Satu hari kemarin Airi lalui dengan tiduran hampir setengah hari di kamar. Naura mengantar sampai rumah. Mereka naik taksi.
Naura langsung pamit setelah menjelaskan pada Mama Airi, kenapa Airi bisa sampai seperti ini.
Airi merasa hampir mati karena bosan. Dia hanya tiduran di kamar sambil menghafal surat Al-Bayyinah. Sekarang tinggal menghafal asmaul husna. Berdoa saja semoga Airi bisa cepat hafal dalam waktu dekat.
Airi meletakan buku berjudul 'Kumpulan Surat-surat Pendek Beserta Tulisan Latin dan Terjemahan' yang sudah menemaninya sejak tadi siang ke atas nakas. Melirik jam dinding, ternyata sudah pukul setengah satu. Pantas saja perutnya keroncongan.
Airi bergerak dengan hati-hati turun dari ranjang. Lukanya sudah lumayan kering, meskipun masih perih karena baru permukaannya saja yang kering. Perlahan Airi berjalan keluar kamar menuju dapur. Di dapur Mamanya terlihat sibuk membuat kue-kue kering pesanan. Airi mencibir tanpa suara. Mamanya ini, udah tahu anak lagi sakit malah ditingal bikin kue. Ia sih tadi Mamanya sempet nemenin di kamar dan ngobatin lukanya lagi. Tapi habis itu Airi langsung ditinggal.
"Ma," panggil Airi yang sudah duduk di salah satu kursi depan meja makan.
Mama Airi, Naya, menjawab tanpa mengalihkan perhatian dari oven di depannya, "Ada apa?"
"Airi laper."
"Kalo laper makan dong. Lauknya dibawah tudung saji tuh."
Airi memutar bola matanya. "Ambilin, Ma," kata Airi merajuk.
Airi dapat melihat bahu Naya yang naik lalu turun perlahan, Naya menghela napas.
"Kamu ini, mentang-mentang sakit terus manja," cibir Naya. Ia mengeluarkan kue yang sudah matang lalu meletakannya ke meja depan Airi.
"Nastar keju!" tangan Airi terangkat untuk mencomot kue yang baru matang itu.
"Heh!" Naya menepis tangan Airi. Airi cemberut, lalu mengusap punggung tangannya. "masih panas. Kalo mau, makan yang udah dingin. Tuh di toples samping kamu."
Wajah cemberut Airi berubah ceria. Ia membuka tutup toples kaca di sampingnya kemudian mengambil satu buah kue nastar buatan Naya.
"Kejunya kurang banyak, Ma," komentar Airi setelah memasukan satu kue ke dalam mulutnya.
"Keju mahal," jawab Naya acuh tak acuh, dia berjalan menuju rak yang ada di dapur. Mengambil piring, diisinya piring itu dengan nasi dan lauk sebelum diberikan pada Airi.
"Wuih, bistik ayam! Tumben Mama masak bistik?" tanya Airi, tangannya meraih sendok.
"Lagi pengen aja," lagi-lagi Naya menjawab acuh tak acuh. Naya kembali menekuri kegiatan membuat kue.
Airi memandangi punggung Naya sambil memakan makan siangnya. Airi melirik ke arah kue buatan Naya.
'Kira-kira kalo Kak Aqsal gue kasih kue kering gimana ya?' tanya Airi dalam hati. 'lumayan kan, buat bikin image bagus di depan Kak Aqsal. Siapa tahu tipenya Kak Aqsal itu pinter masak.'
Airi cekikikan membayangkan Aqsal. Ide itu melintas begitu saja di otaknya yang kadang suka eror kalau disuruh mikir berat-berat. Nah siapa tahu nanti Kak Aqsal bakal terkesima, cielah, terus jatuh cinta gitu. Wah keren! Hanya dengan membayangkannya saja Airi sudah merasa senang.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?"
"Eh?" Airi membuka matanya. Mamanya tengah menatapnya dengan mata menyipit tajam. Airi nyengir. "Airi mau bantuin Mama bikin kue, boleh ya?"
***
Airi celingukan di depan gerbang sekolah, kedua tangannya menelangkup toples berisi kue kering hasil buatannya -sebenarnya buatan Naya, Airi hanya membentuk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Ketua Rohis (√)
Teen FictionBersiaplah untuk jatuh cinta! Niat awal Airi masuk Rohis itu Cuma buat PDKT sama ketua Rohis ganteng yang gampang blushing. Apapun Airi lakukan, dari ngehapal Asmaul Husna sampai surah Al Bayyinah. Dari cara yang bener sampai cara sangklek usulan pa...