang pergaulan itu tau banyak tentang musik genre keras. Bahkan Calum sempat tidak percaya kalau ini adalah kamar Chrissy.
"Kau suka Avenged Sevenfold?" Calum menannyakan pertanyaannya yang ke seribu kepada Chrissy. Kerja kelompok mereka lebih mirip wawancara sedari tadi. Dimulai saat Calum mulai menanyakan hal-hal aneh yang tidak penting pada Chrissy, seperti album musik pertama yang dibelinya dulu. Lalu juga Chrissy mulai menanyakan pertanyaan-pertanyaan serupa pada Calum.
"Uh, tidak terlalu," Chrissy masih serius membaca buku tebal di depannya, sambil sesekali mengetikkan kata di laptopnya. Matanya dengan jeli menyalin jawaban dan materi dari buku didepannya. Masih dengan kacamata berframe besarnya itu, yang selalu membuat pipinya merona. Sambil sesekali menyanyikan beberapa bait lagu yang terputar "Aku lebih ke aliran punk sebenarnya" lanjutnya kemudian.
"Tapi kau punya CD Bring Me The Horizon disini" Calum menarik album bersampul hitam polos dengan tulisan That's The Spirit di bagian tengahnya dari deretan panjang tumpukan album-album koleksi Chrissy yang sedari tadi di telusuri oleh mata Calum, lalu membaca traclistnya. Ia sudah 6 kali mengelilingi kamar Chrissy untuk memperhatikan setiap poster di kamarnya. Mulai dari poster The 1975 sampai Paramore bergantung rapi disana. Calum benar benar heran, bercampur kagum, bercampur tidak percaya akan seorang Chrissy Costanza.
"Yah, mereka cukup keren kok. Oli juga keren hehe." Chrissy terkekeh, "Rambutnya keren."
"Kenapa kau selalu mempertimbangkan rambut, sih?" Calum bertanya. Ia mengembalikan CD BMTH dan kembali menelusuri deretan album album di meja belajar Chrissy. Cukup mencengangkan bagi Calum, Chrissy punya semua CD Green Day dan Blink 182
"Rambut biasanya menonjol, kan? Entahlah saat bertemu seseorang aku pasti memperhatikan rambut" jawab Chrissy masih fokus pada bukunya
"Kau pasti akan akrab dengan temanku" gumam Calum
"Siapa? Luke? Rambutnya lumayan" Luke adalah orang pertama yang muncul di pikiran Chrissy
"Bukan. Michael. Rambutnya cukup nyentrik, kurasa"
"Oh. Dia yang mengataiku 'mengerikan' itu ya?" Chrissy memberi penekanan pada kata 'mengerikan'
"Wah kau masih mendengarnya ya? Maaf." Calum sedikit merasa bersalah akan temannya itu
"Eh? Tidak apa apa. Bukan salahmu, kok. Telingaku sudah biasa dengan kalimat bodoh seperti itu."
Calum tidak menanggapi jawaban Chrissy. Ia tengah serius membaca tracklist dari salah satu album dari Blink-182 yang berjudul sama dengan nama band itu.
"Hey, Chris, bolehkah aku memutar ini?" Calum menunjukkan album bersampul warna warni itu pada Chrissy. Chrissy menggangguk tanpa melihat Calum. Calum sedikit ragu, tetapi akhirnya ia menukar CD Green Day di dalam DVD player dengan CD di tangannya.
Intro lagu pertama terputar, "Hm. Blink 182?" tanya Chrissy tanpa mengalihkan pandangannya
"Iya. Lagu lagu mereka cukup easy listening" jawab Calum
"Ku kira kau hanya suka Ed Sheeran"
"Jika itu benar aku tidak akan bergabung dengan band punk, Chris"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bandzone - 5SOS
FanficBandzone. xx Dimana ada salah satu personil band mencintai teman band nya sendiri. Lebih dari cinta seorang teman. P.s : Inspired by SUCKSEED (go check out the movie)