3350+ words, tiati bosen -,-
Hepi riding gaeews *rip english* hahaha"Gila, lo keren banget! Gue aja nggak sampe seagresif itu," komentar Naura sesaat setelah Airi menceritakan kejadian tadi pagi.
Airi tertawa terbahak-bahak. "Astaga Naura. Tadi duh rasanya jantung gue kek mau copot. Ya ampun, pipinya Kak Aqsal bener-bener... Errr."
"Hai."
Airi dan Naura menghentikan aksi menggosip mereka ketika sapaan itu terdengar. Sapaan dari seorang cowok yang entah sudah sejak kapan duduk di samping Airi. Naura dan Airi saling pandang, Airi mengangkat bahu pertanda tidak tahu. Naura juga melakukan hal yang sama, lalu keduanya kembali menatap cowok itu.
"Christ," katanya memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan ke arah Airi.
"Airi," Airi menerima uluran tangan Christ. Mereka berjabatan tangan sekilas.
Christ beralih pada Naura. "Naura," kata Naura dengan sebelah alis terangkat.
"Gue temennya Aqsal," kata Christ. Entah apa motifnya, cowok itu memulai percakapan dengan mengatakan kalau dia teman Aqsal. Mungkin untuk membuat Airi tertarik. "gue kesini sebenernya cuma mau mastiin aja, lo pacar Aqsal?" tanya Christ to the point pada Airi.
Airi tersenyum sumringah. "Calon lebih tepatnya," ungkap Airi penuh keyakinan.
Dahi Christ berkerut, tangan kanannya mengusap dagu seraya menatap Airi dengan sorot mata menilai. "Benar-benar sulit dipercaya," gumam Christ.
"Apanya yang sulit dipercaya?" Naura ikut-ikutan.
"Setahu gue, Aqsal nggak tertarik sama hubungan semacam 'pacaran'," Christ menggerakan jari telunjuk dan tengah kedua tangannya membentuk tanda kutip ketika menyebut kata pacaran. "dan kalopun dia pacaran... lo kayak bukan tipenya gitu."
Mata Airi menyipit, menatap Christ dengan tatapan tidak bersahabat. "Jadi maksud lo apa nyamperin gue dan ngomong kayak gitu?" tanya Airi nggak nyantai sambil gebrak meja.
"Eh, bukan gitu," Christ mengibaskan tangannya. "gini, gue mau ngasih tahu lo satu hal," mimik wajah Christ berubah serius. "asal lo tahu, dari kelas satu, Aqsal sama Adiba itu udah deket. Yah, emang sih waktu kelas satu mereka nggak sekelas. Tapi karena satu ekskul makanya mereka deket. Nah, jadi aneh aja kalo tiba-tiba Aqsal sama elo gitu."
Airi mendengus. "Jadi maksud lo mau ngingetin gue buat nggak ngejar Kak Aqsal gitu? Siapa yang nyuruh elo? Kak Aqsal?" Airi berdiri. Lengan bajunya ia gulung ke atas. Sepertinya sisi preman Airi keluar.
"Woles, sist," timpal Christ santai. "gue cuma ngasih tahu doang, kali aja bisa jadi referensi buat lo."
"Maksud lo?"
Christ memutar bola matanya. "Tipe Aqsal itu yang kayak Adiba, lemah lembut, rajin sholat, sholehah, pinter ngaji, yah yang gitu-gitu deh. Gue juga kagak ngarti, gue kan bukan orang muslim. Yang jelas Aqsal pernah cerita kalo suata hari nanti pengen punya 'istri' yang kayak begitu -seperti yang gue bilang tadi, dia nggak tertarik sama pacaran."
Airi termenung sejenak memikirkan perkataan Christ. Sepertinya cowok ini hanya berniat membantunya. Tapi untuk apa? Apa motif cowok itu?
"Terus gue harus gimana?" Airi kembali duduk, kali ini terlihat lesu.
"Kalo elo beneran suka sama Aqsal, gue bisa bantu elo."
"Perasaan daritadi elo keliatan mau campur tangan banget urusan Aqsal sama Airi. Motif lo apa?" Naura yang merasa aneh langsung menanyakan pertanyaan yang sejak tadi mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Ketua Rohis (√)
Ficção AdolescenteBersiaplah untuk jatuh cinta! Niat awal Airi masuk Rohis itu Cuma buat PDKT sama ketua Rohis ganteng yang gampang blushing. Apapun Airi lakukan, dari ngehapal Asmaul Husna sampai surah Al Bayyinah. Dari cara yang bener sampai cara sangklek usulan pa...