Part #3. 999 Kemungkinan

45.2K 3.1K 75
                                    

AN:

//Part ini gaje serius. Maaf bawa-bawa Transformers, abaikan aja//

Aqsal berjalan dengan langkah lebarnya meninggalkan kelas 10 - 7. Selama perjalanan menuju mushola ia terus merutuki tingkahnya, pergi tanpa pamit bukanlah hal yang biasa Aqsal lakukan. Cowok dengan pembawaan kalem ini sebelumnya tidak pernah seperti ini, salah tingkah hanya karena perkataan seorang cewek. Oke, itu bukan hanya sebuah perkataan. Melainkan gombalan yang sukses membuat Aqsal kesal karena bisa-bisanya ia salah tingkah sampai pergi begitu saja. Ia terlalu... rrrr, malu mungkin untuk berlama-lama satu ruangan dengan cewek yang bernama Airi itu.

Berulang kali Aqsal mengusap wajahnya dengan kasar. Sampai di depan mushola, ditarik lalu dihembuskannya napas secara perlahan. Berusaha untuk sedikit merilekskan pikirannya. Selanjutnya Aqsal mengendarkan pandangan ke segala arah, mencari-cari sosok Pak Fico yang kata Adiba mencarinya.

"Sal," panggilan serta tepukan ringan di bahu membuat Aqsal terperanjat. Ia sampai berjingkat menjauh sebelum menoleh ke arah orang yang menepuk bahunya. Pria bertubuh subur dengan mata sipit itu menatap Aqsal dengan sebelah alis terangkat samar. "kamu kenapa keliatan kaget banget gitu?" tanya pria yang ternyata Pak Fico. Guru pembina Rohis.

Aqsal mengelus dada. "Bapak munculnya tiba-tiba. Saya kan jadi kaget," jawab Aqsal seadanya. "oh ya, Pak. Kata Adiba Bapak manggil saya, ada apa, Pak?"

"Oh itu, proposal bakti sosialnya udah kamu ajukan belum ke Kepsek?"

"Lho bukannya proposalnya ada di Vera ya, Pak?"

"Kata Vera proposalnya udah dia kasih ke kamu."

"Masa sih, Pak?" Aqsal mengusap tengkuknya. "Ngg, saya tanya ke Vera dulu deh."

Aqsal berjalan sedikit menjauh setelah mendapat persetujuan berupa anggukan kepala dari Pak Fico. Dia mengambil ponsel yang ada di saku celana. Dengan lincah jari-jarinya bergerak cepat untuk mengirim pesan singkat pada Vera. Vera adalah anak kelas 11 IPA 4 yang menjabat sebagai sekertaris Rohis.

To : Vera

Ve, proposalnya emang udah kamu kasih ke aku?

Sent

Send

Aqsal mengirim tombol kirim. Sambil menunggu balasan dari Vera ia mengetuk-ngetukan kakinya ke lantai. Tidak lama berselang satu pesan masuk. Aqsal menatap layar ponselnya yang menyala. Pesan dari Vera.

From : Vera

Udah di kamu, Sal. Kemarin kata kamu suruh naruh di meja ruangan Rohis. Mulai deh pikunnya -_-

Aqsal menepuk jidatnya, ia kemudian nyengir dan menoleh ke arah Pak Fico.

"Ada di ruangan Rohis, Pak."

Pak Fico menggelengkan kepala. "Ambil gih. Habis itu ke ruang Kepsek buat minta tanda tangan," perintah Pak Fico langsung disambut dengan anggukan kepala oleh Aqsal.

Aqsal membalikan badan, hendak berjalan menuju ruang Rohis. Tapi baru satu langkah Pak Fico memanggilnya. Aqsal berhenti, ia menoleh menghadap Pak Fico. Menunggu apapun itu yang akan dikatakan oleh guru pembina ekskul Rohis di SMA ini.

"Habis dari ruang Kepsek balik ke mushola, bantu Bapak ganti artikel di mading Rohis."

Aqsal mengangguk lagi. Tanpa banyak bicara ia melangkah menuju ruang Rohis. Mengambil proposal lalu beralih menuju ruang Kepala Sekolah yang letaknya lumayan jauh.

***

Setelah selesai dengan segala urusan menyangkut proposal itu. Aqsal kembali ke mushola sesuai perintah Pak Fico. Membantu laki-laki itu mencopoti artikel yang di tempel di mading Rohis yang letaknya tepat di depan mushola.

Me And Ketua Rohis (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang