Part #2. Seleksi

59.8K 3.4K 177
                                    

AN:

//Warning!
Part ini absurd banget. Tolong sediakan kantung kresek :') jangan muntah ya baca kelakuan Airi. :')//

"Kakak adalah jodoh yang sudah Tuhan turunkan untukku."

Aqsal tiba-tiba merasakan tenggorokannya kering, wajahnya juga jadi terasa panas karena gombalan yang Airi ucapkan. Aqsal menyugar rambutnya ke belakang kemudian mengacak-acaknya pelan. Kebiasaan Aqsal ketika berada dalam situasi yang membuatnya merasa canggung.

Dalam hati Aqsal membatin, kenapa bisa ada cewek seperti itu di dunia ini?

"Ya, ampun, Kak. Rambutnya jangan diacak-acak gitu, ntar jadi keliatan seksi lho."

Aqsal tersedak, ia berdeham mencoba mengabaikan perkataan Airi yang makin ngelantur. "Ngg, adek-adek, kenalin nama Kakak, Muhammad Aqsal Ramadhan. Kakak ketua organisasi Rohis SMA kita," kata Aqsal. Sebagai pengalihan perhatian dia mengenalkan dirinya. "kalian bisa panggil Kakak, Kak Aqsal," lanjut Aqsal disertai senyuman tipis. Ia menatap ke sembarang arah, asal bukan ke arah Airi yang masih saja memperhatikannya dengan seksama.

"Kak, kalo aku panggil Sayang boleh nggak?"

Airi lagi. Aqsal tidak tahu bagaimana jalan pikiran cewek itu. Cewek yang tengah menatapnya sambil tersenyum dan bertopang dagu. Cewek itu sama sekali tidak mempedulikan sorakan berupa ejekan dari teman-temannya. Ia terus saja menggoda Aqsal dengan gombalan yang mampu membuat Aqsal merasa kesal. Kesal karena tidak bisa menguasi dirinya sendiri untuk tidak salah tingkah.

"Airi, jangan bikin gue eneg," celetuk teman sekelasnya yang menjabat sebagai ketua kelas. Alwan namanya. Airi sudah mengenal Alwan sejak SMP. Dia pernah sekelas dengan Alwan ketika kelas 8. Dan sekarang mereka dipertemukan lagi di kelas yang sama ketika SMA. Sungguh. Kebetulan yang menyebalkan! Pasalnya Airi tidak pernah bisa akur dengan cowok itu. Alwan adalah cowok menyebalkan yang suka mengejeknya.

"Mulut-mulut gue, peduli apa lo!" sahut Airi nyolot.

Alwan mengabaikannya, dia mengalihkan pandangan ke depan. "Kak, jangan didengerin omongannya Airi. Dia orangnya emang gitu, tiap liat cowok yang bening dikit aja langsung digodain," kata Alwan pada Aqsal yang sekarang menatapnya. "dulu aja aku juga sempet digodain."

"NAJIS!" teriakan Airi membuat Alwan yang duduk di bangku tengah menoleh ke belakang. Melihat Airi yang tengah berdiri sambil berkacak pinggang dan menatapnya garang. Alwan tersenyum. Senyuman yang makin menyulut kekesalan Airi. "nggak usah nyebar gosip lo!" sentak Airi kesal. Enak aja. Emang dia pikir Airi ini cabe-cabean apa? Tiap ada cowok ganteng langsung godain. Padahal emang iya sih. Eh, enggak! Cuma Aqsal kok yang Airi godain. Bukan cuma, tapi baru.

Alwan nyengir. Aqsal yang melihat kelakuan dua adik kelasnya ini menggelengkan kepalanya.

"Permisi," suara lembut dari arah pintu mengalihkan perhatian orang-orang yang ada di kelas itu. Termasuk Airi. Dia sudah kembali duduk manis di kursinya. Berusaha menahan diri untuk tidak menerjang Alwan dan menjambak rambut hitam cowok itu.

"Adiba, kok kamu ke sini?" Aqsal yang semula berdiri di tengah-tengah kelas melangkah menuju pintu, menghampiri cewek yang bernama Adiba itu. Dan itu tidak luput dari perhatian Airi. Karena suasana kelas yang kelewat hening, Airi bisa mendengar pembicaraan ke dua orang itu.

Me And Ketua Rohis (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang