Malam seperti ini, dingin, gelap, sendirian. Eh, enggak ding, aku enggak sendirian. Malam ini adalah malam pertamaku berada di asrama, ditemani dengan dua orang teman sekamar yang berasal dari seberang pulau. Padahal baru saja hari pertama, tapi aku sudah merindukan kedua orang tuaku yang berada di rumah tercinta. Tak apalah, toh aku disini niat untuk belajar dan mencari pengalaman, kalau aku enggak terima beasiswa ini, kan gak akan bisa lebih mandiri nantinya.
Aku masih menatap langit-langit kamar. Namun tiba-tiba saja bayangan lelaki itu terlintas lagi. Pikiranku melayang jauh mengingatnya, mengingat ketika ia berdiri di depan dan menyebutkan namanya. Senyuman manisnya itu, bibir merahnya yang lebih manis ketimbang bibirku, sikapnya yang ah, entahlah.
Hei? Kenapa aku jadi membayangkannya seperti itu.
Tidak.Tidak. Tidak mungkin kan aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya.
Tapi apa ini? Kenapa perasaanku aneh sekali? Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya. Aliran darah yang kencang, dan rona merah yang mendadak hadir ketika ia datang. Sungguhkah aku memiliki rasa padanya? Atau hanya kekaguman semata karena tatap matanya?
"Nand? Belum tidur?," suara itu memecahkan lamunanku seketika. Aku gelagapan, saking takutnya, aku kira dia adalah hantu, namun ternyata teman sekamarku.
"Eheh.Udah tadi, terus kebangun. Ini mau coba tidur lagi. Kamu?,"
"Sama aku juga. Nand, aku takut,"
"Haih, kamu takut apaan sih? Gaada apa-apa koq,"
"Kamu gak ngerasa serem apa?,"
"Apaan sih. Aku ngerasa biasa aja. Gini deh, sekarang kamu berdoa, terus coba pejamin mata kamu lagi, terus tidur deh. Besok kita sekolah tauuu,"
Setelah percakapan enggak jelas tersebut, akhirnya aku dan teman baru itu mulai kembali ke alam mimpi masing-masing. Hingga akhirnya, sorot mentari mulai memasuki kamar lewat celah kecil yang berada di pojok atas. Aku terbangun.
Sekolah.
Kalau aku boleh mengatakan, sekolah yang satu ini amat sangat berbeda. Tak ada rok abu-abu yang berkeliaran selain aku dan teman sekelasku. Yang ada justru dosen-dosen dan para mahasiswanya yang sibuk dengan serentet kegiatan. Ini bukan SMA biasa. Karena disini, aku dan yang lainnya dididik dengan kesungguhan dengan goal olimpiade Science.
Mabok, mabok dah. Tiap hari dikasih soal mafia. Eheh,matematika fisika kimia, maksudnya.
"Baiklah anak-anak. Hari ini adalah hari pertama kalian. Jadi, kita touring dulu untuk mengetahui keadaan kampus. Ohiyah, ini kampusloh, bukan sekolah. Jadi, selamat datang dikehidupan baru kalian saat ini".
Bu Esther dengan bangga menyambut kedatangan kami. Setelah melontarkan sepatah dua patah kata, aku dan yang lainnya diajak berkeliling dan berkenalan dengan keadaan sekitar. Sungguh, ini bukan sekolah. Aku merasa hanya sedang berekreasi, atau semacam kunjungan ke tempat lain. Tapi beginilah adanya, ini real, dan aku akan menghabiskan waktu disini selama tiga tahun kedepan.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Ry(N)anda [ON GOING]
Romansa"Cepat atau lambat perpisahan itu pasti terjadi, karena kita memiliki jalan masing-masing. Tapi aku yakin, jika kita ditakdirkan untuk bersama, jarak dan waktu bukanlah alasan untuk menjadi penghalang". - Ryan. Biasanya, aku dan dia bersama, menghab...