Part 18#. Surat Aqsal Untuk Airi

47.4K 3K 336
                                    



A/N:

//Duh maaf ya, updatenya lama banget terus tiap update pasti minta maaf:"( pengennya sih nggak ngaret tapi susah, tiap hari yang diliat faktur. 7/6, 8/24 duduk di depan komputer, entry data, bikin laporan dan bla bla bla. Kepala gue seolah buntu buat nyari bahan cerita. ditambah kurang piknik :"v habis liburan Cuma dipake buat molor sama nonton drakor, gak ada inspirasi. Susah nyusun cerita. Moga aja part ini nggak mengecewakan ya. Oh ya, siapa yang tahun depan kuliah? Ada yang mau ke manajemen? Ato teknik informatika ga?//



"Aqsal!"

Airi buru-buru menghapus jejak air mata di pipi begitu mendengar suara menyebalkan memanggil nama Aqsal. Diiringi derap langkah yang kian mendekat. Airi bergegas pergi menjauh, meninggalkan Aqsal yang masih membatu di tempatnya berdiri.

Aqsal diam tak merespon, bukan berarti mengiyakan. Dia hanya bingung. Sekarang gini, deh. Gimana nggak bingung coba kalo cewek yang gencar-gencarnya PDKT dengan segala metode—mulai dari yang aneh sampe ekstrem—mendadak mempertanyakan pendapat Aqsal tentang cewek yang ngejar cowok itu gimana?

Murahan, kah?

Hina?

Nggak punya harga diri?

Atau bahkan, gampangan?

Pertanyaan yang Airi lontarkan jelas saja membuat Aqsal membisu. Aqsal blank. Butuh beberapa detik untuk mendapatkan kembali kendali atas otak dan tubuhnya. Airi sudah pergi menjauh saat Aqsal tersadar kalo diam yang ia lakukan tadi memberikan persepsi lain untuk Airi.

Airi sekarang pasti berpikir kalo Aqsal setuju dengan pendapat itu. Aqsal menggigit pipi bagian dalamnya, gusar. Sekarang Aqsal mulai mempertanyakan darimana Airi mendapat pemikiran seperti itu?

"Airi!" panggil Aqsal cemas karena Airi sudah melangkah terlalu jauh.

Pertama yang harus Aqsal lakukan adalah bertanya pada Airi dari mana pemikiran –yang menurut Aqsal—konyol itu berasal. Sayangnya, niat untuk menyusul Airi tertahan karena Gladis berdiri menghadang jalannya. Senyuman merekah di wajah Gladis.

Aqsal tersenyum rikuh.

"Sal, gimana persiapan buat kegiatan di panti nanti? Aku sama Revan kesini mau bantuin," kata Gladis ramah.

"Ngg... itu," Aqsal mengendarkan pandangan, Airi sudah menghilang dari jangkauan pandangnya. "tinggal mindahin barang-barang yang mau disumbangin ke mobil pick up," papar Aqsal sambil lalu.

Gadis menggerakan kepalanya ke kiri, berusaha menarik perhatian Aqsal yang malah terlihat sibuk melongok melewati tubuh Gladis yang semampai. "Barang-barangnya mana, Sal?" tanya Gladis tidak gentar menarik perhatian Aqsal.

Aqsal menggeser bahu Gladis,matanya menyipit saat merasa melihat cewek berpostur mirip Airi. "Kamu tanya Adiba aja ya, aku masih ada urusan sama Airi," kata Aqsal sukses melunturkan senyuman di wajah Gladis. Tanpa memperdulikan itu, Aqsal pergi begitu saja.

Gladis merepet nggak jelas. Kesel gara-gara dikacangin Aqsal.

***

Aqsal merasa Airi berbeda. Setelah kabur dari Gladis, Aqsal memang menemukan Airi yang sedang membasuh wajah di pancuran belakang ruang kepala sekolah. Saat Aqsal memanggil, Airi juga menjawab dan tersenyum lebar. Senyuman yang terlihat berbeda dari biasanya, bukan senyuman menggoda yang biasa muncul—ini nggak berarti Aqsal pengen di goda ya, bukan juga senyuman konyol atau mupeng yang hampir tiap saat hadir. Aqsal bingung ngejelasinnya gimana. Pokoknya beda, deh.

Me And Ketua Rohis (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang