#2: Prom?

1.2K 177 58
                                    

Adnan sebenarnya tidak terlalu menyukai pesta dansa. Dia tidak suka kerumunannya, dansa formal yang harus mereka lakukan, ataupun kemeja dan dasi kupu-kupu yang terasa mencekik. Lagipula, untuk apa sih sekolahnya mengadakan pesta dansa perpisahan segala? Adnan lebih memilih acara perpisahan yang benar-benar mengikat para calon alumni, seperti misalnya kamping atau apalah, bukan malah pesta dansa ala Amerika yang akan cewek-cewek gunakan sebagai ajang membandingkan pasangan siapa yang lebih ganteng, gaun siapa yang lebih mahal, rias wajah siapa yang lebih on point. Namun, apalah daya, Adnan tidak memiliki hak untuk protes karena 1) dia telah membayar penuh biaya untuk pesta dansa ini dan 2) Via, sahabatnya sejak masuk SMA, telah membujuknya untuk menemani gadis itu ke pesta dansa perpisahan angkatan mereka.

Menatap bayangannya di depan cermin, Adnan mengembuskan napas keras. Dia tampak konyol, dengan rambut bergaya Morissey yang kaku karena pomade, kemeja putih yang dikancing sampai leher di bawah dasi kupu-kupu bermotif polkadot hitam-putih dan jas formal berwarna hitam dengan aksen segitiga putih di atas dada kiri. Pipa celana panjangnya lurus tanpa kusut sedikit pun, dan sepatu hitam sewaannya--seperti juga pakaian yang dia kenakan--hitam mengilap sampai-sampai bisa digunakan untuk bercermin. Kacamata hitamnya yang besar seperti biasa bertengger di atas hidungnya yang mancung dan kokoh.

Adnan tampan. Itu fakta. Namun, menatap bayangan dirinya di depan cermin, dia merasa mirip badut.

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. "Adnan?" panggil seorang wanita yang terdengar seperti orang terlalu banyak merokok. "Kamu jadi pergi gak? Mobilnya udah siap di depan."

Adnan menoleh pada pintu kamarnya dan berseru, "Jadi, Tante! Adnan udah siap."

"Sok atuh, ditunggu," jawab wanita itu.

Sekali lagi Adnan menatap refleksinya di cermin dan menghela napas, meluruskan kacamatanya yang sedikit merosot. Berharap saja hotel yang sekolahnya sewa untuk acara pesta dansa ini tidak mendadak melayang ke angkasa, menjadi subjek percobaan orang-orang gila dari masa depan.

Mendadak Adnan memikirkan kemungkinan teman-teman seangkatannya berubah menjadi kanibal ganas yang tidak bisa berpikir waras. Ah, dasar novel daring sialan.

Adnan mengambil kunci dari nakas dan mengeluarkan ponselnya dari saku dalam jas. Dia membuka pintu kamar dan berhadapan dengan wanita yang ... sekilas mungkin tampak seperti penulis Okky Madasari, tetapi dengan rambut hijau nyentrik.

Tante Ruke, ibu kos sekaligus sepupu dari ibu Adnan, mendongak menatap remaja yang lebih tinggi lima belas sentimeter itu dan tersenyum bangga, mengecek penampilan Adnan dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Wah, Adnan jadi ganteng."

Adnan tertawa kecil menanggapi pujian itu. "Mobil Tante Adnan pinjem gak apa-apa, Tan?"

"Gak masalah, tapi cium dulu dong."

Adnan meringis sebelum membungkuk dan mencium pipi tantenya, kanan dan kiri bergantian. "Adnan pergi dulu ya Tan. Mobilnya Adnan pinjam dulu."

Tante Ruke menyerahkan kuncinya pada Adnan dengan senyum lebar merekah di bibirnya dan binar di matanya. "Ini. Hati-hati, ya."

Adnan keluar dari rumah kosnya dan membuka pintu garasi dan pagar, lalu menutupnya kembali setelah mobil keluar. Selagi menunggu mesin mobil memanas dan siap digunakan, Adnan mengirim SMS pada Via. Vi, sy otw.

Via tidak langsung menjawab, tetapi Adnan tidak terlalu ambil pusing. Hanya Tuhan yang tahu Via sedang apa saat ini, entah mengapai rambutnya atau mewarnai wajahnya. Adnan hanya berharap malam ini cepat berakhir.

***

Kompleks perumahan yang Via tinggali lumayan sepi malam ini. Lagi-lagi, Adnan tidak terlalu ambil pusing. Dia terlalu sibuk berusaha melonggarkan kerah kemeja yang terasa mencekik. Belum lagi pendingin suhu mobil Tante Ruke yang rusak tidak membantu keadaan. Adnan telah mempersiapkan diri menghadapi segala omelan dan keluhan Via saat naik nanti. Gadis itu pasti bakal mencincangnya kalau sampai rias mukanya luntur gara-gara keringat atau rambutnya yang ditata susah payah jadi kacau balau gara-gara embusan angin malam.

[ID] This Is Helloween | Antologi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang