Part #10. Strategi [2]

31.3K 2.5K 29
                                    

"Lo... lo kok bisa kenal sama Kak Carter? Dan kenapa dia noleh waktu lo manggil dia 'Rey'?" tanya Naura, guratan kebingungan terpatri jelas di wajahnya.

Airi berhenti cekikikan, dia menoleh ke arah Naura dan berkata, "Dia mantan gue waktu SMP."

"APA?!"

"Biasa aja kalik,.Ra. Nggak usah se-shock itu juga," dengus Airi. Baginya respon Naura barusan terlalu berlebihan.

"Astaga Airi! Gue nggak bisa biasa aja. Ini terlalu Amazing! Spektakuler! Awesome! Dan... dan, OMG! Gue speechless Airi. Demi apa lo punya mantan seganteng Kak Carter?!" Naura makin histeris. Airi yang mendengarnya hanya mampu memutar bola matanya, jengah. Merasa de javu. Dulu waktu ia dan Carter pacaranpun banyak yang shock. Emang apa salahnya kalau cewek pas-pasan punya cowok ganteng? Banyak tuh cowok pas-pasan ceweknya cantik.

"Rezeki anak sholehah," kata Airi kalem sambil menepuk-nepuk pundak Naura. "makanya, lo jangan kebanyakan nonton bokep. Jadi rezeki lo nggak lancar, dari jaman SMP jomblo mulu kan?"

Naura manyun. "Jangan ungkit-ungkit itu, lagian gue juga udah insyaf kok. Gue nggak nonton film begituan lagi, nggak baca cerita dewasa lagi. Gue sadar kalo itu semua nggak baik buat gue yang masih remaja. Sekarang tontonan sama bacaan gue kisah-kisah cinta remaja, yah yang ratingnya teenager gitu," ungkap Naura. Bibirnya masih manyun sewaktu bercerita.

Airi mengangkat sebelah alis, menatap Naura dengan sorot mata menyelidik. "Masa sih? Kok gue nggak percaya ya," kata Airi ragu, sebenarnya ia hanya pura-pura tidak percaya.

"Gue serius, Airi. Gue udah insyaf. Gue mau bersihin otak gue. Kemarin aja gue berhasil nahan diri buat download FSOG, sebagai gantinya gue nonton Barbie sama keponakan gue. Ternyata Barbie ceritanya seru juga, keponakan gue punya banyak banget kasetnya. Kalo lo mau kita bisa nonton sama-sama."

"Ajakan lo kayaknya asyik juga. Oke. Kapan-kapan kita nonton Barbie bareng. Tapi, by the way, FSOG itu apaan?"

"Udah nggak penting bahas itu, intinya gue udah insyaf. Nggak lagi-lagi deh baca cerita atau nonton film begituan. Nggak baik buat perkembangan otak gue."

Airi tersenyum, dengan sebelah lengannya ia merangkul pundak Naura.

"Gue harap lo berhasil. Kita sebagai remaja emang belum pantes nonton ataupun baca hal begituan. Banyak negatifnya daripada positifnya. Lagian lo juga baru 15 tahun, kan?" Naura mengangguk. "semua itu ada waktunya, jangan mencemari otak dengan tontonan maupun bacaan yang nggak bermanfaat. Nikmatin masa remaja, jangan sampai dewasa sebelum waktunya."

Naura cengo, dia menatap takjub Airi. "Gila! Lo bijak banget, Airi. Apa ini efek patah hati? Seorang Airi bisa berubah jadi orang bijak bin kalem kayak gini?!" pekik Naura histeris.

Airi langsung menjitak kepala Naura. "Enak aja lo. Gue nggak lagi patah hati, Dodol!" sembur Airi nggak terima dikatain patah hati sama Naura. Lagian Airi emang nggak patah hati kok. Cuma potek dikit aja.

"Nggak pake jitak berapa, Bu?" Naura mengusap bekas jitakan Airi. "sensitif banget sih lo, gue kan tadi cuma becanda. Kalo kayak gini caranya, gue nggak mau ah bantuin elo ngedapetin Kak Aqsal."

"Yah, yah, Naura kok gitu sih. Maaf. Jangan ngambek dong. Naura kan baik, cantik, imut, calon pacarnya Kak Revanda..."

"AMIN!" teriak Naura mengamini kalimat terakhir Airi. Dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan seperti habis berdoa.

"Tetep bantuin gue ya?" pinta Airi sambil menaik-turunkan alisnya.

"Iya-iya gue bantuin, lagian mana tega sih gue ngebiarin sahabat gue kesusahan."

Me And Ketua Rohis (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang