Pict : Christy
Christy Point of View
Hujan masih mengguyur di luar. Membuat semua manusia seakan ingin bersembunyi di balik selimut, mengistirahatkan tubuh dan pikiran bersama angin basah yang menenangkan.
Namun aku harus berkutat di depan laptop ku. Memperhatikan artikel demi artikel untuk di pilih dan digabungkan. Sebenarnya aku hanya ingin tidur di rumah, namun Lyana bersikeras untuk mengerjakan tugas kelompok kami di sebuah cafe favorit kami bertiga. Lantas apa yang terjadi sekarang? Dua sahabatku yang memaksa ku untuk datang ke cafe ini. Malah terlambat datang.
Bell, di depan pintu cafe ini berdenting. Sekali lagi ku torehkan kepalaku ke arah pintu masuk, dan akhirnya setelah bosan menunggu, kedua sahabatku datang juga.
Dengan cengiran yang khas mereka melangkah masuk menghampiri meja cafe paling ujung --tempat favorit kami--.
Aku pun berdiri dan menyilangkan kedua lenganku di depan dada, cukup sudah mereka menguji kesabaranku. Aku sudah merelakan istirahat siangku di rumah untuk datang ke sini. Tapi lihatlah mereka datang terlambat dan dengan polosnya mereka menyunggingkan cengiran polos itu di wajah mereka.
"Gila yah lo berdua! Gue udah relain waktu istirahat gue demi tugas kelompok ini. Dan lo berdua malah datang gak tepat waktu" mereka berdua diam dari pergerakan mereka yang akan mengambil ancang-ancang untuk duduk.
"Yaudah, maafin kita. Lo tau sendiri kan di luar itu ujan" ucap Sania melakukan pembelaan
"Dan lo kira gue datang ke sini gak ujan? Gue datang ke sini ujannya deres banget, tapi gue masih bisa datang tepat waktu. Lo berdua yang buat janji tapi gak bisa nepatin" aku sudah tidak bisa lagi menahan amarah yang dari tadi ku tahan kepada kedua sahabatku ini. Mereka memang sering sekali terlambat dalam banyak hal. Dan kali ini alasan mereka karna hujan. Apa mereka tidak berpikir aku datang ke sini juga kan pada saat hujan.
"Iya, iya gue tau. Tapi gue sama Sania juga kan udah minta maaf. Gak usah memperpanjang masalah deh Cis" ujar Lyana yang sanggup membungkam ucapan ku yang sudah berada di ujung lidah. Diantara kami bertiga Lyana adalah sosok yang paling dewasa dan sanggup menghalau segala amarah dan emosional ku.
Pelayan cafe ini pun membawakan dua mochachino yang tadi sempat di pesan Lyana saat aku dan Sania berdebat.
Karna Lyana, aku tidak lagi berkoar-koar dan langsung melanjutkan tugas kelompok kami yang di bantu oleh kedua sahabatku yang baru saja datang.
Hujan lama-lama sudah menurunkan kecepatannya. Rintik-rintik hujan mulai satu-satu menjatuhi bumi.
Tepat jam 5 sore. Kami bertiga sudah menyelesaikan tugas kelompok kami.
"Singgah makan yuk" memang anak yang satu ini di dalam pikirannya selalu saja bersangkut-paut dengan makanan.
"Kita kan udah makan tadi di cafe, San" ujar Lyana. Tapi entah mengapa aku juga sependapat dengan Sania. Mungkin karna terlalu banyak mikir jadi aku lapar lagi, walaupun sudah makan 1 piring spaghetti tapi tetap saja perutku bernyanyi keroncongan.
"Aku juga lapar nih. Na" cengir ku sambil menatap Lyana. Lyana menatap ku tak percaya sambil memutar stir kemudinya ke arah kanan.
"Yaudah. Kita mampir di Mac'donald aja"
Mobil pun berhenti di Mac'donald. Kita bertiga turun. Mac'donald hari ini tak begitu ramai, mungkin ini efek dari hujan yang terus mengguyur dan baru berhenti beberapa saat yang lalu.
Setelah memesan 3 big-burger dan 3 hot vanilla late. Kami pun mulai menyantap makanan kami masing-masing dengan lahap.
Tiba-tiba perutku mulai sakit, mungkin karna tadi aku memakan sambal terlalu banyak.
"Gue ke kamar mandi dulu yah" ucapku yang langsung lari ngebirit ke kamar mandi.Tanpa memperhatikan apa-apa lagi aku pun langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menunaikan panggilan alam ku.
Setelah merasa lega, aku pun keluar dan betapa kagetnya aku, ketika hidungku bersentuhan dengan hidungnya dan bibirku secara tidak sengaja merasakan sesuatu yang asing.
Pria ini baru saja mencium ku.
Dan ini adalah ciuman pertama ku.
Ku tatap wajahnya yang juga menampakan kekagetan yang luar biasa. Aku yang masih tidak percaya kembali meraba bibir ku yang terasa hangat.
"Lo!"
Aku dan pria ini berteriak bersama-sama sambil menunjuk satu sama lain.
Emosi ku sudah naik ke ubun-ubun. Bisa-bisanya dia.
"Lo dasar psikopat! Kenapa lo masuk kamar mandi cewe. Lo mau macem-macem kan sama gue" aku menatap wajahnya yang menyengir dengan menyebalkan
"Gue bisa laporin lo ke polisi" dengan kesal aku menunjuk wajahnya, aku tidak memikirkan sopan santun lagi saat ini.
Pria ini semakin mendekatkan wajahnya ke arahku. Refleks, aku pun menahan nafas. Tanganku mencengkram kuat ujung kaos ku. Nafasnya terasa menerpa di wajahku. Dia memang benar-benar seorang psikopat.
Tangannya memegang kedua pundakku, badannya semakin mendekat ke arahku. Dan sekarang jantung ku sudah berdetak tak beraturan. Sebenarnya apa yang terjadi pada diriku?
Dengan satu gerakan yang sangat cepat, pria ini mendorong pundakku untuk menghadap ke samping kiri.
Rahangku seakan-akan jatuh ke lantai, kedua mataku terbuka lebar berusaha mencari kesalahan tersembunyi di balik teks yang tertempel dengan rapi di depan pintu kamar mandi, dan mulutku otomatis terbuka tidak percaya
Men
Tulisan itu sanggup membuatku mati kutu.
Kelakuanku sangat memalukan. Dan sekarang apa yang harus aku lakukan ?
Meminta maaf ? Atau langsung lari keluar dan meninggalkan pria ini?
Sejujurnya sekarang badanku terasa kaku sejenak untuk berbalik dan menatap pria di belakangku, yang aku yakini sekarang tengah tersenyum menatap ekspresiku yang sangat bodoh.
"Tunggu saja pembalasan ku" suara berat itu berasal dari sampingku. Nafasnya begitu terasa di telingaku.
Dan hal ini membuat jantungku berdetak lebih kencang lagi.
Apa maksud semua ini?
--------------------------------
A/N : sebenarnya gue udah nulis part ini dari dua hari yang lalu, tapi tiba-tiba aja ke apus secara misterius.
Alhasil, gue harus nulis lagi dari awal.
So, kasih vote dan comment kalian yang gue pastiin sangat berdampak besar dalam pembuatan novel ini.Jangan jadi silent readers yah guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Sidekick
Teen Fiction"first kiss darimu, menghantarkanku ke sebuah cerita baru. cerita cinta yang dari dulu selalu ku hindari, aku berusaha untuk tidak jatuh cinta padamu, tapi tidak bisa. ketika aku sudah yakin bahwa perasaanku hanya untukmu, aku tidak bisa melakukan a...